1.1. LETAK GIOGRAFI
Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten di pesisir timur Sulawesi Selatan Yang Terletak antara 04013’ – 5006 Lintang Selatan dan antara 119042’ - 120030’ Bujur Timur dan mempunyai garis pantai sepanjang 138 Km dari arah selatan ke arah utara serta berjarak ± 174 Km dari Kota Makassar Ibukota provinsi Sulawesi Selatan.
1.2. LETAK PERBATASAN
berbatasan langsung dengan Kabupaten Wajo dan soppeng di sebeleh Utara, Kabupaten Sinjai dan Gowa di sebelah selatan, teluk Bone disebelah timur serta berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep dan Barru di sebelah Barat. Kondisi Fisik Kabupaten Bone terdiri dari 3 (Tiga) dimensi yaitu : Lautan, Daratan dan Perbukita/Pegunungan.
1.3. LUAS WILAYAH
Luas wilayah kabupaten Bone ± 4.559 Km2 7,3% dari total luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif terdiri dari 27 Kecamatan dan 372 Desa / Kelurahan. Kecamatan Bonto cani merupakan Kecamatan yang terbesar yakni sebesar ±463,35 Km2 atau 10,16 % dari luas kabupaten Bone. Kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Tanete Riattang yang juga merupakan Ibukota Kabupaten dengan luas ±23,79 Km2 atau 0,52 % dari luas kabupaten Bone.
1.4. TOPOGRAFI
Ketinggian tempat dari permukaan laut bagi keseluruhan wilayah daerah Kabupaten Bone menunjukkan adanya situasi yang variatif, yaitu : 0-25 meter meliputi 81.925, 2 Ha; 25-100 meter seluas 101.620,0 Ha; 100-250 meter seluas 202.237,2 Ha; 250-750 meter seluas 62.640,6 Ha; lebih dari 750 meter meliputi luas 40.080 Ha, dan diatas 1000 meter seluas 6.900 Ha.
Selanjutnya kemiringan lereng menunjukkan kondisi permukaan yang bervariasi , yaitu : kemiringan 0-2 % ( datar ) adalah seluas 164.602 Ha,; kondisi landai dan bergelombang atau kemiringan 0-5 % adalah seluas 91.519 Ha; kemiringan 15 – 40 % (bergelombang) adalah seluas 12.399 Ha, dan kemiringan diatas 40 % ( Curam ) adalah seluas 12.399 Ha.
Kemudian kadaan jenis tanah, terdiri atas jenis tanah aluvial, mediteran, renzina dan litosol. Sedangkan kondisi kedalam efektif bagi wilayah bone, yalah 0- 60 cm adalah seluas 120.505 Ha; 60 – 80 cm adalah seluas 120.830 Ha; 80 - 90 cm adalah seluas 30.825 Ha dan lebih dari 90 cm adalah seluas 183.740 Ha.
1.5. PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Bone dapat digolongkan kedalam beberapa tipe penggunaan seperti hutan, persawahan,padang rumput/rawa,tambak /kolam /empang dan perkampungan. Penggunaan lahan yang terbesar yaitu untuk hutan baik hutan Negara maupun hutan rakyat seluas ±114.416 Ha atau 29,02% dari luas lahan dikabupaten Bone pada tahun 2005.
· Lahan tanah, kayu-kayuan, hutan Rakyat : 3,69%
· Lahan Kering sementara tidak ditanami : 3,10%
· Tambak, Kolam,Tebat/Empang : 2,32%
· Ladang/Huma, Padang rumput, Rawa-rawa : 1,08%
· Tegal/Kebun : 16,66%
· Pekarangan/Bangunan : 5,40%
· Hutan Negara : 25,33%
· Perkebunan : 15,06%
· Sawah : 23,10%
· Lainnya. : 4,24%
1.6. IKLIM
Kabupaten Bone memiliki dua jenis musim yakni musim penghujan dan musim kemarau dengan tipe iklim sedang. Pada priode bulan April-September, bertiup angin timur yang membawa hujan.Sebaliknya pada priode Oktober-Maret bertiup angin barat, yang pada waktu itu Kabupaten Bone akan mengalami musi kemarau, tetapi terdapat juga sektor peralihan dimana Kecamatan Bontocani dan Libureng yang sebagian wilayahnya mengikuti serktor barat dan sebagiannya lagi mengikuti sektor timur. Suhu minimum di Kabupaten Bone adalah 260 C dan suhu maksimum 430 C. Melihat kondisi tersebut, maka daerah ini memungkinkan untuk menghasilkan berbagai jenis komoditi pertanian yang memiliki nilai Ekonomi tinggi.
1.7. PENDUDUK
Total penduduk Kabupaten Bone pada tahun 2005 sebanyak 694.311 Jiwa, terdiri dari 328.617 jiwa pria dan 365.694 Jiwa wanita meningkat menjadi 696.712 jiwa, terdiri dari 329.750 jiwa pria dan 366.962 jiwa wanita pada tahun 2006 dengan kepadatan penduduk rata-rata 152 jiwa per km2 pada tahun 2005 menjadi rata-rata 152,82 jiwa per km2 pada tahun 2006. Laju pertumbuhan penduduk dalam kurung waktu 2005-2006 memperlihatkan peningkatan yakni sebesar 0,34%.
1.8. TENAGA KERJA
Potensi sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Bone sangat besar dilihat dari jumlah penduduk dan tingkat pendidikan, hal ini merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam menggali sumber daya alam Kabupaten Bone yang melimpah dan memanfaatkannya seoftimal mungkin untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat Kabupaten Bone.
Penduduk usia 15 tahun pada tahun 2006 sebanyak 388.421 jiwa yang terdiri dari 188.307 jiwa laki-laki dan 200.114 jiwa perempuan. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2006 sebanyak 325.736 jiwa terdiri dari 157.949 jiwa laki-laki dan 167.787 jiwa wanita. Angkatan kerja yang bekerja sebanyak 290.476 jiwa terdiri dari 149.159 jiwa laki-laki dan 141.317 jiwa perempuan.
Angkatan kerja yang menganggur masih sangat tinggi 35.260 jiwa yang terdiri dari 14.876 jiwa laki-laki dan 20.384 jiwa perempuan. Sedangkan angkatan kerja yang mencari pekerjaan sebanyak 5.048 jiwa yang terdiri dari 2.113 jiwa laki-laki dan 2.935 jiwa perempuan.
Bukan angkatan kerja terbagi dua yaitu yang masih sekolah dan penerima penghasilan seperti orang tua yang tidak mampu lagi bekerja. Jumlah yang tidak termasuk angkatan kerja sebanyak 58.632 jiwa terdiri dari 33.561 jiwa laki-laki dan 25.071 perempuan. Bukan angkatan kerja yang masih sekolah sebanyak 36.938 jiwa terdiri dari 17.911 jiwa laki-laki dan 19.027 jiwa perempuan. Sedangkan orang tua sebagai penerima penghasilan sebanyak 21.694 jiwa terdiri dari 10.519 jiwa laki-laki dan 11.175 jiwa perempuan.
Angkatan kerja yang mencari kerja menurut klasifikasi pendidikan adalah sebagai berikut : SD sebanyak 179 orang, SMP sebanyak 247 orang, SMA sebanyak 3.684 orang, D1 dan D2 sebanyak 157 orang, D3 sebanyak 179 orang, S1 sebanyak 951 orang, S2 sebanyak 10 orang.
Jumlah tenaga kerja dikabupaten Bone selama kurung waktu tahun 2004-2005 mengalami peningkatan, dimana tahun 2004 jumlah tenaga kerja sebanyak 548.397 Jiwa naik menjadi 560.526 Jiwa pada tahun 2005 atau naik sebanyak 2,21%. Kabupaten Bone yang berbasiskan sektor pertanian maka penduduk usia kerja yang bekerja sebagian besar juga berkecimpung di bidang tersebut yaitu 63,73% diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 13,60%, sektor jasa-jasa 10,73% sektor lain. Upah minimum Propinsi (UMP) Sulawesi Selatan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2005 ditetapkan sebesar Rp.510.000.
1.9. KESEHATAN
Dalam hal perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan, angka harapan hidup pada tahun 2001 sebesar 62 tahun untuk laki-laki dan 60 tahun untuk perempuan. Jumlah Puskesmas sebanyak 36 unit, pos yandu sebanyak 838 unit dengan julah kader sebanyak 1.739 kader.
BAB II
LAJU PEREKONOMIAN KABUPATEN BONE
Kontibusi Kabupaten Bone terhadap pembuatan PDRB Propinsi Sulawesi Selatan 2005 sekitar 6,39% yang berarti sumbangan Kabupaten Bone terhadap perekonomian Sulawesi Selatan cukup besar.
Tabel. 1. PDRB Kabupaten Bone Atas dan PDRB Sulawesi Selatan
Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2006
2.1. PERTUMBUHAN EKONOMI
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bone tahun (2002-2006) sebesar 4,40% yang berarti perekonomian Kabupaten Bone relatif stabil. PDRB tahun 2006 atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 2.442.413,22 Juta jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 2.305.158,94 terjadi peningkatan sebesar 5,95%. Secara Rill Perekonomian Kabupaten Bone tanpa pengaruh perubahan harga dihitung dengan menggunakan harga konstan tahun 2000 sebagai tahun dasar mengalami pertumbuhan sebesar 5,95% (2005-2006).
Pertumbuhan ekonomi tahun 2002 – 2006 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yang berarti perekonomian semakin membaik dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 dan secara umum pertumbuhan ekonomi relatif stabil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 masing-masing sebesar 5,07% pada tahun 2002, 4,56 % pada tahun 2003, 2,11% pada tahun 2004, 4, 31% pada tahun 2005 dan 5,95% pada tahun 2006.
Tabel. 2. PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN BONE TAHUN 2001-2005
2006*) Angka Sementara
2.2. PERKEMBANGAN EKONOMI
Rata- rata perkembangan ekonomi Kabupaten Bone tahun (2002-2006) 12,41%/tahun. Nilai PDRB tahun 2006 atas dasar harga berlaku adalah Rp. 3.860.830,96 Juta jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp. 3.327.715,77 Juta terjadi peningkatan sebesar 16,02%. Perkembangan perekonomian dipengaruhi oleh kenaikan harga secara umun dengan kata lain dampak inflasi mempengaruhi perkembangan ekonomi namun pengaruhnya di Kabupaten Bone tidak begitu besar dan tidak mengganggu laju perekonomian secara umum.
Perkembangan Ekonomi mengalami peningkatan setiap tahunnya, perkembangan yang cukup signifikan dari tahun 2002 hingga tahun 2006 yaitu 15,62% pada tahun 2002, 10,60 % pada tahun 2003, 8.08 % pada tahun 2004, 11,72 % pada tahun 2005 dan 16,02% pada tahun 2006.
2.3. STRUKTUR EKONOMI
Struktur perekonomian selama periode tahun (2002-2006) masih sangat didominasi oleh sektor pertanian yang kontribusinya terhadap total PDRB Kabupaten Bone atas dasar harga berlaku yaitu pada tahun 2002 sebesar 58,65%, tahun 2003 sebesar 58,50%, tahun 2004 sebesar 56,97%, tahun 2005 sebesar 56,17% dan 56,33% pada tahun 2006
Sektor jasa-jasa menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 10,66% pada tahun 2002, 10,16% pada tahun 2003, 10,39% pada tahun 2004, 11,19% pada tahun 2005 dan 12,17% pada tahun 2006 yang didominasi oleh jasa-jasa pada pemerintahan umum yaitu 10,44% pada tahun 2002, 9,95% pada tahun 2003, 10,17% pada tahun 2004, 11,19% pada tahun 2005 dan 11,98 % pada tahun 2006 terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang 8,45% pada tahun 2002, 8,53% pada tahun 2003 8,73% pada tahun 2004, 8,54% pada tahun 2005 dan 7,93% pada tahun 2006 terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku.
Sektor industri pengolahan menyumbang 9,02% pada tahun 2002, 9,06% pada tahun 2003, 9,25% pada tahun 2004, 8,97% pada tahun 2005 dan 8,36% pada tahun 2006.
Sektor pertambangan mempunyai kontribusi terkecil pada total PDRB Kabupaten Bone atas dasar harga berlaku yaitu sebesar 0,39% pada tahun 2002, 0,4% pada tahun 2003, 0,42% pada tahun 2004, 0,43% pada tahun 2005 dan 0,39% pada tahun 2006.
Tabel 3. DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT
LAPANGAN USAHA KABUPATEN BONE ATAS DASAR HARGA BERLAKU
TAHUN 2002-2006 (PERSEN)
2006*) Angka sangat sementara
Memperhatikan kondisi distribusi dan pertumbuhannya, nampak struktur ekonomi perekonomian tidak mengarah pada posisi yang seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri.
Industri yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bone adalah Industri yang mengolah hasil pertanian serta Industri yang bahan bakunya diperoleh dari sumberdaya lokal. Mengingat kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB sanga besar setiap tahunnya. Pada tahun 2006 kontribusi sektor pertanian sebesar 56,33% dengan besar kontribusi tanaman bahan makanan sebesar 25,51%, Tanaman perkebunan sebesar 8,69%, Peternakan sebesar 1,69%, Kehutanan sebesar 0,07% dan Perikanan Sebesar 20,37%.
2.4. PENDAPATAN PERKAPITA
Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator untuk melihat rata-rata tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah, namun angka tersebut belum menggambarkan pendapatan penduduk secara nyata dan merata, karena angka tersebut hanya merupakan angka rata-rata.
Rata-rata perkembangan PDRB selama periode 2005-2006 sebesar 12,41% dan pertumbuhan PDRB selama periode 2005-2006 sebesar 4,40% memberi pengaruh positif terhadap pendapatan perkapita.
Tabel. 4. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAN ANGKA PERKAPITA KABUPATEN BONE
TAHUN 2002-2006
2006*) Angka sangat sementara
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku selama periode 2002-2006 tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan pajak tak langsung masing-masing sebesar Rp 3.800.803 juta pada tahun 2002 ( perkembangan 15%), Rp. 4.019.583 juta pada tahun 2003 ( perkembangan 6%), Rp 4.336.948 juta pada tahun 2004 (perkembangan 8%), Rp 4.792.832 juta pada tahun 2005 (perkembangan 11%) dan 5.541.502 juta pada tahun 2006 ( perkembangan 16%). Rata-rata perkembangan 11% pertahun, perkembangan tertinggi pada tahun 2006 sebesar 16%.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku selama periode 2002-2006 setelah memperhitungkan biaya penyusutan dan pajak tak langsung masing-masing sebesar Rp 2.298.167 juta pada tahun 2002 (penurunan 20%), Rp. 3.479.629 juta pada tahun 2003 (perkembangan 51%), Rp 3.744.095 juta pada tahun 2004 (perkembangan 8%), Rp 4.198.908 juta pada tahun 2005 (perkembangan 12%) dan Rp. 4.816.320 juta pada tahun 2006 (perkembangan 15%). Rata-rata perkembangan 13% pertahun, perkembangan tertinggi pada tahun 2003 sebesar 51%.
Secara riil Pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan pajak tak langsung masing-masing sebesar Rp 3.157.643 juta pada tahun 2002 (pertumbuhan 4%), Rp 3.156.907 juta pada tahun 2003 (Pertumbuhan -0,023%), Rp. 3.217.729 juta pada tahun 2004 (pertumbuhan 2%), Rp. 3.325.439 juta pada tahun 2005 (pertumbuhan 34%) dan Rp. 3.505.628 juta pada tahun 2006 (pertumbuhan 40%). Rata-rata pertumbuhan sebesar 16% pertahun. Pertumbuhan tertinggi pada tahun2006 sebesar 40%.
Pendapatan perkapita riil atas dasar harga konstan 2000 setelah memperhitungkan pajak tak langsung dan biaya penyusutan sebesar Rp.2.732.282 juta pada tahun 2002 (pertumbuhan 5%), Rp. 2.726.334 juta pada tahun 2003 (pertumbuhan -0,22%), Rp. 2.770.906 juta pada tahun 2004 (pertumbuhan 2%), Rp. 2.876.705 juta pada tahun 2005 (pertumbuhan 4%) dan Rp 3.031.814 juta pada tahun 2006 (pertumbuhan 5%). Rata-rata pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar 3% pertahun. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2002 dan 2006 adalah 5%.
2.5. INFLASI
Inflasi adalah kenaikan harga-harga, biaya-biaya dan upah secara umum, yang dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK) yang mengukur harga sekumpulan barang konsumsi dan jasa pada tahun tertentu dibandingkan dengan tahun dasar.
Inflasi yang Produk regional Domestik Bruto Kabupaten Bone tahun 2002 – 2006 relatif stabil yaitu rata-rata 7,66% pertahun yaitu 10,04% pada tahun 2002, 5,78% pada tahun 2003, 5,86% pada tahun 2004, 7,11% pada tahun 2005 dan 9,5% pada tahun 2006.
Tabel. 6. INFLASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA
KABUPATEN BONE TAHUN 2001-2005 (%)
2006*) Angka sementara
Inflasi yang terjadi di Kabupaten bone termasuk inflasi moderat yaitu inflasi dibawah 10% pertahun atau inflasi satu digit. Dalam situasi inflasi moderat dan stabil, harga bergerak tidak jauh menyimpang. Tingkat suku bunga riil tidak terlalu rendah yaitu tingkat suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi, hal ini berarti uang masih memiliki sebagian besar nilainya dari tahun ke tahun selama periode 2002 – 2006.
Dengan tingkat inflasi berimbang, tidak akan ada akibat apapun terhadap output riil, tingkat efisiensi atau distribusi pendapatan, tidak ada gangguan–gangguan pada harga relatif serta tarif pajak. Kondisi ini mendorong calon investor domestik maupun asing untuk melakukan investasi dengan penggunaan tenaga kerja seoptimal mungkin.
BAB III
POTENSI /PELUANG INVESTASI
3.1 SEKTOR PERTANIAN
Sektor Pertanian merupakan sektor yang terbesar andilnya dalam kegiatan perekonomian daerah Kabupaten Bone. Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar 56.33 %. terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 2.174.728.960.000. Mengalami perkembangan sebesar 16,35% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar 54,91 % , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 1.341.068.120.000. Mengalami pertumbuhan sebesar 5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sektor pertanian meliputi 5 sektor, yaitu sub sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan hasil-hasilnya serta sub sektor perikanan. Sektor pertanian didukung oleh sistem irigasi teknis 4 daerah irigasi (17.944 Ha), irigasi setengah teknis 4 daerah irigasi (3.984 Ha) dan irigasi sederhana 101 daerah irigasi (22.079 Ha)
3.1.1 Sub Sektor Tanaman Pangan
Kontribusi sub sektor tanaman pangan pada tahun 2006sebesar 25,51 %. terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.984.901.180.000. Mengalami perkembangan sebesar 13% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sub sektor tanaman pangan pada tahun 2006 sebesar 24,89 % , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 607.848.530.000. Mengalami pertumbuhan sebesar 0.11% jika dibandingkan tahun sebelumnya..
Potensi Sub Sektor Tanaman Pangan
3.1.1.1 Padi
Komoditas padi di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 109.752 Ha yang menghasilkan 548.797 Ton padi atau senilai Rp. 960.394.750.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 50 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas padi pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Kahu, Libureng, SibulueE, Barebbo, Cina, Dua BoccoE, Bengo, Salomekko, Ajangale, Tonra, Tellu Siattinge dan Awangpone dengan jumlah petani sebanyak 38.944 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas padi adalah antar Kabupaten di dalam propinsi dan antar pulau atau tergolong perdagangan besar.
3.1.1.2 Jagung
Komoditas jagung di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 33.167 Ha yang menghasilkan 95.362 Ton jagung atau senilai Rp. 190.724.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 28,75 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas jagung pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Kajuara, Lamuru, Ulaweng, Ajangale, Tellu siattingE, Amali dan cina dengan jumlah petani sebanyak 15.314 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas jagung adalah antar Kabupaten di dalam propinsi dan antar pulau atau tergolong perdagangan besar.
Seluruh bagian tanaman Jagung dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
o Batang dan daun muda : pakan ternak
o Batang dan daun tua : pupuk hijau atau kompos
o Batang dan daung kering : Kayu Bakar
o Batang jagung : pulp (bahan kertas)
o Buah jagung muda : sayuran, bakwan dan lain-lain
o Biji jagung tua : Pengganti nasi, marning, roti jagung, tepung,
Bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue
Kering, pakan ternak, bahan baku industri
farmasi , dextrim, perekat dan industri tekstil.
3.1.1.3 Kedelai
Komoditas kedelai di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 4.360 Ha yang menghasilkan 7.624 Ton kedelai atau senilai Rp. 26.684.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 17.49 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas kedelai pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tanete Riattang timur, Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang, cina, Lappariaja, Tellu SiattingE, Palakka, Barebbo dan Ponre. dengan jumlah petani sebanyak 8.744 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kedelai adalah antar desa dan antar Kecamatan di dalam Kabupaten.
3.1.1.4 Kacang Hijau
Komoditas kacang hijau di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 2.345 Ha yang menghasilkan 3.316 Ton kacang hijau atau senilai Rp. 19.896.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 14.472 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas kacang hijau pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Salomekko, Tonra, Mare, Bengo, Awangpone dan Tanete Riattang Barat. dengan jumlah petani sebanyak 2.402 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kacang hijau adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten Kabupaten.
3.1.1.5 Kacang Tanah
Komoditas kacang tanah di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 14.828 Ha yang menghasilkan 22.850 Ton kacang tanah atau senilai Rp. 57.125.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 15.41 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas kacang tanah pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Kahu, Kajuara, Libureng, SibuluE, Salomekko dan Patimpeng dengan jumlah petani sebanyak 14.472 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kacang tanah adalah antar Kabupaten.
3.1.1.6 Ubi Kayu
Komoditas ubi kayu di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 529 Ha yang menghasilkan 5.842 Ton ubi kayu atau senilai Rp. 20.447.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 110,43 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas ubi kayu pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tellu SiattingE, Ajangale, Libureng, Amali,dan Tanete Riattang Barat dengan jumlah petani sebanyak 967 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas ubi kayu adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.7 Ubi Jalar
Komoditas ubi jalar di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 385 Ha yang menghasilkan 3.162 Ton ubi jalar atau senilai Rp. 11.067.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 82,13 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas ubi jalar pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Palakka dan Ulaweng. dengan jumlah petani sebanyak 172 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas ubi jalar adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten .
3.1.1.8 Bawang Merah
Komoditas bawang merah di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 112 Ha yang menghasilkan 136,2 Ton bawang merah atau senilai Rp. 953.400.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 12.16 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas bawang merah pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Ajangale, Amali dan Lappariaja. dengan jumlah petani sebanyak 275 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas bawang merah adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten .
3.1.1.9 Bawang Putih
Komoditas bawang putih di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 15 Ha yang menghasilkan 47 Ton bawang putih atau senilai Rp. 376.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 31,33 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas bawang putih pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tellulimpoe. dengan jumlah petani sebanyak 26 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas bawang putih adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.10 Bawang Daun
Komoditas bawang daun di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 8 Ha yang menghasilkan 18,7 Ton bawang daun atau senilai Rp. 37.400.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 23.38 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas bawang daun pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah: Kecamatan Bontocani. dengan jumlah petani sebanyak 15 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas bawang daun adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten .
3.1.1.11 Petsai/Sawi
Komoditas petsai/sawi di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 301 Ha yang menghasilkan 1.445,7 Ton petsai/sawi atau senilai Rp. 2.891.400.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 48,03 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas petsai/sawi pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Bontocani, Tanete Riattang dan Barebbo dengan jumlah petani sebanyak 164 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas petsai/sawi adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.12 Cabe
Komoditas Cabe di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 355 Ha yang menghasilkan 538,6 Ton Cabe atau senilai Rp. 5.386.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 15,17 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas cabe pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Lamuru. dengan jumlah petani sebanyak 215 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas cabe adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.13 Tomat
Komoditas tomat di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 419 Ha yang menghasilkan 732,7 Ton tomat atau senilai Rp. 1.831.750.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 17,49 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas tomat pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tanete Riattang Barat, Ulaweng dan Palakka dengan jumlah petani sebanyak 183 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas tomat adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.14 Kentang
Komoditas kentang di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 16 Ha yang menghasilkan 78,5 Ton kentang atau senilai Rp. 314.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 49,06 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas kentang pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Bontocani dengan jumlah petani sebanyak 27 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kentang adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.15 Ketimun
Komoditas ketimun di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 453 Ha yang menghasilkan 224,4 Ton ketimun atau senilai Rp. 448.800.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 4,95 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas ketimun pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tanete Riattang Barat, Ulaweng dan Palakka dengan jumlah petani sebanyak 102 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas ketimun adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.16 Labu Siam
Komoditas labu siam di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 371 Ha yang menghasilkan 36,6 Ton labu siam atau senilai Rp. 109.800.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 0,99 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas labu siam pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tanete Riattang Barta, Ulaweng dan Palakka. dengan jumlah petani sebanyak 102 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas labu siam adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.17 Terong
Komoditas terong di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 475 Ha yang menghasilkan 898,6 Ton terong atau senilai Rp. 2.695.800.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 18,92 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas terong pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan TellulimpoE, Tellu SiattingE, Bontocani, Palakka, Amali, Kajuara, Libureng, Salomekko, Patimpeng, kahu dan Ulaweng dengan jumlah petani sebanyak 513 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas terong adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.18 Kacang Panjang
Komoditas kacang panjang di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 434 Ha yang menghasilkan 703 Ton kacang panjang atau senilai Rp. 1.406.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 16,20 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas kacang panjang pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tellu LimpoE, Tellu SiattingE, Bontocani, Salomekko, Patimpeng, Tanete Riattang barat, Barebbo, Palakka, Ulaweng, Kahu dan Libureng dengan jumlah petani sebanyak 828 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kacang panjang adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.19 Kangkung
Komoditas kangkung di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 465 Ha yang menghasilkan 640,9 Ton kangkung atau senilai Rp. 1.281.800.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 13,78 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas kangkung pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan TellulimpoE, Tellu SiattingE, Palakka, Tanete Riattang Barat, Barebbo, Kahu, Kajuara, libureng, mare, Lappariaja,, Salomekko dan Bontocani dengan jumlah petani sebanyak 924 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kangkung adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten .
3.1.1.20 Bayam
Komoditas bayam di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 566 Ha yang menghasilkan 859,2 Ton bayam atau senilai Rp. 1.718.400.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 15.18 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas bayam pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan TellulimpoE, Tellu SiattingE, Bontocani, Palakka, Tanete Riattang Barat, Barebbo, Amali, Kajuara, Libureng, Mare, Lappariaja dan Lamuru dengan jumlah petani sebanyak 211 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas bayam adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten .
3.1.1.21 Alpukat
Komoditas alpukat di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 8.722 Ha yang menghasilkan 73,6 Ton alpukat atau senilai Rp. 368.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 8,44 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas alpukat pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Bontocani dan TellulimpoE dengan jumlah petani sebanyak 278 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas alpukat adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.22 Belimbing
Komoditas belimbing di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 1.098 Ha yang menghasilkan 6,5 Ton belimbing atau senilai Rp. 13.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 5,92 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas belimbing pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tanete Riattang dengan jumlah petani sebanyak 105 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas belimbing adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.23 Duku/Langsat
Komoditas duku/langsat di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 158.019 Ha yang menghasilkan 5.773,3 Ton duku/langsat atau senilai Rp. 17.319.900.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 36,54 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas duku/langsat pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Barebbo, Ulaweng, Ponre dan Tonra dengan jumlah petani sebanyak 347 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas duku/langsat adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.24 Durian
Komoditas durian di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 36.523 Ha yang menghasilkan 1.303,5 Ton durian atau senilai Rp. 6.517.500.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 35,69 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas durian pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan SibuluE, Barebbo, Ponre, Palakka, Tanete Riattang Timur dan tonra dengan jumlah petani sebanyak 403 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas durian dalam adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.25 Jambu Biji
Komoditas jambu biji di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 135.191 Ha yang menghasilkan 366,8 Ton jambu biji atau senilai Rp. 550.200.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 2,71 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas jambu biji pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Cina, Ulaweng dan SibuluE dengan jumlah petani sebanyak 241 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas jambu biji adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.26 Jeruk
Komoditas jeruk di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 34.278 Ha yang menghasilkan 145,3 Ton jeruk atau senilai Rp. 435.900.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 4,24 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas jeruk pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Kajuara dan Kahu dengan jumlah petani sebanyak 348 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas jeruk adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.27 Mangga
Komoditas mangga di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 367.453 Ha yang menghasilkan 1.168,7 Ton mangga atau senilai Rp. 5.843.500.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 3,18 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas mangga pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Mare, Barebbo, Lappariaja, Lamuru, Palakka dan Awangpone dengan jumlah petani sebanyak 675 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas mangga adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.28 Nangka
Komoditas nangka di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 14.572 Ha yang menghasilkan 388,4 Ton nangka atau senilai Rp. 1.942.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 26,65 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas nangka pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Ulaweng, Palakka, Barebbo, TellusiattingE, Tonra, Mare dan salomekko dengan jumlah petani sebanyak 522 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas nangka dalam adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.29 Nenas
Komoditas nenas di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 68.002 Ha yang menghasilkan 71,1 Ton nenas atau senilai Rp. 213.300.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 1.05 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas nenas pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Dua BoccoE dan TellusiattingE dengan jumlah petani sebanyak 149 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas nenas adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.30 Pepaya
Komoditas pepaya di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 109.892 Ha yang menghasilkan 982,5 Ton pepaya atau senilai Rp. 2.456.250.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 8,94 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas pepaya pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Ulaweng, Tellu SiattingE, Amali, Lappariaja dan Lamuru dengan jumlah petani sebanyak 204 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas pepaya adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.31 Pisang
Komoditas pisang di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 1.007.640 Ha yang menghasilkan 27.341,9 Ton pisang atau senilai Rp. 54.683.800.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 27,13 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas pisang pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Lamuru, Ulaweng, Lappariaja, Amali, Tellu SiattingE dan Dua BoccoE dengan jumlah petani sebanyak 617 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas pisang adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.32 Rambutan
Komoditas rambutan di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 69.949 Ha yang menghasilkan 4.901,1 Ton rambutan atau senilai Rp. 14.703.300.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 70,07 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas rambutan pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tonra, Kahu, Libureng dan Palakka dengan jumlah petani sebanyak 282 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas rambutan adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.33 Salak
Komoditas salak di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 543 Ha yang menghasilkan 5,6 Ton salak atau senilai Rp. 16.800.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 10,31 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas salak pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan appariaja dan Palakka. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas salak adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten Kabupaten.
3.1.1.34 Sirsak
Komoditas sirsak di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 9.089 Ha yang menghasilkan 29,4 Ton sirsak atau senilai Rp. 73.500.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 3,23 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas sirsak pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Ulaweng dan SibuluE. dengan jumlah petani sebanyak 47 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas sirsak adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.35 Sukun
Komoditas sukun di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 92.863 Ha yang menghasilkan 2.443,5 Ton sukun atau senilai Rp. 9.774.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 26,31 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas sukun pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Ulaweng, Amali, Lappariaja, tellu SiattingE, Dua BoccoE dan Palakka dengan jumlah petani sebanyak 349 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas sukun adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.36 Melinjo
Komoditas Melinjo di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 894 Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas melinjo pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Bontocani. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas melinjo dalam adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.37 Petai
Komoditas petai di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 4.064 Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas petai pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Bontocani, TellulimpoE dan Cina dengan jumlah petani sebanyak 48 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas petai adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.38 Buncis
Komoditas buncis di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 61 Ha yang menghasilkan 102 Ton buncis atau senilai Rp. 306.000.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 167,21 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas buncis pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tellu SiattingE, Dua BoccoE dan Bontocani dengan jumlah petani sebanyak 143 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas buncis adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
3.1.1.39 Sawo
Komoditas sawo di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 905 Ha yang menghasilkan 26,3 Ton sawo atau senilai Rp. 131.500.000 dengan tingkat produktivitas sebesar 29,06 Ton/Ha. Adapun wilayah pengembangan komoditas sawo pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kecamatan Tellu SiattingE, Dua BoccoE dan Bontocani dengan jumlah petani sebanyak 81 kepala keluarga.Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas sawo adalah pasar lokal, antar kecamatan dan antar desa dalam kabupaten.
Analisa peluang pasar
Analisa peluang pasar untuk komoditas tanaman pangan baik pasar nasional maupun pasar internasional, padi, jagung dan kedelai memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan komoditas lainnya.
Beras merupakan makanan yang utama di kebanyakan negara Asia. Beras adalah makanan pokok sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia,Indonesia sendiri yang struktur perekonomian didominasi oleh sektor pertanian namun kebutuhan beras nasional belum mampu terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri, karena itu masih selalu mengimpor beras untuk mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.. Hal ini merupakan peluang pasar yang dimanfaatka oleh petani untuk meningkatkan produksinya demikian pula untuk memenuhi pasar manca negara terutama negara-negara Asia yang mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, Dilain pihak harga beras selalu ditentukan oleh pemerintah dan tidak melepaskan pada mekanisme pasar sehingga petani sering mengalami kerugian. Tanpa perubahan tata niaga beras dan pengurangan campur tangan pemerintah maka agribisnis padi akan tetap kurang diminati oleh investor di bidang pertanian.
Permintaan produk jagung nasional belum dapat memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Impor jagung jumlahnya sudah cukup besar terutama dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang sedang berkembang dewasa ini.
Permintaan kacang kedelai nasional semakin meningkat dari tahun ke tahun, untuk memenuhi kebutuhan industri makanan (susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati) dan non makanan (kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil)
Permintan nasional akan komoditasan kacang hijau dan kacang tanah pun semakin meningkat, untuk memenuhi kebutuhan industri makanan ( kue-kue, permen, roti dan lain-lain) serta kebutuhan restoran sebagai pelengkap .
Khusus untuk kelompok komoditas rempah seperti bawang merah, bawang putih dan cabe selain untuk memenuhi permintaan pasar nasional juga memiliki peluang untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Terutama untuk memenuhi kebutuhan industri makanan di dalam negeri maupun di luar negeri..
Komoditas lainnya dari sektor tanaman pangan kelompok sayur-sayuran yaitu ; bawang daun, petsai/sawi, cabe seperti tomat, kentang, ketimun, labu siam, terong, , kangkung, bayam, sukun, melinjo, petai, buncis dan sawo dan kelompok buah-buahan dan kelompok buah-buahan alpukat, belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, nenas, pepaya, pisang rambutan, salak, dan sirsak,. Semua komoditas tersebut punya peluang untuk memasuki pasar nasional mengingat komoditas-komoditas tersebut sangat dibutuhkan oleh restoran dan rumah tangga untuk melengkapi menu harian.
Analisa kemampuan bersaing
Jangkauan pemasaran komoditas sub sektor pertanian tanaman pangan sebagian besar masih terbatas didalam kabupaten saja. Namun tetap punya peluang untuk menjangkau pasar nasional mengingat komoditas yang ada sebagian merupakan produk yang dibutuhkan sebagai bahan baku pada industri makanan didalam negeri maupun diluar negeri.
Komoditas padi dan jagung memiliki luas wilayah pemasaran yang lebih luas dibanding komoditas lainnya yaitu perdagangan antar kabupaten dan antar pulau yang berarti daya terobos (penetrasi) pasar kedua komoditas semakin luas dan sudah memasuki pasar nasional, yang berarti komoditas padi dan jagung Kabupaten Bone sudah mampu bersaing dengan provinsi lain di Indonesia pada komoditas yang sama.
Komoditas padi dan jagung Kabupaten Bone diharapkan kedepannya mampu menerobos pasar internasional mengingat potensi yang dimiliki dikabupaten bone sangat besar. Untuk bersaing dipasar internasional maka perlu meningkatkan kualitas dan dan kuantitas produksi karena akan berhadapan dengan negara-negara pesaing dari mancanegara dengan kemampuan bersaing yang tinggi.
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan ketiga terpenting setelah gandum dan padi sebagai bahan makanan pokok dunia dan makanan pokok kedua di Indonesia setelah padi, namun produksi jagung nasional belum dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak.
Komoditas kacang tanah Kabupaten Bone memiliki luas wilayah pemasaran antar kabupaten di dalam provinsi (luas wilayah pemasaran regional), ini bisa ditafsirkan komoditas ini memiliki peminat yang terbatas. Namun wilayah pemasaran komoditas ini bisa ditingkatkan jangkauannya menerobos pasar nasional maupun internasional mengingat kacang tanah dibutuhkan oleh industri makanan dalam maupun luar negeri serta potensi lahan yang dimiliki cukup luas yaitu 14.828 Ha yang menghasilkan 22.850 ton pada tahun 2006.
Komoditas lainnya seperti kacang hijau, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, bawang merah, bawang putih, bawang daun, petsai/sawi, cabe, tomat, kentang, ketimun, labu siam, terong, kacang panjang, kangkung, bayam, alpukat, belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jambu air, jeruk, mangga, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sirsak, sukun, melinjo, petai, buncis dan sawo memiliki luas wilayah pemasaran yang terbatas yaitu hanya di dalam Kabupaten Bone saja namun jangkauan wilayah pemasarannya bisa ditingkatkan mengingat potensi yang dimiliki sangat besar untuk menjangkau pasar di luar kabupaten.terutama kedelai dengan jumlah produksi 7.624 Ton, kacang hijau 3.316 Ton, ubi kayu 5.842 Ton, ubi jalar 3.162 Ton, pertsai/sawi 1.445,7 Ton, duku/langsat 5.773,3 Ton, Durian 1.303,5 Ton, Mangga 1.168,7 Ton, pisang 27.341,9 Ton, rambutan 4.901 Ton seta sukun 2.443,5 Ton.
Analisa keterkaitan industri hulu-hilir
Kaitan kedepan ( for-ward-lingkage)
Derajat pemencaran (ketrkaitan dengan industri hilir) diartikan sebagai seberapa jauh sektor atau industri mampu menciptakan output sebagai input dalam penggunaan akhir sehingga menciptakan penawaran turunan.
Komoditas padi dan jagung selain sebagai makanan pokok pertama dan kedua di Indonesia juga dapat menjadi input pada industri makanan misalnya padi diolah menjadi tepung beras, kue basah, kue kering, makanan pendamping ASI, dan lain-lain. Jagung diolah menjadi tepung maizena, kue-kue, roti jagung, bahan campuran kopi, biskuit, pakan ternak, bahan baku industri Farmasi, perekat dan industri tekstil. Komoditas padi juga menjadi input pada industri penggilingan padi.
Komoditas kacang kedelei secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelei dan minyak kedelei. Dalam bentuk protein kedelei dapat digunakan sebagi bahan industri makanan yang diolah menjadi susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging nabatidan utnuk industri yang bukan bahan makananseperti : kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemek lainnya. Sedangkan dalambentuk lecithin dibuat anatara lain : margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida dan farmasi.
Komoditas kacang tanah dan kacang hijau juga menjadi input pada industri makanan yaitu merupakan bahan baku susu, kue-kue, biskuit, makanan pendamping ASI dan lain-lain.
Ubi kayu, ubi jalar dan kentang menjadi input pada industri makanan yaitu merupakan bahan baku makanan ringan (snack) seperti kerupuk dan kue kering, kue basah, es, dan lain-lain.
Komoditas kelompok sayur dan rempah mempunyai keterkaitan industri hulu-hilir yang pendek yaitu langsung dimanfaatkan oleh restoran untuk memenuhi menu harian. Sementara komoditas kelompok buah seperti alpukat, belimbing, duku/langsat, durian, jeruk, mangga, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, dan sirsak dapat menjadi input industri makanan, seperti buah kalengan (pengawetan buah), jus buah, manisan buah, es buah, sirop buah, dan lain-lain.
Kaitan kebelakang (Backward-linkage)
Kaitan kebelakang (keterkaitan dengan industri hulu) diartikan sebagai seberapa jauh suatu sektor menciptakan permintaan turunan (derived demand) dengan kata lain apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir akan mempengaruhi perubahan produk yang dipakai sebagai inputnya dalam proses produksi.
Apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada komoditas tertentu sub sektor tanaman pangan maka akan mempengaruhi kenaikan permintaan pada input pada proses produksi komoditas tersebut. Input yang dipakai dalam proses produksi sub sektor tanaman pangan adalah bibit tanaman, pupuk, air dan peralatan yang digunakan.
Analisa kemudahan memperoleh bahan baku
Analisa ini merupakan salah satu aspek teknis yang mencerminkan sektor tertentu memeperoleh bahan baku untuk produksinya. Bahan baku dapat mendorong kemampuan sektor tanaman pangan dalam produksinya. Sebaliknya bisa menjadi penghambat apabila bahan baku sulit diperoleh.
Semua komoditas dari sub sektor tanaman pangan memperoleh bahan baku dalam proses produksinya menunjukkan kesulitan pada tingkat yang terlalu tinggi yaitu sebagian besar bahan baku diperoleh dari dalam negeri yaitu bibit tanaman diperoleh dari swadaya masyarakat, pupuk diperoleh pabrik pupuk dalam negeri, kebutuhan air ditunjang oleh curah hujan yang cukup, pasang surut air laut, irigasi sederhana, irigasi setengah teknis, irigasi teknis. Sebagian peralatan diperoleh dari dalam negeri dan hanya sebagian kecil diperoleh dari luar negeri ( impor ) yaitu sebagian peralatan mesin yang digunakan dalam proses produksinya.
Analisa daya serap tenaga kerja
Analisa ini merupakan aspek ekonomi secara makro, ukuran daya serap tenaga kerja adalah elastisitas tenaga kerja dan konsep hulu-hilir atau kaitan antar sektor. Konsep elastisitas tenaga kerja adalah mengukur sampai seberapa jauh pengaruh perubahan produksi (pendapatan) terhadap perubahan tenaga kerja
Sub sektor tanaman pangan dikelola oleh 90.422 kepala keluarga yang terdiri dari padi 8.944 KK, jagung 15,314 KK, kedelai 8.744 KK, kacang tanah 14.472 KK, kacang hijau 2.402 KK, ubi kayu 967 KK, ubi jalar 172 KK, bawang merah 275 KK, bawang putih 26 KK, bawang daun 15 KK, petsai/sawi 164 KK, cabe 215 Kk, Tomat 183 KK, kentang 27 KK, ketimun 102 KK, labu siam 85 KK, terong 513 KK, kacang panjang 828 KK, kangkung 924 KK, bayam 211KK, alpukat 278 KK, belimbing 105 KK, duku/langsat 347 KK, durian 403 KK, jambu biji 241 KK, jeruk 348 KK, mangga 675 KK, nangka 522 KK, nenas 149 KK, pepaya 204 KK, pisang 617 KK, rambutan 282 KK, sirsak 47 KK, sukun 349 KK, melinjo 48 KK, petai 143 KK dan sawo 81 KK.
Kenaikan permintaan akhir pada berbagai komoditas sub sektor tanaman pangan akan berpengaruh pada kenaikan permintaan tenaga perja pada industri hulu yang biasa disebut derajat pemencaran (tenaga kerja pada pembibitan tanaman, tenaga kerja pada pabrik pupuk, tenaga kerja pada pabrik yang memproduksi peralatan baik peralatan sederhana maupun peralatan mesin) dan permintaan tenaga kerja pada industri hilir yang biasa disebut derajat kepekaan yaitu industri makanan ( tenaga kerja pada pabrik tepung, pabrik roti, pabrik biskuit , pabrik sirop, usaha es buah, usaha buah kalengan, pabrik pakan ternak, margarine, minyak goreng dan lain-lain) dan industri non makanan ( tenaga kerja indusrtri farmasi, tinta cetak, car cair, perekat dan lain-lain).
Analisa kelayakan bagi produsen
Analisa ini memperkirakan pendapatan dan biaya bagi produsen komoditi yang terpilih yang selanjutnya akan memperkirakan kelayakan usaha. Kelayakan bisa diukur dengan menggunakan kriteria penilaian keuangan pengembangan komoditas yaitu dengan menggunakan kriteria : payback, net present value, internal rate of return dan benefit cost ratio.
3.1.2 Sub Sektor Perkebunan
Kontribusi sub sektor perkebunan pada tahun 2006 sebesar 8,69 %. terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.335.557.600.000. Mengalami perkembangan sebesar 15,38% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sub sektor perkebunan pada tahun 2006 sebesar 7.17 % , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 175.129.880.000. Mengalami pertumbuhan sebesar 2,05% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Potensi Sub Sektor Perkebunan
3.1.2.1 Perkebunan Besar
Perkebunan besar di Kabupaten Bone adalah Perkebunan tebu dengan sentra produksi di Kecamatan Libureng, Patimpeng, Kahu dan Cina yang merupakan pemasok terbesar kebutuhan industri Pabrik Gula Camming dan Arasoe. Luas seluruh areal perkebunan tebu di 4 kecamatan ini adalah seluas 6.744.34 Ha yang menghasilkan tebu sebesar 245.338,60 ton dengan tingkat produktivitas 36,38 Kg/Ha.
3.1.2.2 Perkebunan Rakyat
3.1.2.2.1 Kelapa dalam
Perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 11.842 Ha yang menghasilkan 8.304 Ton kelapa dengan tingkat produktivitas sebesar 971 Kg/Ha. Adapun wilayah pengembangan perkebunan kelapa dalam pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Dua Boccoe, Cenrana dan Tellu Siattingnge dengan jumlah petani sebanyak 29.309 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kelapa dalam adalah antar Kabupaten di dalam propinsi atau tergolong perdagangan besar.
3.1.2.2.2. Kepala hibrida
Perkebunan kelapa hibrida di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 2.873 Ha yang menghasilkan 2.293 Ton kelapa dengan tingkat produktivitas sebesar 1.475 Kg/Ha. Wilayah pengembangan perkebunan kelapa hibrida pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Tellu Siattingnge dan Kajuara dengan jumlah petani sebanyak 4.623 kepala keluarga.
Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kelapa hibrida adalah antar Kabupaten di dalam propinsi atau tergolong perdagangan besar. Namun jika produksi dan tingkat produktivitas kelapa hibrida dan kelapa dalam bisa ditingkatkan pada tahun- tahun mendatang bisa menerobos pasar nasional untuk memenuhi kebutuhan industri besar dengan skala nasional.
3.1.2.2.3. Kopi
Perkebunan kopi di Kabupaten Bone pada tahun 2006 memanfaatkan lahan seluas 1.044 Ha yang menghasilkan 262 Ton kopi dengan tingkat produktivitas sebesar 375 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama kopi di Kabupaten Bone adalah : Bontocani jumlah petani sebanyak 3.156 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kopi adalah antar Kabupaten di dalam propinsi.
3.1.2.2.4. Kakao
Komoditas kakao di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 30.007 Ha yang menghasilkan 15.458 Ton kakao dengan tingkat produktivitas sebesar 709 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama kakao pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Tellusiattinge, Bengo, lamuru dan Lappariaja dengan jumlah petani sebanyak 41.708 kepala keluarga.
Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kakao sudah mampu menerobos pasar internasional (Ekspor) yang berarti sudah mampu bersaing dengan negara-negara lain penghasil kakao dari berbagai negara.
3.1.2.2.5. Kemiri
komoditas kemiri kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 7.195 Ha yang menghasilkan 6.052 Ton kemiri dengan tingkat produktivitas sebesar 963 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama kemiri pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Tellu Limpoe, Bontocani dan barebbo dengan jumlah petani 6.982 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kemiri adalah antar Kabupaten di dalam propinsi dan tergolong perdagangan besar.
3.1.2.2.6. Kapuk
Komoditas kapuk di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 1.597 Ha yang menghasilkan 939 Ton kapuk dengan tingkat produktivitas sebesar 618 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama kapuk pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : libureng, Ponre dan Bengo jumlah petani sebanyak 3.778 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kapuk adalah antar Kecamatan di dalam Kabupaten (pasar lokal).
3.1.2.2.7. Jambu Mente
Komoditas jambu mente di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 6.242 Ha yang menghasilkan 2.863 Ton jambu mente dengan tingkat produktivitas sebesar 543 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama jambu mente pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Bengo, ponre, Palakka, Tonra dan Cina dengan jumlah petani sebanyak 3.778 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas jambu mente adalah antar Kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.8. Cengkeh
Komoditas Cengkeh di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 3.450 Ha yang menghasilkan 1.684 Ton cengkeh dengan tingkat produktivitas sebesar 1.049 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama Cengkeh pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Cina, Tonra, Mare dan Ulaweng dengan jumlah petani sebanyak 3.057 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas Cengkeh adalah antar Kabupaten di dalam propinsi dan tergolong dalam perdagangan besar.
3.1.2.2.9 Lada
Komoditas lada di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 616 Ha yang menghasilkan 283 Ton lada dengan tingkat produktivitas sebesar 642 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama lada pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Cina dan Mare jumlah petani sebanyak 1.288 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas lada adalah antar kabupaten di dalam propinsi melalui pedagang pengumpul.
3.1.2.2.10 Vanili
Perkebunan vanili di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 153 Ha yang menghasilkan 9 Ton vanili dengan tingkat produktivitas sebesar 391 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama vanili pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Bontocani jumlah petani sebanyak 546 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas vanili adalah pasar ekspor
3.1.2.2.11. Pinang
Perkebunan pinang di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 1.350 Ha yang menghasilkan 633 Ton pinang dengan tingkat produktivitas sebesar 844 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama pinang pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Awangpone, Bengo dan Ponre jumlah petani sebanyak 7.634 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas pinang adalah antar Kabupaten di dalam propinsi melalui pedagang besar.
3.1.2.2.12 Aren
Perkebunan aren di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 3.488 Ha yang menghasilkan 3.081 Ton aren dengan tingkat produktivitas sebesar 1.197 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama aren pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Awangpone dan Ponre jumlah petani sebanyak 6.038 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas aren adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.13 Siwalan
Perkebunan siwalan di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 1.565 Ha yang menghasilkan 494 Ton siwalan dengan tingkat produktivitas sebesar 732 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama siwalan pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Tellu Siattinge dan Awangpone jumlah petani sebanyak 6.567 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas siwalan adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.14 Sagu
Perkebunan sagu di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 274 Ha yang menghasilkan 814 Ton sagu dengan tingkat produktivitas sebesar 4.240 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama sagu pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Sibulue dan Bengo jumlah petani sebanyak 1.436 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas sagu adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten .
3.1.2.2.15. Asam Jawa
Perkebunan asam jawa di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 177 Ha yang menghasilkan 153 Ton asam jawa dengan tingkat produktivitas sebesar 933 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama asam jawa pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Bengo jumlah petani sebanyak 1.636 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas asam jawa adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.16. Nipa
Perkebunan nipa di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 130 Ha yang menghasilkan 47 Ton nipa dengan tingkat produktivitas sebesar 385 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama nipa pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Kajuara dan Cenrana jumlah petani sebanyak 411 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas nipa adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.17. Kayu Manis
Perkebunan kayu manis di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 62 Ha yang menghasilkan 10 Ton kayu manis dengan tingkat produktivitas sebesar 238 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama kayu manis pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Tellu Limpoe jumlah petani sebanyak 197 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kayu manis adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.18. Tebu rakyat
Perkebunan tebu rakyat di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 695 Ha yang menghasilkan 25.710 Ton tebu rakyat dengan tingkat produktivitas sebesar 64.275 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama tebu rakyat pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Libureng, Patimpeng dan Kahu jumlah petani sebanyak 316 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas tebu rakyat adalah masih di dalam kabupaten yaitu pemasok bakan baku untuk pabrik gula Arasoe dan pabrik gula Camming.
3.1.2.2.19. Tembakau
Perkebunan tembakau di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 941 Ha yang menghasilkan 863 Ton tembakau dengan tingkat produktivitas sebesar 960 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama tembakau pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Tellusiattinge dan Amali jumlah petani sebanyak 1.208 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas tembakau adalah antar pulau.
3.1.2.2.20. Jahe
Perkebunan jahe di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 90 Ha yang menghasilkan 130 Ton jahe dengan tingkat produktivitas sebesar 1.529 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama jahe pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Lamuru jumlah petani sebanyak 583 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas jahe adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.21. Kunyit
Perkebunan kunyit di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 951 Ha yang menghasilkan 398 Ton kunyit dengan tingkat produktivitas sebesar 507 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama kunyit pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Bontocani dan Lamuru jumlah petani sebanyak 2.637 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kunyit adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.22. Kencur
Perkebunan kunyit di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 26 Ha yang menghasilkan 19 Ton kunyit dengan tingkat produktivitas sebesar 1.900 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama kunyit pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Lamuru jumlah petani sebanyak 53 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas kunyit adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.23. Sereh Wangi
Perkebunan sereh wangi di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 32 Ha yang menghasilkan 260 Ton sereh wangi dengan tingkat produktivitas sebesar 11.304 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama sereh wangi pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Bengo jumlah petani sebanyak 652 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas sereh wangi adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.24. Temu Lawak
Perkebunan temu lawak di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 8 Ha yang menghasilkan 14 Ton temu lawak dengan tingkat produktivitas sebesar 2000 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama temu lawak pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Ponre jumlah petani sebanyak 173 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas temu lawak adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.25. Lempuyang
Perkebunan lempuyang di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 34 Ha yang menghasilkan 32 Ton lempuyang dengan tingkat produktivitas sebesar 1.455 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama lempuyang pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Bengo jumlah petani sebanyak 739 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas lempuyang adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.26. Lengkuas
Perkebunan lengkuas di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 145 Ha yang menghasilkan 226 Ton lengkuas dengan tingkat produktivitas sebesar 2.000 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama lengkuas pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Bontocani jumlah petani sebanyak 3.231 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas lengkuas adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
3.1.2.2.27. Wijeng
Perkebunan wijen di Kabupaten Bone memanfaatkan lahan seluas 107 Ha yang menghasilkan 36 Ton wijen dengan tingkat produktivitas sebesar 581 Kg/Ha. Wilayah pengembangan sebagai penghasil utama wijen pada tahun 2006 di Kabupaten Bone adalah : Mare jumlah petani sebanyak 240 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasaran untuk komoditas wijen adalah antar desa dan antar kecamatan di dalam kabupaten.
Analisa peluang pasar
Perkebunan besar (Tebu) dan perkebunan rakyat (Tebu rakyat) memasok tebu sebagai bahan baku gula ke 2 pabrik gula di Kabupaten Bone yaitu pabrik gula Arasoe dan Pabrik Gula Camming namun tidak manutup kemungkinan tebu rakyat untuk memasuki pasar nasional dan internasional jika produksinya bisa ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan industri gula nasional maupun internasional.
Peluang pasar untuk komoditas kelapa dalam dan kelapa hibrida cukup besar terutama untuk industri minyak goreng baik nasional maupun internasional sampai saat ini komoditas kelapa Kabupaten Bone telah memasuki pasar nasional untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Disamping itu bagian-bagian kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
o Batang, Batang kelapa tua dapat dijadikan bahan bangunan (batang tua dan kering sangat tahan terjhadap sengatan rayap), mebel (Kayu dari pohon kelapa yang dijadikan mebel dapat diserut sampai permukaannya licin dengan tekstur menarik), jembatan darurat, kerangka perahu dan kayu bakar.
o Daun, daun kelapa digunakan untuk hiasan dan janur, ketupat dan atap. Tulang daun atau lidi dijadikan barang anyaman, sapu lidi dan tusuk sate.
o Nira juga dapat dikemas sebagai minuman ringan.
o Buah, banyak dari bagian buah merupakan bahan yang bermanfaat. Sabuk kelapa yang telah dibuang gabusnya merupakan serat alami yang berharga mahal untuk pelapis jok dan kursi, serta untuk pembuatan tali.
o Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai kayu bakar biasa atau diolah arang aktif yang diperlukan oleh berbagai industri pengolahan.
o Daging kelapa merupakan bagian yang paling penting dari komoditi asal pohon kelapa. Daging kelapa yang cukup dibuang, diolah menjadi kelapa parut, santan, kopra, dan minyak goreng. Sedang daging kelapa muda dapat dijadikan campuran minuman cocktail dan dijadikan sebagai selai. Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kecap dan sebagai media fermentasi nata de coco.
Peningkatan harga kopi dipasaran intrnasional sejak april 2005 disebabkan oleh suplai kopi dunia menurun dari negara-negara penghasil kopi dunia seperti Brasil dan Vietnam hingga 20% akibat harga kopi yang anjlok pada tahun sebelumnya. Hal ini merupakan peluang yang seharusnya dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar komoditi kopi.
Kapasitas ekspor kopi dari Sulawesi Selatan sekitar 100.000 ton pertahun, atau menyumbang sekitar 90% dari total ekspor Indonesia. Namun kapasitas dan kualitas produksi kopi negara-negara pesaing tidak bisa diabaikan, mengingat produksi kopi rakyat dalam negeri tidak terlepas dari kebiasaan memanipulasi mutu.
Perkopian Indonesia akan melakukan pengendalian mutu langsung ke desa-desa, dengan memantapkan produksi kopi yang memenuhi Standar kopi biji langsung oleh petani-pekebin kopi, menggantikan kopi asalan. Pelaksanaan standar mutu secara mantap dengan jalan : Pembinaan petugas pengambil contoh dengan sanksi-sanksi sampai ke pelaksanaan di laboratorim-laboratorim penguji mutu. Di samping itu akan diharuskan menggunakan segel untuk semua karung yang telah diuji mutunya
Biji kakao sebagai salah satu bahan baku dalam industri makanan, dituntut bermutu baik agar tidak merusak cita rasa makannan yanga diproduksi. Untuk menghasilkan biji bermutu baik, diperlukan tanaman kakao unggul yang dibudidayakan secara intensif.
Komoditi kakao dan produk olahannya merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki prospek cerah ke depan. Baik ditinjau dari aspek pemasaran maupun dari potensi lahan yang dimiliki. Namun perbaikan mutu biji kakao perlu dilakukan secara simultan dan terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir agar produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan disukai oleh konsumen baik lokal maupun internasional.
Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stbil dan cukup tinggi maka perluasan areal perkebunan kakao di Kabupaten Bone diharapkan akan terus berlanjut serta peningkatan mutu komoditi kakao dan produk turunannya. Dana pemerintah diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang baik dan dukungan fasilitas yang tidak bisa ditanggulangi oleh petani seperti biaya penyuluhan dan bimbingan, pembangunan sarana dan prasarana jalan dan telekomunikasi, dukungan pengendalian hama PBK secara nasional, dukungan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan industri hilir.
Manfaat Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selai itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete semua dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan szeperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kaleng, dan jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara, cairan tersebut menjadi hitam. Cairan dapat digunakan bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan bewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkangum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering mengerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun jambu mate yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk obat luka bakar. Jambu mete pun sudah muali memasuki pasar nasional bahkan mulai mengarah ke pasar ekspor.
Cengkeh bersama dengan tembakau memiliki peluang pasar bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri rokok yang merupakan industri besar dunia maupun di dalam negeri.
Vanili dan wijeng merupakan b ahan baku industri makanan dalam negeri dan juga di luar negeri, komoditas vanili kabupaten Bone sudah diekspor ke luar negeri utnuk memenuhi permintaan pasar internasional untuk industri makanan, sedangkan wijeng masih dipasarkan dipasaran lokal meskipun potensi lahan dan produksinya cukup besar untuk dikembangkan yaitu 107 Ha dengan produksi 36 ton pada tahun 2006.
Aren merupakan bahan baku industri gula merah yang selanjutnya menjadi bahan baku industri makanan lainnya, sampai saat ini Komoditas aren masih dipasarkan dipasar lokal saja namun tidak menutup kemungkinan akan memasuki pasar nasional utnuk memenuhi kebutuhan industri makanan dalam negeri.
Sagu Merupakan bahan makanan pokok ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung dan memiliki peluang pasar yang cukup luas baik pasar nasional maupun pasar internasional untuk memenuhi kebutuhan industri Makanan dan restoran.
Perdagangan komoditas Kemiri, termasuk dalam golongan perdagangan besar (provinsi) bahkan memiliki peluang untuk memasuki pasar nasional dan pasar internasional untuk memenuhi permintaan industri makanan dan restoran selain sebgai bumbu juga bisa diolah menjadi minyak kemiri dan lain sebagainya.
Lada, dari petani pekebun lada dijual ke pedagang pengumpul untuk dipasarkan ke pasar nasional dan pasar internasional untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan restoran.
Pinang, memiliki peluang pasar yang lebih baik hingga saat ini pinang sudah memasuki pasar propinsi melalui pedagang besar.
Kayu manis, jahe, kunyit, kencur, sereh wangi, temu lawak, lempuyang, lengkuas hingga tahun 2006 pemasarannya terbatas pada pasar lokal saja padahal jika dikembangkan dan didorong jangkauan pemasarannya bisa memasuki pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan industri makanan, restoran dan industri jamu.
Kapuk merupakan bahan baku kasur, bantal dan lain sebagainya, sampai saat ini pemasarannya masih terbatas pada pasar lokal, demikian juga pinang, siwalan dan nipa Pemasarannya masih terbatas yang bisa ditafsirkan peminat untuk komoditas ini masih terbatas.
Analisa kemampuan bersaing
Jangkauan pemasaran komoditas sub sektor Kehutanan dan Perkebunan sebagian sudah mulai diekspor, sebagian masih terbatas pada pasar nasional dan pasar kabupaten saja. Namun sebagian besar komoditas sub sektor kehutanan dan perkebunan punya peluang untuk menjangkau pasar nasional maupun pasar internasional mengingat komoditas yang ada sebagian merupakan produk yang dibutuhkan sebagai bahan baku pada industri makanan didalam negeri maupun diluar negeri.
Komoditas Tebu baik pada perkebunan besar maupun pada perkebunan rakyat dipasarkan di Kabupaten Bone sendiri yaitu menjadi pemasok pada industri pabrik gula Arasoe dan Camming.
Komoditas Kakao, Vanili memiliki luas wilayah pemasaran yang lebih luas dibanding komoditas lainnya yaitu Perdagangan besar dan sudah memasuki pasar internasional (Ekspor) yang berarti daya terobos (penetrasi) pasar kedua komoditas semakin luas, yang berarti komoditas Kakao dan Vanili Kabupaten Bone sudah mampu bersaing dengan negara lain di dunia pada komoditas yang sama.
Tembakau memiliki luas wilayah Pemasaran nasional (antar pulau) yang berarti daya terobos (penetrasi) komoditas ini cukup luas yaitu sudah mampu bersaing dengan propinsi lain pada komoditas yang sama. Namun punya peluang yang cukup besar untuk memasuki wilayan pemasaran internasional mengingat tembakau merupakan bahan baku industri rokok di dalam maupun di luar Negeri .
Komoditas Jambu mete, kelapa dalam, kelapa hibrida, kemiri, cengkeh lada, pinang dan kopi memiliki luas wilayah pemasaran regional dan mulai mengarah ke pasar nasional yang berarti daya terobos (penetrasi) pasar komoditas-komoditas ini semakin besar untuk menerobos pasar nasional dan siap untuk bersaing dengan propinsi lain di Indonesia pada komoditas yang sama.
Kapuk, Aren, Siwalan, Sagu, Asam jawa, Nipa, Kayu manis, Jahe, Kunyit, Kencur, Sereh wangi, Temu lawak, Lempuyang, Lengkuas dan wijeng memiliki luas pemasaran yang masih terbatas pada pasar lokal yang berarti daya terobos (penetrasi) pasar komoditas ini sangat terbatas.
Analisa keterkaitan industri hulu-hilir
Kaitan kedepan ( for-ward-lingkage)
Kaitan ke depan (keterkaitan dengan industri hilir) diartikan sebagai seberapa jauh sektor atau industri mampu menciptakan output sebagai input dalam penggunaan akhir sehingga menciptakan penawaran turunan.
Komoditas Tebu menjadi input pada industri pabrik gula, dan pedagang gula, komoditas kelapa dalam, kelapa hibrida menjadi input pada industri minyak goreng, industri kopra dan pedagang kelapa, minyak goreng dan kopra.
Komoditas kopi menjadi input untuk industri pengolahan kopi dan pedagang kopi (pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran). Demikian pula untuk komoditas kakao merupakan bahan baku bagi industri coklat bubuk dan batangan, Industri makanan ( Kue kering, kue basah, susu, Waper dan lainnya), dan selanjutnya menjadi input pada usaha perdagangan coklat yang belum diolah yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk di ekspor serta yang telah diolah oleh industri terkait menjadi input pada usaha perdagangan baik pedagang besar, pedagang perantara maupun pedagan eceran.
Kemiri yang belum diolah menjadi input bagi pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk diperdagangkan antar kabupaten dan antar propinsi serta menjadi input pada industri pengolahan kemiri menjadi bubuk kemiri atau minyak kemiri selanjutnya menjadi input pada pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran serta usaha restoran untuk memenuhi kebutuhan menu harian restoran.
Jambu mete dan wijeng yang belum diolah menjadi input bagi industri makanan (roti, kue kering, kue basah), pedagang pengumpul, pedagang besar untuk diperdagangkan antar kabupaten , antar propinsi bahkan untuk tujuan ekspor sedangkan jambu mete yang telah diolah oleh indutri makanan menjadi input bagi pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran.
Cengkeh dan tembakau yang belum diolah menjadi input pada pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk diperdagangkan antar propinsi dan untuk diekspor serta input bagi indutri rokok di dalam maupun di luar negeri sedangkan yang sudah diolah menjadi input bagi pedagang besar , pedagang perantara dan pedagang eceran.
Vanili yang belum diolah menjadi input pada pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk diperdagangkan antar propinsi dan untuk diekspor serta merupakan bahan baku industri makanan yang selanjutnya menjadi input bagi pedagang besar , pedagang perantara dan pedagang eceran.
Pinang yang belum diolah menjadi input pada pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk diperdagangkan antar propinsi dan untuk diekspor
Aren merupakan bahan baku bagi industri gula merah dan selanjutnya menjadi input bagi pedagang perantara dan pedagang eceran.
Sagu selain sebagai makan pokok ketiga setelah padi dan jagung juga merupakan bahan baku bagi industri makanan (Kue kering, kue basah dan lainnya) dan selanjutnya menjadi input bagi pedagang perantara dan pedagang eceran.
Lada, jahe, kunyit, kencur, sereh wangi, temu lawak, lempuyang, lengkuas, asam jawa menjadi input bagi industri yang mengola menjadi bumbu jadi dan input bagi industri jamu , pedagang eceran bagi yang belum diolah serta pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran.
Kapuk menjadi input bagi usaha pembuatan kasur, bantal dan lainnya serta bagi pedagang kapuk, pedagang kasur dan bantal.
Derajat kepekaaan (Backward-linkage)
Kaitan ke belakang (keterkaitan dengan industri hulu) diartikan sebagai seberapa jauh suatu sektor menciptakan permintaan turunan (derived demand) dengan kata lain apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir akan mempengaruhi perubahan produk yang dipakai sebagai inputnya dalam proses produksi.
Apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada komoditas tertentu sub sektor tanaman pangan maka akan mempengaruhi kenaikan permintaan pada input pada proses produksi komoditas tersebut. Input yang dipakai dalam proses produksi sub sektor perkebunan adalah bibit tanaman, pupuk, air dan peralatan yang digunakan yang berpengaruh langsung pada industri pupuk, usaha pembibitan dan industri yang manghasilkan peralatan perkebunan.
Analisa kemudahan memperoleh bahan baku
Analisa ini merupakan salah satu aspek teknis yang mencerminkan sektor tertentu memperoleh bahan baku untuk produksinya. Bahan baku dapat mendorong kemampuan sektor perkebunan dalam produksinya. Sebaliknya bisa menjadi penghambat apabila bahan baku sulit diperoleh.
Semua komoditas dari sub sektor perkebunan memperoleh bahan baku dalam proses produksinya menunjukkan kesulitan pada tingkat yang terlalu tinggi yaitu sebagian besar bahan baku diperoleh dari dalam negeri yaitu bibit tanaman diperoleh dari swadaya masyarakat, pupuk diperoleh pabrik pupuk dalam negeri, bahkan dalam kabupaten sendiri sudah tersedia pabrik pupuk, kebutuhan air ditunjang oleh curah hujan yang cukup, pasang surut air laut, irigasi sederhana, irigasi setengah teknis, irigasi teknis. Sebagian peralatan diperoleh dari dalam negeri dan hanya sebagian kecil diperoleh dari luar negeri ( impor ) yaitu sebagian peralatan mesin yang digunakan dalam proses produksinya.
Analisa daya serap tenaga kerja
Analisa ini merupakan aspek ekonomi secara makro, ukuran daya serap tenaga kerja adalah elastisitas tenaga kerja dan konsep hulu-hilir atau kaitan antar sektor. Konsep elastisitas tenaga kerja adalah mengukur sampai seberapa jauh pengaruh perubahan produksi (pendapatan) terhadap perubahan tenaga kerja
Sub sektor perkebunan dikelola oleh 140.061 kepala keluarga. Kenaikan permintaan akhir pada berbagai komoditas sub sektor perkebunan akan berpengaruh pada kenaikan permintaan tenaga perja pada industri hulu (tenaga kerja pada pembibitan tanaman, tenaga kerja pada pabrik pupuk, tenaga kerja pada industri yang memproduksi peralatan baik peralatan sederhana maupun peralatan mesin) dan permintaan tenaga kerja pada industri hilir yaitu tenaga kerja pada pabrik tepung, pabrik roti, pabrik biskuit , pabrik gula, Industri pengolahan kopra, industri pengolahan kopi, industri rokok kretek, industri pengolahan tembakau, Industri gula merah, industri kelengkapan rumah tangga selain kayu ,bambu rotan yaitu kasur / bantal , industri minyak goreng.
Analisa kelayakan bagi produsen
Analisa ini memperkirakan pendapatan dan biaya bagi produsen komoditi yang terpilih yang selanjutnya akan memperkirakan kelayakan usaha. Kelayakan bisa diukur dengan menggunakan kriteria penilaian keuangan pengembangan komoditas yaitu dengan menggunakan kriteria : payback, net present value, internal rate of return dan benefit cost ratio.
3.1.3. Sub Sektor Kehutanan
Luas kawasan hutan di Kabupaten Bone sekitar 155.484 Ha pada tahun 2006 yang meliputi : hutan lindung ± 32.612 Ha, hutan produksi ± 110.760 Ha, hutan wisata (Cani Sidenreng) ± 1,612 Ha, dan hutan mangrove ± 10.437 Ha. Hutan Bakau disepanjang pantai Teluk Bone merupakan potensi pemeliharaan kelestarian kehidupan biota laut/ ikan secara alami dan pengembangannya.
Kontribusi sub sektor kehutanan pada tahun 2006 sebesar 0,07 %. Terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.2.558.600.000. Mengalami perkembangan sebesar 8,17%jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sub sektor kehutanan pada tahun 2006 sebesar 0,06 % , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 1.580.390.000. Mengalami pertumbuhan sebesar jika 3,04% dibandingkan tahun sebelumnya.
Hutan produksi di kabupaten Bone pada tahun 2006 terdiri dari hutan pinus ± 10.500 Ha, Hutan Rotan ± 2.500 Ha dengan jumlah produksi 3 M3 rotan, hutan jati ± 7.500 Ha dengan jumlah produksi 6.400 M3 senilai Rp. 24.000.000.000, dan lain lain ± 90.360 Ha. Hutan Pinus berada di kecamatan Bontocani, Tellulimpoe, Bengo dan Ponre. Hutan Rotan berada di kecamatan Bontocani, Tellulimpoe, Bengo, Ponre dan Libureng dan Hutan Jati tersebar di 18 kecamatan.
Hutan lindung berada di kecamatan Bontocani, Tellulimpoe, Tonra, Dua Boccoe, Lappariaja, Ponre dan Tanete Riattang Timur. Hutan wisata Cani Sidenreng berada di kecamatan Ulaweng.
Hutan Mangrove tersebar di 10 kecamatan yaitu Cenrana, Tellusiattinge, Awangpone, Tanete Riattang Timur, Barebbo, Mare, Sibulue, Tonra, Salomekko dan Kajuara.
3.1.4. Sub Sektor Peternakan
Kabupaten Bone merupakan salah satu daerah produsen ternak di sulsel, Komoditas peternakan yang dikembangkan di kabupaten Bone meliputi sapi potong, kerbau, kuda, kambing, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan itik.
Kontribusi sub sektor peternakan pada tahun 2006 sebesar 1,69 %. Terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.65.392.450.000. Mengalami perkembangan sebesar 11,8%jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sub sektor peternakan pada tahun 2006 sebesar 1,68 % , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 40.946.090.000. Mengalami pertumbuhan sebesar jika 3,01% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari segi pemamfaatan lahan di kabupaten Bone memperlihatkan untuk pengembalaan / padang rumput seluas 1.08% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Bone. Dalam perkembangan sub sektor peternakan sebagai sektor yang cukup strategis di daerah ini masih didapatkan berbagai tantangan yaitu: masih rendahnya kualitas mutu/kwalitas produksi dan kurang efisien di berbagai aspek sehingga berdampak terhadap daya saing dan harga ternak untuk menarik minat mitra usaha/investor.
Pemeliharaan ternak Kabupaten Bone masih merupakan peternakan rakyat dengan sistem semi intensif tradisional atau usaha perternakan lahan sempit. Oleh karena itu diusahakan pengembangan ternak skala besar melalui usaha penggemukan sapi sedangkan pengembangan ternak unggas melalui pemamfaatan lahan pekarangan.
Potensi Sub Sektor Peternakan
Ternak besar
3.1.4.1. Sapi
Populasi sapi di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 135.870 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 112.514 ekor terjadi perkembangan jumlah populasi ternak sapi sebanyak 23.356 ekor atau sebesar 21%.Jumlah produksi daging sapi pada tahun 2006 sebesar 16.935.950 kg dengan jumlah petani ternak sebanyak 33.879 kepala keluarga.
Produksi daging sapi di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebesar 777.600 Ton atau senilai Rp. 34.992.000.000,-, dengan produksi tertinggi di Kecamatan Tanete Riattang dan kecamatan Tanete Riattang Timur masing-masing 423.754 Ton dan 23.490 Ton.
Wilayah sentra produksi pengembangan ternak sapi di Kabupaten Bone tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bone. Jangkauan wilayah pemasarannya ke 15 Kabupaten yaitu Pinrang, Enrekang, Sidrap, Wajo, Palopo, Makassar, Soppeng, Sinjai, Pare-pare, Tator, Luwu, Barru, Bulukumba, Maros dan Kolaka.
Memelihara Sapi sangat menguntungkan karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk membajak sawah dan kotoran sapi termasuk pupuk organik yang menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih subur.
Organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
· Kulit, sebagai bahan baku tas, sepatu, ikat pinggang, topi dan jaket.
· Tulang, dapat diolah menjadi bahan baku perekat/Lem dan bahan kerajinan.
· Tanduk, sebagai bahan kerajinan misalnya hiasan dinding.
3.1.4.2. Kerbau
Populasi kerbau di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 4.730 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 5.754 ekor terjadi penurunan jumlah populasi sebanyak 1.024 ekor atau sebesar 18%. Jumlah produksi daging kerbau pada tahun 2006 sebanyak 638.559 ekor dengan jumlah petani ternak sebanyak 1.970 kepala keluarga.
Wilayah sentra produksi pengembangan kerbau di Kabupaten Bone tersebar di 11 kecamatan sebagai daerah penghasil utama kerbau yaitu kecamatan Tonra, Bontocani, Kajuara, Mare, Sibulue, Barebbo, Cina, Patimpeng, Salomekko, Kahu.dan Ajangale. Dengan produksi tertinggi di Kacamatan Tonra yaitu sebesar 540 kg atau senilai Rp. 24.300.000,-. Total produksi kuda di Kabupaten Bone tahun 2006 sebesar 3,160 ton atau senilai Rp. 142.200.000,-.
Jangkauan wilayah pemasarannya masih dalam masih dalam wilayah pemasaran regional atau dalam propinsi yaitu Pinrang, Wajo, Palopo, Makassar, Soppeng, Sinjai, Tator dan maros.
3.1.4.3. Kuda
Populasi kuda di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 8.209 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 7.469 ekor terjadi perkembangan jumlah populasi kuda sebanyak 740 ekor atau sebesar 10%. Jumlah produksi daging kuda pada tahun 2006 sebesar 1.108.215 kg dengan jumlah petani ternak sebanyak 6.315 kepala keluarga.
Wilayah sentra produksi pengembangan kuda di Kabupaten Bone tersebar di 8 kecamatan sebagai daerah penghasil utama kuda yaitu kecamatan Kahu, Libureng, Lappariaja, Lamuru, Bengo, Ulaweng, Amali dan Tanete Riattang Barat, dengan produksi tertinggi di Kecamatan Lamuru dan Tanete Riattang Barat masing-masing 6,74 Ton dan 5,8 Ton. Harga kuda Rp. 45.000,-/kg, total produksi kuda kabupaten Bone Tahun 2006 32,69 Ton atau senilai Rp. 1.210.050.000,-.
Jangkauan wilayah pemasarannya ke 9 Kabupaten yaitu Jeneponto, Wajo, Makassar, Soppeng, Sinjai, Bantaeng, Barru, Bulukumba, dan Maros.
Ternak kecil
3.1.4.4. Kambing
Populasi kambing di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 8.012 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 8.815 ekor terjadi penurunan jumlah populasi kambing sebanyak 803 ekor atau sebesar 9%. Jumlah produksi daging kambing sebesar 64.096 kg dengan jumlah petani ternak sebanyak 2.671 kepala keluarga.
Produksi daging kambing di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebesar 10,522 kg atau senilai Rp. 473.503.500,- dengan produksi tertinggi di Kecamatan Kajuar dan Tanete Riattang Timur masing- masing 900 kg dan 697,3 kg.
Wilayah sentra produksi pengembangan kambing di Kabupaten Bone tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bone dengan jangkauan wilayah pemasarannya masih dalam wilayah Kabupaten Bone belum dipasarkan ke kabupaten lain.
Usaha ternak kambing sudah lama dilakukan di Kabupaten Bone sebagai usaha keluarga, namun dalam pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya belum dikelolah secara intensif meskipun telah memeberi hasil yang lumayang.
Unggas
3.1.4.5. Ayam Buras/Ayam Kampung
Populasi ayam buras di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1.336.233 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1.273.468 ekor terjadi perkembangan jumlah populasi ayam buras sebanyak 62.755 ekor atau sebesar 5%. Jumlah produksi daging ayam buras sebesar 1.336.233 kg dengan jumlah petani ternak sebanyak 167.029 kepala keluarga.
Produksi daging ayam kampung di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 170.378 kg atau senilai Rp. 4.259.450.000,- dengan produksi tertinggi di Kecamatan Libureng dan Kahu masing-masing 14.619 kg dan 14.227 kg . Harga daging ayam kampung Rp. 25.000,-/kg.
Produksi telur ayam kampung di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 561.204 kg atau senilai Rp. 4.259.450.000,- dengan produksi tertinggi di Kecamatan Kahu dan Libureng masing-masing 48.146 kg dan 48.120 kg. Harga telur ayam kampung Rp. 20.000,-/kg.
Wilayah sentra produksi pengembangan ayam buras di Kabupaten Bone tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bone dengan jangkauan wilayah pemasarannya masih dalam wilayah Kabupaten Bone belum dipasarkan ke kabupaten lain.
Ayam Ras
Produksi daging ayam ras di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebesar 108.054 kg atau senilai Rp. 2.161.080.000,-. Produksi tertinggi di Kecamatan Ulaweng dan Kecamatan Tanete Riattang Barat masing-masing 12.191 kg dan 11.632 kg sentra produksinya di Kecamatan Kahu, Kajuara, Salomekko, Patimpeng, Libureng, Mare, Cina, Lappariaja, Tellulimpoe, Bengo, Ulaweng, Palakka, Tellu Siattinge, Amali, Cenrana, Tanate Riattang Barat, Tanete Riattang dan Tanete Riattang Timur. Harga daging ayam ras Rp. 20.000/kg .
Produksi telur di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebesar 144.180 kg atau senilai Rp. 1.384.128.000 dengan produksi tertinggi di kecamatan Mare sebesar 34.992 kg, sentra produksi telur ayam ras di Kecamatan Kajuara, Salomekko, Tonra, Patimpeng, Libureng, Mare, Barebbo, Lappariaja, Tellulimpoe, Bengo, Ulaweng, Palakka, Awangpone, Tellu Siattinge, Amali, Ajangale, Dua Boccoe, Cenrana, Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang dan Tanete Riattang Timur. Harga telur ayam ras Rp. 9.600,-/kg.
3.1.4.6. Ayam Ras Pedaging
Ayam ras pedagingmerupakan ras unggulan hasil persilangan ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi terutama dalam memproduksi daging ayam. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen, dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan.
Populasi ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 79.250 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 70.500 ekor terjadi perkembangan jumlah populasi ayam ras pedaging sebanyak 8.750 ekor atau sebesar 12%. Jumlah produksi daging ayam ras pedaging sebesar 95.100 kg dengan jumlah petani ternak sebanyak 793 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasarannya masih dalam wilayah Kabupaten Bone belum dipasarkan ke kabupaten lain.
3.1.4.7. Ayam Ras Petelur
Populasi ayam Ras Petelur di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 23.463 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 25.000 ekor terjadi penurunan jumlah populasi ayam ras petelur sebanyak 1.537 ekor atau sebesar 6%. Jumlah produksi daging ayam ras petelur sebesar 35.195 kg dengan jumlah petani ternak sebanyak 235 kepala keluarga. Jangkauan wilayah pemasarannya masih dalam wilayah Kabupaten Bone belum dipasarkan ke kabupaten lain.
3.1.4.8. Itik
Populasi itik di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 97.996 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 89.480 ekor terjadi perkembangan jumlah populasi itik sebanyak 8.516 ekor atau sebesar 10%. Jumlah produksi daging itik sebesar 146.994 kg dengan jumlah petani ternak sebanyak 1.960 kepala keluarga.
Produksi daging itik di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 9.341,621 kg atau senilai Rp. 233.540.525 dengan produksi tertinggi di Kecamatan Awangpone dan Palakka masing-masing 2.158,38 kg dan 1.594,971 kg. sentra produksinya tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bone kecuali kecamatan Sibulue, Cina, Ponre dan Lamuru. Harga daging itik Rp. 25.000,-/kg.
Produksi telur itik di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebesar 466.308 kg senilai Rp. 6.994.621.500,- dengan produksi tertinggi di Kecamatan Awangpone dan Dua Boccoe masing-masing 106.891 kg dan 70.565 kg. Sentra produksinya di seluruh wilayah Kabupaten Bone kecuali kecamatan Sibulue, Cina, Ponre dan Lamuru. Harga telur itik Rp. 15.000,- /kg. Jangkauan wilayah pemasarannya masih dalam wilayah Kabupaten Bone belum dipasarkan ke kabupaten lain.
Analisa peluang pasar
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun sebagai ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mensupply kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti makassar dan kota besar lainnya.
Konsumen daging sapi dan kerbau digolongkan sebagai berikut:
1. Konsumen akhir, Konsumen rumah tangga yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya.
§ Konsumen dalam negeri, merupakan konsumen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dari pasokan dalam negeri yang belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
§ Konsumen Asing, yang mencakup karyawan perusahaan dan pelancong dengan porsi yang relatif kecil. Di samping itu juga mungkin terdapat konsumen manca negara yang belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan.
2. Konsumen industri, merupakan konsumen yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain. Konsumen ini meliputi : Hotel, restoran dan industri pengolahan.
Peluang pasar untuk ternak kuda dan ternak kambing adalah pasar lokal dan pasar kabupaten dan pasar propinsi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan industri pengolahan.
Peluang pasar untuk ternak ayam buras dan ayam ras pedaging adalah untuk memenuhi permintaan konsumen rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan baik di pasar lokal, pasar regional bahkan jika produksi bisa ditingkatkan dapat memperluas jangkauan wilayah pemasaran hingga pasar nasional.
Peluang pasar untuk ayam ras petelur dan itik baik sebagi bibit maupun telur cukup luas bahkan jika produksi memungkinkan dapat memenuhi permintaan pasar nasional terutama telur bagi industri makanan (kue kering, kue basah, roti dan lainnya) yang tersebar di seluruh nusantara.
Analisa kemampuan bersaing
Jangkauan wilayah pemasaran untuk sub sektor peternakan sebagian sudah memasuki wilayah pemasaran propinsi atau perdagangan antar kabupaten dan sebagiannya lagi masih terbatas pada dalam wilayah Kabupaten Bone.
Ternak sapi, kerbau dan kuda dipasarkan ke beberapa kabupaten dan ke ibukota propinsi yang berarti daya terobos (penetrasi) pasar untuk ketiga jenis ternak ini masih terbatas pada pasar regional namun jika produksi ditingkatkan pada ketiga jenis ternak ini maka bisa menerobos pasar nasional mengingat peluang pasarnya cukup besar meliputi rumah tangga, hotel, restoran, dan industri pengolahan. Jangkauan wilayah pemasaran ketiga jenis ternak ini dapat ditafsirkan bahwa jangkauan pemasaran yang terbatas pada ketiga jenis ternak ini bukan karena peminatnya yang terbatas tetapi produksi yang terbatas tidak memungkinkan untuk dipasarkan pada pemasaran yang lebih besar.
Ternak kambing, ayam buras, ayam ras` pedaging, ayam ras petelur dan itik jangkauan pemasarannya terbatas pada wilayah Kabupaten Bone (pasar lokal) . Hal ini berarti meskipun jumlah produksi pada kelima jenis ternak baik produksi daging maupun telur pada ternak unggas cukup besar namun permintaan dalam kabupaten juga besar sehingga tidak mencukupi untuk dipasarkan di luar Kabupaten. Jika di tahun-tahun mendatang produksi ditingkatkan maka kemungkinan besar dapat dipasarkan pada pasar diluar kabupaten, di luar provinsi (pasar nasional)
Analisa keterkaitan industri hulu-hilir
Kaitan kedepan ( for-ward-lingkage)
Kaitan ke depan (keterkaitan dengan industri hilir) diartikan sebagai seberapa jauh sektor atau industri mampu menciptakan output sebagai input dalam penggunaan akhir sehingga menciptakan penawaran turunan.
Kaitan ke depan untuk komoditas ternak sapi, kerbau, kuda dan kambing meliputi industri pengolahan daging ( usaha pembuatan Bakso, sosis dan daging asap lainnya serta daging olahan kemasan) yang selanjutnya menjadi input bagi pedagang besar, pedagang antara dan pedagang eceran industri pengawetan kulit/pengeringan, yang selanjutnya menjadi input bagi industri pembuatan sepatu, tas dan ikat pinggang setelah itu dipasarkan oleh pedagang besar, pedagang antara dan pedagang eceran dan restoran. Demikian pula untuk produksi daging unggas menjadi input industri pengolahan daging unggas (daging kemasan dan ayam goreng kemasan) dan selanjutnya menjadi input pada pedagang besar, pedagang antara dan pedagang eceran.
Produksi telur yang dihasilkan oleh ternak unggas menjadi input bagi restoran dan industri makanan misalnya industri roti, biskuit, kue kering dan kue basah lainnya.
Derajat kepekaaan (Backward-linkage)
Kaitan ke belakang (keterkaitan dengan industri hulu) diartikan sebagai seberapa jauh suatu sektor menciptakan permintaan turunan (derived demand) dengan kata lain apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir akan mempengaruhi perubahan produk yang dipakai sebagai inputnya dalam proses produksi.
Kaitan kebelakang untuk komoditas ternak meliputi industri makanan ternak, peningkatan produksi dan populasi ternak akan berpengaruh menaikkan permintaan akan pakan ternak.
Analisa kemudahan memperoleh bahan baku
Analisa ini merupakan salah satu aspek teknis yang mencerminkan sektor tertentu memperoleh bahan baku untuk produksinya. Bahan baku dapat mendorong kemampuan sektor peternakan dalam produksinya. Sebaliknya bisa menjadi penghambat apabila bahan baku sulit diperoleh.
Tingkat kemudahan memperoleh bahan baku untuk meningkatkan produksi ternak menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena bahan bakunya diperoleh dari dalam negeri.
Analisa daya serap tenaga kerja
Analisa ini merupakan aspek ekonomi secara makro, ukuran daya serap tenaga kerja adalah elastisitas tenaga kerja dan konsep hulu-hilir atau kaitan antar sektor. Konsep elastisitas tenaga kerja adalah mengukur sampai seberapa jauh pengaruh perubahan produksi (pendapatan) terhadap perubahan tenaga kerja.
Kenaikan permintaan pada berbagai komoditas ternak akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja pada industri hulu ( tenaga kerja pada industri pakan ternak dan industri obat-obatan untuk ternak, pedagang besar, pedaganmg perantara dan pedagang eceran hasil industri hulu) dan industri hilir (tenaga kerja pada industri pengolahan daging misalnya pembuatan Abon, bakso dan lain-lain, tenaga kerja pada industri pengolahan kulit, pedagang besar, perantara dan kecil hasil produksi industri hilir)
Analisa kelayakan bagi produsen
Analisa ini memperkirakan pendapatan dan biaya bagi produsen komoditi yang terpilih yang selanjutnya akan memperkirakan kelayakan usaha. Kelayakan bisa diukur dengan menggunakan kriteria penilaian keuangan pengembangan komoditas yaitu dengan menggunakan kriteria : payback, net present value, internal rate of return dan benefit cost ratio.
3.1.5. Sub Sektor Perikanan
Kabupaten Bone dengan garis pantai yang cukup panjang ± 127 km membentang dari utara ke selatan dengan luas wilayah penangkapan perikanan tangkap ± 93.929 Ha meliputi 10 kecamatan yaitu kecamatan Cenrana, kecamatan Tellusiattinge, Awangpone, Tanete Riattang Timur, Barebbo, Sibulue, Mare, Tonra, Salomekko, dan kajuara, yang sangat potensial untuk pengembangan tambak, kepiting, udang, bandeng dan rumput laut dan obyek wisata pantai dengan jumlah petani nelayan perikanan tangkap sebanyak 10.494 0rang.
Kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 2006 sebesar 20,37 %. Terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.786.319.130.000. Mengalami perkembangan sebesar 44,37% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 2006 sebesar 21,11 % , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 515.563.230.000. Mengalami pertumbuhan sebesar 11,48% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Potensi Sub Sektor perikanan
Perikanan Laut
Areal perikanan laut Kabupaten Bone (perikanan tangkap) seluas 93.929 Ha dengan jumlah petani nelayan 10.494 orang. Jangkauan wilayah pemasaran regional, nasional dan internasional (Ekspor) : Kabupaten Bone, Kotamadya Makassar dan yang diekspor ke negara Jepang, Hongkong, Singapura, Taiwan dan lain-lain.
3.1.5.1.Udang Windu : Udang biasanya dipanen setelah masa pemeliharaan 5 – 6 bulan. Dengan syarat mutu yang baik, yaitu : ukuran yang besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, badan tidak cacat dan masih dalam keadaan hidup dan segar mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Potensi udang windu di Kabupaten Bone sangat besar untuk dikembangkan, pada tahun 2006 jumlah produksi udang windu sebesar 1.353,70 Ton
3.1.5.2.Udang Putih : Komoditi udang putih di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 648,3 Ton
3.1.5.3. Kepiting Rajungan : Komoditi kepiting rajungan di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 821,7 Ton . Sumber produksi kepiting Daerah Kabupaten Bone adalah usaha penangkapan di perairan dan muara sungai dan rawa-rawa.
3.1.5.4. Tuna : Komoditi Tuna di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 5.830 Ton .
3.1.5.5. Cakalang : Komoditi cakalang di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 9.025 Ton .
3.1.5.6. Layang : Komoditi layang di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 2.690 Ton .
3.1.5.7. Ekor Kuning : Komoditi ekor kuning di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 375 Ton .
3.1.5.8. Tongkol : Komoditi tongkol di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 6.044 Ton .
3.1.5.9. Tenggiri : Komoditi tenggiri di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 355 Ton .
3.1.5.10. Kakap : Komoditi kakap di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 768,7 Ton .
3.1.5.11. Cumu-cumi : Komoditi cumi-cumi di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 804Ton .
3.1.5.12. Teripan Pasir : Komoditi teripan pasir di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 42,5 Ton .
3.1.5.13. Tembang : Komoditi tembang di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 2.170 Ton .
3.1.5.14. Cucut : Komoditi Cucut di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 461,7 Ton .
3.1.5.15. Layur : Komoditi Layur di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 126,5 Ton .
3.1.5.16. Belanak : Komoditi Belanak di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 312 Ton .
3.1.5.17. Teri : Komoditi Teri di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 960 Ton .
3.1.5.18. Merah Bambangan: Komoditi Merah Bambangan di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 374,2 Ton .
3.1.5.19. Selar : Komoditi Selar di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 368 Ton .
3.1.5.20. Lemuru : Komoditi Lemuru di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 341,5 Ton .
3.1.5.21. Kembung : Komoditi Kembung di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 530 Ton .
3.1.5.22. Pari : Komoditi Pari di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 85,4 Ton .
3.1.5.23. Baronang : Komoditi Baronang di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 90,3 Ton .
3.1.5.24. Titang : Komoditi Titang di Kabupaten Bone pada tahun 2006 mencapai produksi sebesar 12,5 Ton .
Budidaya Laut/Tambak
Budidaya laut/ tambak Kabupaten Bone maanfaatkan lahan seluas 10.790 Ha yang terdiri dari areal pertambakan, daerah pinggiran sungai bakau dan pantai bakau (Areal penangkapan dialam) pada 10 kecamatan pantai yaitu kecamatan Cenrana, Tellu Siattinge, Awangpone, Tanete Riattang Timur, Barebbo, Sibulue, Mare, Tonra, Salomekko dan kajuara. Diantara kesepuluh wilayah kecamatan pantai yang paling menonjol hasil produksinya adalah Kecamatan Tellu Siattinge dan Cenrana.
Jumlah tenaga kerja pada budidaya laut/tambak sebanyak 4.387 orang dengan jangkauan wilayah pemasaran regional, nasional dan internasional (ekspor). Pemasaran ke mancanegara meliputi beberapa negara yaitu Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea dan lain-lain.
4. Udang : Areal kolam seluas 211 Ha dengan jumlah produksi sebesar 55 Ton yang dikelolah oleh 443 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada kolam adalah kecamatan Palakka dan Kahu.
5. Kepiting : Areal kolam seluas 211 Ha dengan jumlah produksi sebesar 55 Ton yang dikelolah oleh 443 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada kolam adalah kecamatan Palakka dan Kahu.
6. Rumput Laut : Areal kolam seluas 211 Ha dengan jumlah produksi sebesar 55 Ton yang dikelolah oleh 443 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada kolam adalah kecamatan Palakka dan Kahu.
7. Bandeng dan Udang : Areal kolam seluas 211 Ha dengan jumlah produksi sebesar 55 Ton yang dikelolah oleh 443 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada kolam adalah kecamatan Palakka dan Kahu.
8. Bandeng : Areal kolam seluas 211 Ha dengan jumlah produksi sebesar 55 Ton yang dikelolah oleh 443 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada kolam adalah kecamatan Palakka dan Kahu.
Budidaya Air Tawar
Budidaya air tawar Kabupaten Bone maanfaatkan lahan seluas 2.434 Ha yang terdiri dari kolam, sawah/mina padi dan perairan umum pada 7 kecamatan pantai yaitu kecamatan Cenrana, Tellu Siattinge, Palakka, Kahu, Dua BoccoE, Lamuru danAjangale .
Jumlah tenaga kerja pada budidaya air tawar sebanyak 801 orang dengan jangkauan wilayah pemasaran regional yaitu di dalam Kabupaten Bone, kota Madya makassar dan lain-lain.
1. Kolam : Areal kolam seluas 211 Ha dengan jumlah produksi sebesar 55 Ton yang dikelolah oleh 443 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada kolam adalah kecamatan Palakka dan Kahu.
2. Sawah/Mina Padi : Areal Sawah/Mina Padi seluas 30 Ha dengan jumlah produksi sebesar 4 Ton yang dikelolah oleh 87 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada Sawah/ Mina Padi adalah kecamatan Dua Boccoe dan Kahu.
3. Perairan Umum : Areal perairan umum seluas 2.203 Ha dengan jumlah produksi sebesar 1.752,6 Ton yang dikelolah oleh 271 orang pekerja. Sentra produksi budidaya air tawar pada perairan umum adalah Kecamatan Lamuru, ajangale, Tellu Siattinge, DuaBoccoe dan Cenrana.
Analisa peluang pasar
Nilai ekonomis komoditas ini dapat terlihat dari permintaan konsumen dunia yang rata-rata naik sebesar 11,5% per tahun. Hal ini tentu menjadi salah satu daya tarik yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut.
Manfaat Udang :
o Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah kolesterol karena kandungan lemaknya hanya 0,2%, mengandung vitamin A dan B1, dan mengandung mineral seperti : Zat kapur dan fosfor.
o Udang dapat diolah dengan beberapa cara seperti : Udang beku, udang kering, udang kaleng, terasi, krupuk, dll.
o Limbah pengolahan udang yaitu daging di pangkal kepala dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
o Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya
o Limbah berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan dan lain-lain.
o Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.
Pemasaran kepiting bakau tidak hanya di pasaran dalam negeri tetapi juga telah menerobos pasar Manca Negara seperti Singapura, Hongkong, taiwan, Jepang, Taiwan dan negara lain yang membutuhkan.
Arus lalu lintas pemasaran kepiting bakau dari petani tambak ke eksportir cukup lancar karena ditunjang dengan sarana dan prasarana perhubungan berupa transportasi yang memadai dan jalanan dari daerah pertambakan ke kota Makassar cukup baik serta didukung oleh Bandara Hasanuddin dan pelabuhan yang akan memobilisasi pendistribusian kepiting bakau Kabupaten Bone ke Manca Negara.
Peluang pemasaran untuk komoditi perikanan lainnya adalah selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam lingkup pemasaran regional juga untuk memenuhi permintaan pasar nasional untuk kebutuhan industri pengalengan ikan dan restoran-restoran sebagai menu harian.
Analisa kemampuan bersaing
Jangkauan pemasaran sub sektor perikanan selain dipasarkan di pasar dalam negeri juga sudah menjangkau pasar intrnasional (ekspor) terutama untuk komoditi udang dan kepiting. Mengingat komoditas yang ada merupakan produk yang dibutuhkan sebagai bahan baku pada industri makanan didalam negeri maupun diluar negeri, yang berarti daya terobos (penetrasi) pasar kedua komoditas semakin luas dan sudah memasuki pasar nasional bahkan pasar manca negara, dapat pula ditafsirkan bahwa komoditas udang dan kepiting Kabupaten Bone sudah mampu bersaing dengan provinsi lain di Indonesia bahkan sudah mampu bersaing dengan negara-negara pengekspor udang dan kepiting pada internasional.
Komoditas perikanan lainnya Kabupaten Bone seperti Ikan Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tenggiri, Rumput laut, Tongkol, bandeng dan Pari memiliki luas wilayah pemasaran antar kabupaten di dalam provinsi (luas wilayah pemasaran regional), pemasaran nasional bahkan sebagian telah memasuki wilayah Pemasaran internasional, ini bisa ditafsirkan komoditas ini memiliki peminat yang banyak, mengingat komoditas-komoditas ini dibutuhkan oleh industri makanan dalam negeri maupun luar negeri.
Komoditas perikanan lainnya seperti Layang, Kakap, Kerapu, Cumi-cumi, Gurita, Teripang Pasir,Tembang, Cucut, Layur, Belanak, Teri, Merah bambangan, selar, Lemuru, Kerang-kerangan, Baronang, Titang, Bandeng dan ikan emas. Sebagian memiliki wilayah pemasaran yang terbatas yaitu hanya pada wilayah pemasaran regional dan sebagiannya lagi dipasarkan di pasar nasional.
Analisa keterkaitan industri hulu-hilir
Derajat Pemencaran ( for-ward-lingkage)
Derajat pemencaran (ketrkaitan dengan industri hilir) diartikan sebagai seberapa jauh sektor atau industri mampu menciptakan output sebagai input dalam penggunaan akhir sehingga menciptakan penawaran turunan.
Hasil produksi sektor perikanan menjadi input pada industri hilir seperti udang windu, udang galah, udang putih dan udang api-api menjadi input pada industri pengolahan udang menjadi udang beku, udang kaleng, udang kering, industri krupuk, industri pembuatan pasta udang, industri pembuatan tepung udang untuk pakan udang budidaya industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil dan industri kertas.
Rumput laut menjadi input pada industri makanan misalnya industri pembuatan agar-agar dan mejadi input pada industri kosmetik. Kerang-kerangan menjadi input pada industri pembuatan hiasan dinding dan pembuatan souvenir.
Produksi perikanan lainnya juga menjadi input pada industri penggaraman/pengeringan ikan (ikan asing/ ikan kering), industri pengasapan/pengolahan ikan dan biota perairan lainnya (ikan asap, tepung ikan, abon ikan dan kepiting) industri pembuatan ikan kaleng, restoran, pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran.
Derajat kepekaaan (Backward-linkage)
Derajat kepekaan (keterkaitan dengan industri hulu) diartikan sebagai seberapa jauh suatu sektor menciptakan permintaan turunan (derived demand) dengan kata lain apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir akan mempengaruhi perubahan produk yang dipakai sebagai inputnya dalam proses produksi.
Perubahan pada permintaan akhir komoditas perikanan budi daya akan mempengaruhi permintaan pada industri hulu seperti industri pakan udang budidaya.Sedangkan pada perikanan tangkap mempengaruhi permintaan pada industri pembuatan peralatan tangkap .
Analisa kemudahan memperoleh bahan baku
Analisa ini merupakan salah satu aspek teknis yang mencerminkan sektor tertentu memeperoleh bahan baku untuk produksinya. Bahan baku dapat mendorong kemampuan sektor tanaman pangan dalam produksinya. Sebaliknya bisa menjadi penghambat apabila bahan baku sulit diperoleh.
Bahan baku untuk perikanan budidaya sebagian diperoleh dari dalam negeri dan sebagiannya lagi diperoleh dari luar negeri, hal ini menunjukkan tingkat kemudahan sedang, dimana untuk mendapatkan bibit dan pakan diperoleh dari dalam negeri sedangkan untuk peralatan mesin sebagian diperoleh dari luar negeri dan sebagiannya diperoleh dari dalam negeri.
Analisa daya serap tenaga kerja
Analisa ini merupakan aspek ekonomi secara makro, ukuran daya serap tenaga kerja adalah elastisitas tenaga kerja dan konsep hulu-hilir atau kaitan antar sektor. Konsep elastisitas tenaga kerja adalah mengukur sampai seberapa jauh pengaruh perubahan produksi (pendapatan) terhadap perubahan tenaga kerja
Perubahan pada permintaan akhir sektor perikanan akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja pada industri hulu ( tenaga kerja pada usaha pembibitan dan tenaga kerja pada industri pakan untuk perikanan budidaya serta tenaga kerja pada usaha pembuatan peralatan tangkap, adan industri peralatan mesin untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya). Demikian pila pada industri hilir ( tenaga kerja pada industri penggaraman/pengeringan ikan, tenaga kerja pada industri pengasapan ikan, tenaga kerja pada industri pengolahan ikan dan biota perairan lainnya )
Analisa kelayakan bagi produsen
Analisa ini memperkirakan pendapatan dan biaya bagi produsen komoditi yang terpilih yang selanjutnya akan memperkirakan kelayakan usaha. Kelayakan bisa diukur dengan menggunakan kriteria penilaian keuangan pengembangan komoditas yaitu dengan menggunakan kriteria : payback, net present value, internal rate of return dan benefit cost ratio.
Sarana Dan Prasarana pendukung Budidaya Laut/Tambak
1. Perahu Tanpa Motor : Jumlah perahu tanpa motor sebanyak 699 buah terdiri dari jenis perahu jukung, perahu kecil dan perahu sedang.
2. Motor Tempel : 1.152 buah
3. Kapal Motor : 1.447 buah
4. Alat Penangkap Ikan : 4.057 buah
5. RTP : 6.933 buah terdiri dari RTP Laut, RTP Tambak, RTP Kolam, RTP Perairan Umum, RTP Mina Padi, RTP Budidaya Laut dan RTP Pengolah Ikan.
6. Pabrik Es : 7 buah
7. TPI : 20 buah
8. PPI : 1 buah (belum beroperasi)
Sarana Dan Prasarana penunjang Budidaya Laut/Tambak
1. Wilayah pertambakan pada umumnya kaya akan kayu bakau dengan pertumbuhan yang subur.
2. Sarana jalan yang mempermudah pencapaian ke areal pertambakan cukup memadai dan dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat, roda dua atau dengan perahu.
3. Telah dibangun pengairan areal pertambakan sehingga mempermudah pengaturan penggunaan air pasang.
4. Jaringan listrik telah menjangkau kepelosok pedesaan sampai ke lokasi tambak atau tempat kegiatan usaha.
5. Sarana penghubung berupa kantor Pos dan Giro pembantu telah tersedia di setiap kecamatan.
6. Tersedia sekolah Pembangunan Perikanan yang dilengkapi dengan sarana laboratorim untuk keperluan pendidikan perikanan.
7. Tersedia tenaga kerja buruh dan tenaga Ahli bidang perikanan.
8. Tersedia sarana pelabuhan sungai dan laut untuk keperluan pelayaran rakyat dan sebagai sarana perhubungan antar pulau
9. Tersedia 9 lembaga perbankan baik bank pemerintah maupun bank swasta.
10. Pemerintah daerah beserta instansi terkait memeberikan kemudahan dalam kelengkapan administrasi usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11. Jaringan telekomunikasi telah menjangkau ke pelosok pedesaan sampai ke daerah pertambakan.
3.2. SEKTOR PERTAMBANGAN
Kabupaten Bone termasuk obyek kegitan eksplorasi sumberdaya mineral. Sebagai hasil kegiatan tersebut telah ditemukan berbagai jenis bahan galian. Berdasarkan hasil pemetaan jenis bahan galian tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, selain itu besarnya cadangan masih memerlukan penyelidikan untuk dikembangkan sebagai sasaran investasi di kabupaten Bone.
Kontribusi sektor pertambangan dan galian pada tahun 2006 sebesar 0,39%. terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 15.245.020.000. Mengalami perkembangan sebesar 7% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sektor pertambangan dan galian pada tahun 2006 sebesar 0,39% , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 9.582.070.000. Mengalami pertumbuhan sebesar 2% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
3.2.1. Emas
Lokasi Pertambangan Emas di Kabupaten Bone terletak pada 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Patimpeng dan Kecamatan Bontocani. Luas Penyebaran Pertambangan emas ini ± 20.000 Ha dengan cadangan (M3) pada tahap Penyelidikan Umum.
3.2.2. Batu Bara
Lokasi pertambangan Batu bara di Kabupaten Bone terletak di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kahu, Lamuru dan Lappariaja. Luas penyebarannya masing-masing 45 Ha di Kecamatan Kahu dan 3.500 Ha di kecamtan Lappariaja dengan cadangan di kecamatan kahu dan Lappariaja pada tahap Penyelidikan Umum dan eksploitasi di Kecamatan Lamuru.
3.2.3. Pasir Silika
Lokasi Pertambangan Pasir Silika di Kabupaten bone terletak di Kecamatan Lamuru. Luas penyebarannya 10 Ha cadangan pada tahap eksploitasi.
3.2.4. Tembaga
Lokasi pertambangan Tembaga di Kabupaten bone terletak di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan libureng, Ponre dan Patimpeng.
3.2.5. Mangan
Lokasi Pertambangan Mangan di Kabupaten Bone terletak di 2 Kecamatan yaitu kecamatan Ponre dan Bontocani. Luas penyebarannya masing-masing 2.000 Ha di kecamatan Ponre dengan Cadangan pada tahap eksploitasi dan 6,75 Ha di kecamatan Bontocani dengan cadangan pada tahap Penyelidikan Umum.
3.2.6. Endapan Besi
Lokasi Pertambangan Endapan besi di Kabupaten Bone terletak di Kecamatan Bontocani. Luas penyebarannya ± 10.000 Ha dengan cadangan pada tahap eksploitasi.
3.2.7. Batu Gamping (Pormasi Tonasa)
Lokasi pertambangan Batu Gamping (pormasi Tonasa) terletak di Kecamatan Bontocani. Luas penyebarannya 12. 325 Ha dengan cadangan pada tahap Penyelidikan umum.
3.2.8. Batu Gamping (Pormasi Taccipi)
Lokasi Pertambangan Batu Gamping (Pormasi Taccipi) di Kabupaten Bone terletak di 2 Kecamatan yaitu kecamatan Ponre dan Libureng.
3.2.9. Batu Gamping (Pormasi Dolomation)
Lokasi Pertambangan Batu Gamping (Pormasi Dolomation) di Kabupaten Bone terletak di Kecamatan Cina. Luas penyebarannya 381,5 Ha dengan cadangan pada tahap Penyelidikan umum.
3.2.10. Marmer
Lokasi pertambangan Marmer di Kabupaten Bone terletak di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kahu, Bontocani dan Libureng. Luas penyebarannya 62,5 Ha di kecamatan Bontocani dengan cadangan pada tahap Penyelidikan Umum di kecamatan kahu, bontocani dan Libureng.
3.2.11. Pasir Kuarsa
Lokasi Pertambangan Pasir Kuarsa di Kabupaten Bone terletak di 2 Kecamatan yaitu kecamatan Kahu dan Kajuara. Luas penyebarannya masing-masing 762,5 Ha di kecamatan Kahu dengan cadangan pada tahap Penyelidikan Umum di kecamatan Kahu dan Kajuara.
3.2.12. Riolit
Lokasi pertambangan Riolit terletak di Kecamatan Tonra. Luas penyebarannya 187,5 Ha dengan cadangan pada tahap Penyelidikan Umum.
3.2.13. Gamit
Lokasi pertambangan Gamit terletak di Kecamatan Kahu. Luas penyebarannya 256 Ha dengan cadangan pada tahap Penyelidikan Umum.
3.2.14. Batu Sabak
Lokasi pertambangan Batu sabak terletak di Kecamatan Bontocani. Luas penyebarannya 10 Ha dengan cadangan pada tahap Penyelidikan umum.
3.2.15. Propilit
Lokasi pertambangan Propilit terletak di Kecamatan Kahu. Luas penyebarannya 325 Ha dengan cadangan pada tahap Penyelidikan Umum.
3.2.16. Basal
Lokasi pertambangan Basal di Kabupaten bone terletak di 2 Kecamatan yaitu Kecamatan libureng dan Tonra.
3.2.17. Kalsit
Lokasi pertambangan Kalsit terletak di Kecamatan Bontocani. Luas penyebarannya 25 Ha dengan cadangan pada tahap Penyelidikan Umum.
Analisa peluang pasar
Peluang pasar untuk sektor pertambangan cukup luas baik dipasar dalam negeri maupun pasar luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri semen, tegel dan industri bahan bangunan lainnya.
Analisa kemampuan bersaing
Kemanpuan bersaing produk pertambangan masih sangat terbatas pada pasar regional dan pasar nasional hal ini disebabkan sebagian potensi pertambangan dan penggalian yang dimiliki oleh Kabupaten Bone masih pada tahap penyelidikan umum sehingga belum memenuhi permintaan pasar secara luas walaupun sebenarnya permintaan pasar cukup besar untuk pembangunan gedung untuk perumahan maupun untuk perusahaan dan industri . Dan sebagiannya lagi pada tahap eksploitasi yang masih terbatas untuk pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri.
Analisa keterkaitan industri hulu-hilir
Derajat Pemencaran ( for-ward-lingkage)
Derajat pemencaran (keterkaitan dengan industri hilir) diartikan sebagai seberapa jauh sektor atau industri mampu menciptakan output sebagai input dalam penggunaan akhir sehingga menciptakan penawaran turunan.
Produk pertambangan menjadi input pada industri bahan bangunan, pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran hasil industri bahan bangunan.
Derajat kepekaaan (Backward-linkage)
Derajat kepekaan (keterkaitan dengan industri hulu) diartikan sebagai seberapa jauh suatu sektor menciptakan permintaan turunan (derived demand) dengan kata lain apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir akan mempengaruhi perubahan produk yang dipakai sebagai inputnya dalam proses produksi.
Kenaikan permintaan pada hasil-hasil pertambangan mempengaruhi permintaan pada industri hulu yaitu pada industri yang memproduksi peralatan baik peraltan mesin maupun peralatan bukan mesin.
Analisa kemudahan memperoleh bahan baku
Analisa ini merupakan salah satu aspek teknis yang mencerminkan sektor tertentu memeperoleh bahan baku untuk produksinya. Bahan baku dapat mendorong kemampuan sektor tanaman pangan dalam produksinya. Sebaliknya bisa menjadi penghambat apabila bahan baku sulit diperoleh.
Bahan baku untuk produksi pertambangan sebagian dari dalam negeri yaitu potensi tambang yang ada di wilayah Kabupaten Bone dan sebagian dari luar negeri berupa peralatan mesin.
Analisa daya serap tenaga kerja
Analisa ini merupakan aspek ekonomi secara makro, ukuran daya serap tenaga kerja adalah elastisitas tenaga kerja dan konsep hulu-hilir atau kaitan antar sektor. Konsep elastisitas tenaga kerja adalah mengukur sampai seberapa jauh pengaruh perubahan produksi (pendapatan) terhadap perubahan tenaga kerja.
Perubahan produksi sektor pertambangan akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja pada industri hulu ( tenaga kerja industri peralatan baik peraltan mesin maupun peralatan bukan mesin) dan industri hilir( tenaga kerja industri semen, tegel dan industri bahan bangunan lainnya)
Analisa kelayakan bagi produsen
Analisa ini memperkirakan pendapatan dan biaya bagi produsen komoditi yang terpilih yang selanjutnya akan memperkirakan kelayakan usaha. Kelayakan bisa diukur dengan menggunakan kriteria penilaian keuangan pengembangan komoditas yaitu dengan menggunakan kriteria : payback, net present value, internal rate of return dan benefit cost ratio.
3.3.1 SEKTOR PERINDUSTRIAN
Kontribusi sektor perindustrian pada tahun 2005 sebesar 8.36 %. Terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.322.597.560.000. Mengalami perkembangan sebesar 8% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sektor perindustrian pada tahun 2005 sebesar 9.33 % , terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 227.872.200.000. Mengalami pertumbuhan sebesar 4% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Pengembangan industri lebih diperioritaskan pada industri pengolahan dan pengawetan hasil-hasil pertanian dan kehutanan. Penekanan pengembangan adalah Agro Industri dengan industri rumah tangga dan industri kecil. Untuk mendukung pengembangan industri yang berbasis sumberdaya lokal, maka agro industri dapat berperan menciptakan keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri.
3.3.1.1 Industri Besar
Total industri besar Kabupaten Bone tahun 2006 terdiri dari 9 unit usaha masing-masing industri pembekuan udang dan biota perairan lainnya 5 unit usaha, industrii air minum dalam kemasan 2 unit usaha, industri penggilingan 1 unit usaha dan industri kimia dasar (alkohol/spiritus) 1 unit usaha.
Total produksi Industri besar mencapai Rp. 41.433.215.000 dengan total nilai investasi sebesar Rp. 28.185.835.000 dan total nilai bahan baku sebesar Rp. 29.326. 332.000 serta menyerap tenaga kerja sebanyak 790 orang.
3.3.1.1.1. Industri Pembekuan Udang dan Biota Perairan Lainnya
Jumlah unit usaha industri pembekuan udang dan biota perairan lainnya di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 5 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 709 orang. Total produksi mencapai Rp. 30.879.215.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 11.503.000.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 24.047.728.000.
Peluang pasar untuk industri ini cukup luas pada pasar dalam maupun luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri makanan, restoran dan untuk konsumsi rumah tangga. Perubahan pada permintaan akhir industri ini mempengaruhi permintaan pada industri hulu ( usaha pembibitan, industri pakan, usaha budidaya udang dan biota perairan lainnya dan indusri yang memproduksi peralatan). Demikian pula pada industri hilir ( industri udang kaleng, restoran ). Perubahan produksi pada industri ini akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja pada industri hulu dan industri hilir. Ketersediaan bahan baku menunjukkan kesulitan pada tingkat yang tidak terlalu sulit, peralatan,bibit dan pakan diperoleh pada pasar dalam negeri.
3.3.1.1.2. Industri Minuman Dalam Kemasan
Jumlah unit usaha industri minuman dalam kemasan di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 2 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 32 orang. Total produksi mencapai Rp. 1.764.000.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.501.200.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 1.041.820.000.
Peluang pasar untuk industri ini adalah restoran dan untuk konsumsi rumah tangga. Kemampuan bersaing industri ini masih terbatas pada pasar regional. Perubahan permintaan pada produk akhir industri ini akan mempengaruhi permintaan pada industri hulu ( industri peralatan) dan hilir (pedagang ) dan juga permintaan tenaga kerja pada industri hulu dan hilir. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang tidak terlalu tinggi yaitu air deperoleh dari sumberdaya lokal dan peraltan sebagian dari dalam negeri dan sebagian dari luar negeri.
3.3.1.1.3. Industri Penggilingan Padi
Jumlah unit usaha industri penggilingan padi di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 orang. Total produksi mencapai Rp. 950.000.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 538.000.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 881.660.000.
Peluang pasar untuk industri penggilingan padi masih terbatas pada pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan petani setempat. Kemampuan bersaing pun terbatas dalam Kabupaten. Industri ini menyerap tenaga kerja selain tenaga kerja pada industri itu sendiri juga kaitannya dengan tenaga kerja pada industri hulu dan industri hilir. Bahan baku untuk industri ini tersedia di daerah setempat.
3.3.1.1.4. Industri Kimia Dasar(alkohol/spiritus)
Jumlah unit usaha industri kimia dasar (alkohol/spiritus) di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 5 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 709 orang. Total produksi mencapai Rp. 30.879.215.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 11.503.000.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 24.047.728.000.
3.3.2. Industri Menengah
Total industri menengah Kabupaten Bone tahun 2006 terdiri dari 53 unit usaha masing-masing Industri Mie 1 unit usaha, Industri Es Batu 9 unit usaha, Industri Minyak Goreng 1 unit usaha, Industri Penggilingan Padi 28 unit usaha, Industri Air Minum dalam Kemasan 1 unit usaha, Industri Kosist dari kayu 7 unit usaha, Industri Meubel Kayu 1 unit usaha, Industri Percetakan/ Penjilidan & Fotocopy 3 unit usaha, Industri Perbengkelan 1 unit usaha dan Industri Plastik 1 unit usaha.
Total produksi Industri menengah mencapai Rp. 23.246.495.000 dengan total nilai investasi sebesar Rp. 16.552.008.000 dan total nilai bahan baku sebesar Rp. 19.765.598.000 serta menyerap tenaga kerja sebanyak 457 orang.
Industri Mie
Jumlah unit usaha Industri Mie di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 58 orang. Total produksi mencapai Rp. 942.500.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 383.618.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 617.727.000.
Peluang pasar untuk industri ini cukup besar meliputi pasar regional, pasar nasional bahkan pasar internasional. Perubahan pada permintaaan akhir produk industri ini akan mempengaruhi permintaan pada industri hulu ( industri tepun terigu , industri yang memproduksi alat produksi industri mie) dan industri hilir (pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran)
Industri Es Batu
Jumlah unit usaha Industri ES Batu di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 9 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 61 orang. Total produksi mencapai Rp. 2.787.500.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 3.214.900.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 2.119.290.000.
Peluang pasar untuk industri ini adalah pasar dalam Kabupaten untuk memenuhi kebutuhan industri pembekuan udang, ikan dan kepiting dan juga kebutuhan restoran dan rumahtangga.
Industri Penggilingan Padi
Jumlah unit usaha Industri Penggilingan Padi di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 28 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 210 orang. Total produksi mencapai Rp. 14.527.300.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 8.397.630.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 13.000.045.000.
Industri Konstruksi dari Kayu
Jumlah unit usaha Industri Konstruksi dari Kayu di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 7 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 55 orang. Total produksi mencapai Rp 2.358.100.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.928.470.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 1.935.586.000.
Peluang pasar untuk industri ini cukup luas baik pada pasar dalam kabupaten, pasar regional dan pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tinkat kesulitan yang tidak terlalu tinggi yaitu dari diperoleh dari dalam kabupaten.
Industri Meubel Kayu
Jumlah unit usaha Industri Meubel Kayu di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 8 orang. Total produksi mencapai Rp. 279.600.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 203.200.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 213.460.000.
Peluang pasar untuk industri ini adalah pasar regional, pasar nasional dan pasar mancanegara utnuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kantor.Ketrsediaan bahan baku menunjukkan kemudahan karena diperoleh dari dalam kabupaten.
Industri Percetakan/Penjilidan dan Foto Copy
Jumlah unit usaha Industri Percetakan/Penjilidan dan Foto Copy di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 3 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 21 orang. Total produksi mencapai Rp. 505.075.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 916.190.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 332.740.000.
Peluang pasar untuk industri ini pada pasar lokal, pasar regional bahkan pasar nasional namun hal ini harus diimbangi dengan kemampuan menerobos pasar mengingat usaha tersebut mempunyai pesaing yang banyak di seluruh Indonesia dengan kuantitas dan kualitas pelayanan dan produk yang bersaing di pasar nasional. Ketrsediaan bahan baku untuk industri ini menun jukkan tingkat kesulitan sedang, sebagian besar bahan baku dari dalam negeri dan sebagian dari luar negeri terutama untuk peralatan mesin.
Industri Plastik
Jumlah unit usaha Industri Plastik di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 12 orang. Total produksi mencapai Rp. 606.920.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 336.500.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 509.000.000.
Peluang pasar untuk industri plastik cukup luas terutama untuk memenuhi permintaan rumah tangga dan dunia usaha tertentu bukan hanya pada pasar lokal tetapi juga pada pasar regional dan pasar nasional, namun yang harus utnuk memasuki pasar nasional mutu produk harus tingkatkan agar dapat bersaing dengan industri yang sama dari berbagai provinsi di Indonesia.
Indusri Minyak Goreng
Jumlah unit usaha Industri Minyak Goreng di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 orang. Total produksi mencapai Rp. 822.500.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 491.500.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 724.500.000.
Peluang pasar untuk industri minyak goreng sangat luas untuk memenuhi permintaan pasar baik untuk rumah tangga maupun restoran, dan industri makanan pada pasar lokal, regional,nasional bahkan internasional. Namun untuk menerobos pasar nasional dan pasar internasional skala produksi harus ditingkatkan dan yang tak kalah pentingnya adalah mutu produk harus memenuhi standar mutu nasional maupun standar mutu internasional.
Industri Air Minum dalam Kemasan
Jumlah unit usaha Industri Air Minum dalam Kemasan di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 orang. Total produksi mencapai Rp. 240.000.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 475.000.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 189.000.000.
Industri Perbengkelan
Jumlah unit usaha Industri Perbengkelan di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang. Total produksi mencapai Rp. 177.000.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 205.000.000 sedangkan nilai bahan baku sebesar Rp. 124.250.000.
Peluang pasar untuk industri ini terbatas dalam kabupaten atau kabupaten lain yang melalui kabupaten Bone untuk sampai ke tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pengendara motor dan mobil apabila terjadi kerusakan. Ketersediaan bahan baku sebagian dari dalam negeri dan sebagian dari luar negeri.
Industri Kecil
Total Industri Kecil Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 5.178 unit usaha yang terdiri dari 945 unit usaha formal dan 4.233 usaha non formal dari 62 jenis industri. Industri kecil Kabupaten Bone menyerap tenaga kerja 15.910 orang yang terbagi atas 4.481 orang pekerja terserap pada unit usaha formal dan 11.429 tenaga kerja terserap pada unit usaha non formal.
Total investasi yang dilakukan dari 5.178 unit usaha tersebut sebesar Rp. 35.753.839.000 yang terdiri dari investasi pada unit usaha formal sebesar Rp. 34.358.854.000 dan investasi pada unit usaha non formal sebesar Rp.1.394.985.000.
Total produksi Industri Kecil mencapai Rp. 86.078.660.000 yang terdiri dari produksi pada unit usaha formal sebesar Rp. 77.113.345.000 dan produksi pada unit usaha non formal sebesar Rp. 8.965.315.000 dengan total total nilai bahan baku sebesar Rp. 56.921.180.000 yang terdiri dari nilai bahan baku pada usaha unit usaha formal sebesar Rp. 51.774.937.000 dan nilai bahan baku dari unit usaha non formal sebesar Rp. 5.146.243.000.
Industri Pengolahan Daging (Bakso Abon))
Jumlah unit usaha Industri Pengolahan Daging Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 2 unit usaha Formal. Industri ini mempekerjakan 8 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan sebesar Rp. 92.220.000. Total produksi mencapai Rp. 86.078.660.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 153.810.000.
Peluang pasar untuk industri pengolahan daging (Bakso, Abon) cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, restoran dan industri makanan lainnya sebagai pelengkap dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal maupun di Super market, mini market, mall dan toko-toko, Namun untuk menerobos pasar nasionbal maupun pasar internasional skala produksi dan mutu produk harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan industri dari provinsi lain yang menghasilkan produk yang sama. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan diperoleh dari pasar lokal dan pasar regional.
Industri Penggaraman/Pengeringan Ikan (ikan asing/Ikan Kering)
Jumlah unit usaha Industri Penggaraman/Pengeringan (Ikan Asing/Ikan Kering) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 77 unit usaha yang terdiri dari 3 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 20 orang dan 74 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 74 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 97.555.000 terdiri dari Rp. 81.565.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 15.990.000 pada 74 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 724.448.000 terdiri dari Rp. 448.452.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 235.996.000 pada 74 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 479.146.000 yang terdiri dari Rp. 373.820.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 105.326.000 pada 74 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk industri ini pada pasar lokal, regional, nasional bahkan di seluruh nusantara untuk keperluan rumah tangga, restoran tertentu dan industri pengolahan selanjutnya namun untuk memasuki pasar nasional perlu diperhatikan mutu produk harus memenuhi standar kesehatan baik komposisi bahan maupun jangka waktu pengeringan dan penyimpanan. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Pengasapan Ikan dan Biota Perairan Lainnya (Ikan Asap)
Jumlah unit usaha Industri Pengasapan Ikan dan Biota Lainnya (Ikan asap) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 101 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 210 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan dari 101 unit usaha tersebut sebesar Rp. 5.950.000. Total produksi mencapai Rp. 429.178.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 252.858.000.
Daya penetrasi pasar untuk industri ini hingga saat ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional namun tidak menutup kemungkinan untuk memasuki pasar nasional untuk memenuhi permintaan rumah tangga, restoran tertentu dan industri pengolahan selanjutnya. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Pengolahan Ikan dan Biota Perairan Lainnya (Tepung, Ikan Abon Kepiting)
Jumlah unit usaha Industri Pengolahan Ikan dan Biota Lainnya Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 25 unit usaha yang terdiri dari 8 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 97 orang dan 17 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 37 orang.
Total investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 317.909.000 terdiri dari Rp. 312.925.000 pada 8 unit usaha formal dan Rp. 4.984.000 pada 17 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 1.374.138.000 terdiri dari Rp. 1.356.448.000 pada 8 unit usaha formal dan Rp. 17.690.000 pada 17 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 1.069.286.000 yang terdiri dari Rp. 1.062.176.000 pada 8 unit usaha formal dan Rp. 7.110.000 pada 17 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk industri pengolahan ikan dan biota perairan lainnya (tepung ikan, abon kepiting) cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, restoran dan industri makanan lainnya sebagai pelengkap dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal maupun di Super market, mini market, mall dan toko-toko, Namun untuk menerobos pasar nasionbal maupun pasar internasional skala produksi dan mutu produk harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan industri dari provinsi lain yang menghasilkan produk yang sama. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan diperoleh dari pasar lokal dan pasar regional.
Industri Minyak Goreng dari Kelapa
Jumlah unit usaha Industri Minyak Goreng dari Kelapa Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 327 unit usaha yang terdiri dari 3 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 16 orang dan 324 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 803 orang.
Total investasi yang dilakukan sebesar Rp. 111.717.000 terdiri dari Rp. 33.941.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 77.776.000 pada 324 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 464.740.000 terdiri dari Rp. 99.986.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 364.754.000 pada 324 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 255.368.000 yang terdiri dari Rp. 49.470.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 205.628.000 pada 324 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk industri minyak goreng dari kelapa sangat luas untuk memenuhi permintaan pasar baik untuk rumah tangga maupun restoran, dan industri makanan pada pasar lokal, regional,nasional bahkan internasional. Namun untuk menerobos pasar nasional dan pasar internasional skala produksi harus ditingkatkan dan yang tak kalah pentingnya adalah mutu produk harus memenuhi standar mutu nasional maupun standar mutu internasional.
Industri Penggilingan Padi
Jumlah unit usaha Industri Penggilingan Padi Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 124 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 433 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan dari 124 unit usaha tersebut sebesar Rp. 14.168.531.000. Total produksi mencapai Rp. 24.457.200.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp 20.447.724.000.
Industri Kopra
Jumlah unit usaha Industri Kopra Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 2 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 29 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan dari 2 unit usaha tersebut sebesar Rp. 188.790.000. Total produksi mencapai Rp. 906.300.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 611.638.000.
Peluang pasar untuk industri kopra mempunyai peluang pasar yang cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan kopra menjadi produk lain di dalam maupun di luar negeri. Daya penetrasi pasar pun untuk produk ini cukup besar bukan hanya mampu menerobos pasar nasional tetapi juga pasar internasional.
Industri ini memepunyai kaitan industri hulu hilir yang panjang mulai dari petani pekebun kelapa yang industri hulunya adalah usaha pembibitan dan industri pupuk , industri kopra, pedagang pengumpul dan pedagang besar, industri pengolahan kopra menjadi produk lain, pedagang besar hasil olahan kopra, pedagang perantara dan pedagang eceran.
Industri ini menyerap tenaga kerja yang banyak mulai dari industri kopra itu sendiri dan kaitannya dengan tenaga kerja pada industi hulu dan hilirnya.Ketersediaan bahan baku pun tidak sulit karena semua bahan untuk memproduksi kopra di peroleh dari sumber daya lokal.
Industri Makanan Ternak
Jumlah unit usaha Industri Makanan Ternak Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 2 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 22 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan dari 2 unit usaha tersebut sebesar Rp. 34.975.000. Total produksi mencapai Rp. 104.400.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 62.445.000.
Daya penetrasi pasar untuk industri makanan ternak hingga saat ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional namun tidak menutup kemungkinan untuk memasuki pasar nasional untuk memenuhi kebutuhan usaha peternakan. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Roti, Kue Kering dan sejenisnya
Jumlah unit usaha Industri Roti, Kue Kering dan sejenisnya Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 4 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 28 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan dari 4 unit usaha tersebut sebesar Rp. 57.690.000. Total produksi mencapai Rp. 234.700.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 155.196.000.
Peluang pasar untuk industri roti, kue kering dan sejenisnya cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan restoran dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal maupun di Super market, mini market, mall dan toko-toko, Namun untuk menerobos pasar nasional maupun pasar internasional skala produksi dan mutu produk harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan industri dari provinsi lain yang menghasilkan produk yang sama. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit, sebagian besar bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal dan sebagian bahan baku berupa peralatan diperoleh dari luar negeri namun dapat pula ditemukan pada pasar regional dan pasar nasional.
Industri Gula Merah
Jumlah unit usaha Industri Gula Merah Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1.340 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 3.243 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 1.340 unit usaha tersebut sebesar Rp. 114.500.000. Total produksi mencapai Rp. 564.007.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 215.306.000.
Daya penetrasi pasar untuk industri gula merah hingga saat ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional namun tidak menutup kemungkinan untuk memasuki pasar nasional untuk memenuhi permintaan rumah tangga, restoran tertentu dan industri makanan (kue kering dan kue basah). Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Sirop
Jumlah unit usaha Industri Sirop Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 2 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan sebesar Rp. 4.140.000. Total produksi mencapai Rp. 14.400.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 6.720.000.
Peluang pasar untuk industri sirop meliputi pasar lokal dan pasar regional namun tidak menutup kemungkinan untuk menerobos pasar nasional jika skala produksi ditingkatkan dan yang tak kalah pentingnya adalah produk industri sirop harus memenuhi standar mutu.
Industri Mie
Jumlah unit usaha Industri Mie Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 5 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 35 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan sebesar Rp. 162.148.000. Total produksi mencapai Rp. 378.960.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 249.084.000.
Peluang pasar untuk industri mie cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan restoran dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal maupun di Super market, mini market, mall dan toko-toko, Namun untuk menerobos pasar nasionbal maupun pasar internasional skala produksi dan mutu produk harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan industri dari provinsi lain yang menghasilkan produk yang sama. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit, sebagian besar bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal dan sebagian bahan baku berupa peralatan diperoleh dari luar negeri namun dapat pula ditemukan pada pasar regional dan pasar nasional.
Industri Pengolahan Kopi
Jumlah unit usaha Industri Kopi Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 5 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan sebesar Rp. 13.920.000. Total produksi mencapai Rp. 31.500.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 19.800.000.
Daya penetrasi pasar untuk industri pengolahan kopi hingga saat ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional namun tidak menutup kemungkinan untuk memasuki pasar nasional bahkan jika skala produksi ditingkatkan dan memenuhi standar mutu internasional maka produk industri ini dapat dipasarkan pada pasar internasional untuk memenuhi permintaan rumah tangga, restoran di dalam maupun di luar negeri. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan relatif sedang karena. Sebagian besar bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal dan peralatan tersedia pada pasar nasional maupun pasar regional
Industri Es Batu
Jumlah unit usaha Industri Es Batu Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 4 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 25 orang tenaga kerja. Investasi yang dilakukan sebesar Rp. 387.880.000. Total produksi mencapai Rp. 350.500.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 206.127.000. Peluang pasar pun terbatas pada pasar lokal dan pasar regional.
Industri Kecap
Jumlah unit usaha Industri Kecap Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 2 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 7 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan sebesar Rp. 13.186.000. Total produksi mencapai Rp. 32.447.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 21.001.000.
Peluang pasar untuk industri kecap cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan restoran dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal maupun di Super market, mini market, mall dan toko-toko, Namun untuk menerobos pasar nasional maupun pasar internasional skala produksi dan mutu produk harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan industri dari provinsi lain yang menghasilkan produk yang sama. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit, sebagian besar bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal dan sebagian bahan baku berupa peralatan dapat diperoleh pada pasar regional dan pasar nasional.
Industri Tahu,Tempe
Jumlah unit usaha Industri Tahu dan Tempe Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 7 unit usaha yang terdiri dari 2 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 12 orang dan 5 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 9 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 70.910.000 terdiri dari Rp. 64.445.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 6.465.000 pada 5 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 187.000.000 terdiri dari Rp. 182.800.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 4.200.000 pada 5 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 113.378.000 yang terdiri dari Rp. 110.178.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 3.200.000 pada 5 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk industri kecap meliputi pasar lokal dan pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan restoran dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Kerupuk
Jumlah unit usaha Industri Kerupuk Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 2 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 13 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 2 unit usaha tersebut sebesar Rp. 90.830.000. Total produksi mencapai Rp. 110.000.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 64.590.000.
Peluang pasar untuk industri kerupuk meliputi pasar lokal dan pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan restoran dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri jagung Marning
Jumlah unit usaha Industri Jagung Marning Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 4 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan sebesar Rp. 20.000.000. Total produksi mencapai Rp. 60.000.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 26.280.000.
Daya penetrasi pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional namun tidak menutup kemungkinan dapat menerobos pasar nasional jika skala produksi ditingkatkan dan memenuhi standar mutu nasional serta dikemas lebih baik dari yang ada saat ini. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Garam Beryodium
Jumlah unit usaha Industri Garam Beryodium Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 4 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 8 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 4 unit usaha tersebut sebesar Rp. 24.980.000. Total produksi mencapai Rp. 78.100.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 44.700.000.
Peluang pasar untuk industri garam beryodium cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan restoran dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal maupun di Super market, mini market, mall dan toko-toko, Namun untuk menerobos pasar nasional maupun pasar internasional skala produksi dan mutu produk harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan industri dari provinsi lain yang menghasilkan produk yang sama. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit, sebagian besar bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal dan sebagian bahan baku berupa peralatan dapat diperoleh pada pasar regional dan pasar nasional.
Industri Minuman Ringan (Cream Soda/Air Minum Isi Ulang)
Jumlah unit usaha Industri Minuman ringan (Cream soda/Air Minum Isi Ulang) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 20 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 67 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 20 unit usaha tersebut sebesar Rp. 1.176.050.000. Total produksi mencapai Rp. 1.054.354.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 517.515.000.
Peluang pasar untuk industri minuman ringan (cream soda/air minum isi ulang) cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan restoran dan dapat dipasarkan pada pasar tradisonal maupun di Super market, mini market, mall dan toko-toko, Namun untuk menerobos pasar nasional maupun pasar internasional skala produksi dan mutu produk harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan industri dari provinsi lain yang menghasilkan produk yang sama. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit, sebagian besar bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal dan sebagian bahan baku berupa peralatan dapat diperoleh pada pasar regional dan pasar nasional.
Industri Rokok Kretek
Jumlah unit usaha Industri Rokok Kretek Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 5 unit usaha Formal. Industri ini mempekerjakan 26 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 5 unit usaha tersebut sebesar Rp. 118.500.000. Total produksi mencapai Rp. 391.000.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 227.200.000.
Peluang pasar untuk industri rokok kretek mempunyai peluang pasar yang cukup luas yaitu pada pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional. Daya penetrasi pasar pun untuk produk ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional. Namun indurti rokok kretek dapat menerobos pasar nasional maupin pasar internasional jika skala produksi dan mutu produk memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Industri ini memepunyai kaitan industri hulu hilir yang panjang mulai dari petani pekebun tembakau yang industri hulunya adalah usaha pembibitan dan industri pupuk , industri pengolahan tembakau, pedagang besar hasil olahan kopra, pedagang perantara dan pedagang eceran.
Industri ini menyerap tenaga kerja yang banyak mulai dari tenaga kerja pada industri rokok kretek itu sendiri dan kaitannya dengan tenaga kerja pada industi hulu dan hilirnya. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit, sebagian besar bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal dan sebagian bahan baku berupa peralatan dapat diperoleh pada pasar regional dan pasar nasional.
Industri Pengolahan Tembakau (Tembakau Tabung)
Jumlah unit usaha Industri Pengolahan Tembakau Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 84 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 620 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 84 unit usaha tersebut sebesar Rp. 43.213.000. Total produksi mencapai Rp. 433.148.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 250.742.000.
Kemampuan menerobos pasar industri pengolahan tembakau (tembakau tabung) terbatas pada pasar regional namun jika skala produksi ditingkatkan dan mutu memenuhi standar mutu, industri ini dapat menerobos pasar nasional maupun pasar internasional terutama untuk memenuhi kebutuhan industri rokok kretek. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal.
Penggergajian Kayu (Kayu Bangunan)
Jumlah unit usaha Penggergajian Kayu Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 7 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 34 orang tenaga kerja.Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 7 unit usaha tersebut sebesar Rp. 32.888.000. Total produksi mencapai Rp. 250.505.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 200.244.000.
Produk dari hasil penggergajian kayu mempunyai peluang pasar yang terbatas pada pasar lokal. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah karena semua bahan baku diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Konstruksi dari Kayu
Jumlah unit usaha Industri Konstruksi dari Kayu Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 50 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 212 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 50 unit usaha tersebut sebesar Rp. 2.942.225.000. Total produksi mencapai Rp. 7.298.150.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 5.213.354.000.
Peluang pasar untuk industri ini cukup luas baik pada pasar dalam kabupaten, pasar regional dan pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tinkat kesulitan yang tidak terlalu tinggi yaitu dari diperoleh dari dalam kabupaten.
Industri Anyaman dari Rotan dan Bambu
Jumlah unit usaha Industri Anyaman dari Rotan dan bambu Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 57 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 171 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 57 unit usaha tersebut sebesar Rp.6.275.000. Total produksi mencapai Rp. 31.350.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 12.320.000.
Peluang pasar untuk industri anyaman dari rotan dan bambu meliputi pasar lokal, pasar regional, pasar nasional bahkan jika skala produksi dapat ditingkatkan dan mutu produk bersaing maka dapat menerobos pasar internasional. Produk dari industri ini berupa perlengkapan rumah tangga seperti kursi,meja, tatakan piring.Kipas, keranjang buah, vas bunga dan lain-lain.
Industri Anyaman Serat Lontar(Songko Tobone)
Jumlah unit usaha Industri Anyaman Serat lontar ( Songkok To Bone) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 147 unit usaha yang terdiri dari 2 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 35 orang dan 145 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 265 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 60.720.000 terdiri dari Rp. 43.325.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 17.395.000 pada 145 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 528.469.000 terdiri dari Rp. 141.400.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 387.069.000 pada 145 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 294.630.000 yang terdiri dari Rp. 75.870.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 218.760.000 pada 145 unit usaha non formal.
Daya penetrasi pasar industri ini terbatas pada pasar lokal mengingat songkok tobone ini merupakan ciri khas masyarakat Kabupaten Bone jadi lebih banyak peminatnya di dalam Kabupaten Bone sendiri. Namun tidak menutup kemungkinan produk industri ini menerobos pasar regional dan pasar nasional mengingat produk industri ini merupakan kekayaan khasanah budaya nusantara. Bahan baku semua dari sumberdaya lokal.
Industri Daun Lontar dan Pandan
Jumlah unit usaha Industri Daun Lontar dan Daun pandan Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 652 unit usaha yang terdiri dari 3 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 29 orang dan 649 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 1.694 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 58.542.000 terdiri dari Rp. 26.092.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 58.542.000 pada 649 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 444.072.000 terdiri dari Rp. 81.575.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 362.497.000 pada 649 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 148.839.000 yang terdiri dari Rp. 29.019.000 pada 3 unit usaha formal dan Rp. 119.820.000 pada 649 unit usaha non formal.
Daya penetrasi pasar industri ini masih terbatas pada pasar lokal mengingat produk industri ini merupakan ciri khas masyarakat Kabupaten Bone dan masyarakat sulawesi selatan jadi lebih banyak peminatnya di dalam Kabupaten Bone sendiri. Bahan baku semua dari sumberdaya lokal. Namun tidak menutup kemungkinan produk industri ini menerobos pasar regional dan pasar nasional mengingat produk industri ini merupakan kekayaan khasanah budaya nusantara contohnya Bodo untuk erang-erang ( Tempat Leko = tempat seperangkat perlengkapan untuk penganting wanita yang merupakan bagian dari mahar)
Industri Percetakan, Penjiidan dan Foto Copy
Jumlah unit usaha Industri Percetakan, Penjilidan dan Foto Copy Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 42 unit usaha yang terdiri dari 30 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 85 orang dan 12 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 29 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 1.283.910.000 terdiri dari Rp. 1.131.827.000 pada 30 unit usaha formal dan Rp. 152.083.000 pada 12 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 1.534.484.000 terdiri dari Rp. 1.285.408.000 pada 30 unit usaha formal dan Rp. 249.076.000 pada 12 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 829.042.000 yang terdiri dari Rp. 720.542.000 pada 30 unit usaha formal dan Rp. 108.500.000 pada 12 unit usaha non formal. Peluang pasar untuk industri ini hingga saat ini masih terbatas pada pasar lokal.
Industri Minyak Cat
Jumlah unit usaha Industri Minyak cat Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 7 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 1 unit usaha tersebut sebesar Rp. 24.500.000. Total produksi mencapai Rp. 74.470.000 dengan total total nilai bahan baku sebesar Rp. 43.140.000. Peluang pasar untuk industri ini hingga saat ini masih pada pasar lokal.
Industri Pupuk
Jumlah unit usaha Industri Pupuk Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 15 unit usaha. Industri ini mempekerjakan 48 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 15 unit usaha tersebut sebesar Rp. 385.015.000. Total produksi mencapai Rp. 1.128.375.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 685.965.000.
Peluang pasar untuk industri ini cukup luas dan besar mengingat kebutuhan para petani dan Petani pekebun untuk meningkatkan produksinya cukup besar pada pasar lokal, bahkan jika memenuhi standar mutu industri pupuk Kabupaten Bone dapat menerobos pasar regional dan pasar nasional mengingat struktur perekonomian Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian. Bahkan jika skala produksi bisa ditingkatkan produk industri ini dapat menerobos pasar internasional terutama untuk negara-negara agraris lainnya di dunia.
Industri Sabun Abu Gosok
Jumlah unit usaha Industri Sabun Abu Gosok Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 2 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari unit usaha tersebut sebesar Rp. 7.085.000. Total produksi mencapai Rp. 13.500.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 6.190.000. Kemampuan menerobos pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar lokal saja. Bahan Baku tersedia pada pasar regional.
Industri Minyak Aisim/Minyak Gosok
Jumlah unit usaha Industri Minyak aisim/Minyak Gosok Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 3 unit usaha yang terdiri dari 2 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 18 orang dan 1 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 41.895.000 terdiri dari Rp. 34.395.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 7.500.000 pada 1 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 98.775.000 terdiri dari Rp. 95.200.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 3.575.000 pada 1 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 51.216.000 yang terdiri dari Rp. 49.420.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 1.796.000 pada 1 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar regional namun jika skala produksi dan mutu produk ditingkatkan dan memenuhi standar mutu maka tidak menutup kemungkinamn produk ini dapat menerobos pasar nasional dimasa yang akan datang.
Industri Cuci Cetak Foto/Rekaman
Jumlah unit usaha Industri Cuci foto/Rekaman Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 8 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 20 orang tenaga kerja.Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 8 unit usaha tersebut sebesar Rp. 626.150.000. Total produksi mencapai Rp. 782.599.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 569.655.000. Daya terobos pasar untuk produk industri ini masih terbatas pada pasar regional.
Industri Barang dari Tanah Liat Untuk Keperluan Rumah Tangga (Gerabah)
Jumlah unit usaha Industri Barang dari tanah laiat utnuk keperluan rumah tangga Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 55 unit usaha yang terdiri dari 1 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 4 orang dan 54 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 182 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 14.180.000 terdiri dari Rp. 10.200.000 pada 1 unit usaha formal dan Rp. 3.980.000 pada 54 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 19.977.000 terdiri dari Rp.12.900.000 pada 1 unit usaha formal dan Rp. 7.077.000 pada 54 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 5.245.000 yang terdiri dari Rp. 3.145.000 pada 1 unit usaha formal dan Rp. 2.100.000 pada 54 unit usaha non formal.
Daya penetrasi pasar untuk produk ini masih terbatas pada pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga namun jika skala produksi ditingkatkan dan mutu produk juga ditingkatkan maka tidak menutup kemungkinan akan mampu menerobos pasar nasional
Industri Batu Bata dari Tanah Liat (Batu Merah)
Jumlah unit usaha Industri Batu Bata dari tanah liat Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 157 unit usaha yang terdiri dari 68 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 559 orang dan 89 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 640 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 552.947.000 terdiri dari Rp. 370.467.000 pada 68 unit usaha formal dan Rp. 182.480.000 pada 89 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 2.833.984.000 terdiri dari Rp. 1.828.682.000 pada 68 unit usaha formal dan Rp. 1.005.302.000 pada 89 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 1.585.214.000 yang terdiri dari Rp. 984.714.000 pada 68 unit usaha formal dan Rp. 600.500.000 pada 89 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk produk industri ini cukup luas meliputi pasar lokal, pasar regional dan pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangunan gedung-gedung kantor, sekolah, pabrik dan rumah. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit karena semua bahan baku diperoleh dari dalam kabupaten.
Industri Kapur Pertanian
Jumlah unit usaha Industri Kapur Pertanian Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 5 orang tenaga kerja.Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 1 unit usaha tersebut sebesar Rp. 65.000.000. Total produksi mencapai Rp. 108.000.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 63.510.000. Peluang pasar untuk industri ini meliputi pasar lokal dan pasar regional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit karena semua bahan baku diperoleh dari dalam kabupaten.
Industri Barang dari Semen (Tegel /Trasso, Papin Blok dan Barang Lainnya)
Jumlah unit usaha Industri Barang dari semen (Tegel/Trasso, Papin Blok dan Barang Lainnya) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 12 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 85 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 12 unit usaha tersebut sebesar Rp. 273.432.000. Total produksi mencapai Rp. 903.260.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 442.517.000.
Peluang pasar untuk produk industri ini cukup luas meliputi pasar lokal, pasar regional dan pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangunan gedung-gedung kantor, sekolah, pabrik dan rumah. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit karena semua bahan baku diperoleh dari dalam kabupaten.
Industri Perabot dan Kelengkapan Rumah Tangga dari Kayu
Jumlah unit usaha Industri Perabot dan Kelengkapan Rumah Tangga dari Kayu Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 237 unit usaha yang terdiri dari 137 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 661 orang dan 100 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 269 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 2.111.039.000 terdiri dari Rp. 1.985.930.000 pada 137 unit usaha formal dan Rp. 125.109.000 pada 100 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 6.774.166.000 terdiri dari Rp. 5.790.860.000 pada 137 unit usaha formal dan Rp. 983.306.000 pada 100 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 3.971.094.000 yang terdiri dari Rp. 3.444.374.000 pada 137 unit usaha formal dan Rp. 526.720.000 pada 100 unit usaha non formal.
Daya penetrasi pasar untuk produk ini masih terbatas pada pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga namun jika skala produksi ditingkatkan dan mutu produk juga ditingkatkan maka tidak menutup kemungkinan akan mampu menerobos pasar nasional
Industri Barang dari Logam Konstruksi Bangunan
Jumlah unit usaha Industri Barang dari logam konstruksi Bangunan Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 36 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 106 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 36 unit usaha tersebut sebesar Rp. 1.204.550.000. Total produksi mencapai Rp. 3.238.935.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 1.862.095.000.
Peluang pasar untuk produk industri ini cukup luas meliputi pasar lokal, pasar regional dan pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangunan gedung-gedung kantor, sekolah, pabrik dan rumah. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit karena sebagian besar bahan baku diperoleh dari dalam kabupaten.
Industri Alat Pertanian dari Logam (Pandai Besi)
Jumlah unit usaha Industri Alat Pertanian dari Logam (Pandai Besi) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 55 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 303 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 55 unit usaha tersebut sebesar Rp. 40.170.000. Total produksi mencapai Rp. 2.365.100.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 1.600.900.000.
Peluang pasar untuk industri alat pertanian dari logam (pandai besi) cukup luas meliputi pasar lokal, pasar regional, dan pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan petani dalam proses produksinya. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit karena sebagian besar bahan baku diperoleh pada psar lokal dan pasar regional.
Industri Alat Dapur Dari Logam
Jumlah unit usaha Industri Alat Dapur dari Logam Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 5 orang tenaga kerja.Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 1 unit usaha tersebut sebesar Rp. 15.390.000. Total produksi mencapai Rp. 83.740.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 35.040.000.
Daya penetrasi pasar untuk produk ini masih terbatas pada pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga namun jika skala produksi ditingkatkan dan mutu produk juga ditingkatkan maka tidak menutup kemungkinan akan mampu menerobos pasar nasional di masa yang akan datang.
Industri Mesin Alat Pertanian ( Alsintan, Traktor dan Kincir air)
Jumlah unit usaha Industri Mesin Alat Pertanian (Alsintan, Traktor dan kincir Air) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 11 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 42 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 11 unit usaha tersebut sebesar Rp. 553.738.000. Total produksi mencapai Rp. 1.277.900.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 833.897.000.
Peluang pasar untuk industri ini cukup luas dan besar mengingat kebutuhan para petani untuk meningkatkan produksinya cukup besar pada pasar lokal, bahkan jika memenuhi standar mutu industri mesin alat pertanian Kabupaten Bone dapat menerobos pasar regional dan pasar nasional mengingat struktur perekonomian Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian. Bahkan jika skala produksi bisa ditingkatkan produk industri ini dapat menerobos pasar internasional terutama untuk negara-negara agraris lainnya di dunia.
Industri Perbaiakan Alat Elektronika (Servis TV, Radio, Arloji dsb)
Jumlah unit usaha Industri Perbaikan Alat Eletronika (Servis TV, Radio, Arloji dsb) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 20 unit usaha yang terdiri dari14 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 29 orang dan 6 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 12 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 151.123.000 terdiri dari Rp. 139.872.000 pada 14 unit usaha formal dan Rp. 11.251.000 pada 6 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 912.300.000 terdiri dari Rp. 721.900.000 pada 14 unit usaha formal dan Rp. 190.400.000 pada 6 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 440.437.000 yang terdiri dari Rp. 354.537.000 pada 14 unit usaha formal dan Rp. 85.900.000 pada 6 unit usaha non formal. Daya penetrasi pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar regional. Peralatan yang digunakan dapat diperoleh dari pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Peluang pasar untuk industri perbaikan alat eletronika (servis TV, Radio, Arloji, dan sebagainya) terbatas pada pasar lokal. Meskipun hanya pasar industri ini hanya pada pasar lokal namun cukup besar mengingat penggunaan alat eletronika masyarakat Kabupaten Bone sudah meluas pada semua lapisan masyarakat . Bahan baku diperoleh pada pasar regional.
Industri Pmeliharaan Roda Empat atau Lebih ( Perbengkelan)
Jumlah unit usaha Industri Pemeliharaan Roda Empat atau lebih (Perbengkelan) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 99 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 426 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 99 unit usaha tersebut sebesar Rp. 2.886.636.000. Total produksi mencapai Rp. 5.802.594.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 2.984.893.000. Daya penetrasi pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar regional. Peralatan yang digunakan dapat diperoleh dari pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Industri Karoseri Kendaraan Roda Empat Atau Lebih
Jumlah unit usaha Industri Karoseri Kendaraan Roda empat atau lebih Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 24 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 87 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 24 unit usaha tersebut sebesar Rp. 1.033.554.000. Total produksi mencapai Rp. 1.649.145.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 717.540.000.
Peluang pasar untuk industri karoseri kendaraan roda empat atau lebih relatif besar pada pasar lokal dan sedang pada pasar regional. Daya penetrasi pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar lokal dan regional. Peralatan yang digunakan dapat diperoleh dari pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Industri Kapal Atau Perahu dari Kayu
Jumlah unit usaha Industri Kapal atau Perahu dari Kayu Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 9 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 78 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 9 unit usaha tersebut sebesar Rp. 122.063.000. Total produksi mencapai Rp. 871.943.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 471.170.000.
Peluang pasar untuk industri ini adalah pasar lokal dan pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan pada sektor perikanan tangkap. Kemampuan menerobos pasar pada industri kapal atau perahu dari kayu terbatas pada pasar regional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit yaitu diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Perbaikan Mesin Kapal Atau Perahu.
Jumlah unit usaha Industri Perbaikan Mesin Kapal atau Perahu Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 4 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 16 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 4 unit usaha tersebut sebesar Rp. 299.300.000. Total produksi mencapai Rp. 708.578.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 458.786.000.
Peluang pasar untuk industri perbaikan mesin kapal atau perahu adalah pasar lokal dan pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan pada sektor perikanan tangkap. Kemampuan menerobos pasar pada industri perbaikan mesin kapal atau perahu terbatas pada pasar regional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit yaitu diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Pemeliharaan Kendaraan Roda Dua dan Tiga (Servis Motor)
Jumlah unit usaha Industri Pemeliharaan Kendaraan Roda dua dan tiga (Servis Motor) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 56 unit usaha yang terdiri dari 43 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 140 orang dan 13 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 25 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 822.947.000 terdiri dari Rp. 788.794.000 pada 43 unit usaha formal dan Rp. 34.153.000 pada 13 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 1.822.246.000 terdiri dari Rp. 1.797.070.000 pada 43 unit usaha formal dan Rp. 25.176.000 pada 13 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 974.331.000 yang terdiri dari Rp. 962.231.000 pada 43 unit usaha formal dan Rp. 12.100.000 pada 13 unit usaha non formal.
Kemampuan menerobos pasar pada industri pemeliharaan kendaraan roda dua dan roda tiga ( servis motor) terbatas pada pasar lokal dan pasar regional. Ketersediaan bahan baku untuk industri ini menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah, bahan baku diperoleh dari dalam negeri dan luar negeri namun semua dapat diperoleh pada pasar regional.
Industri Perabotan Rumah/Kantor dari Logam
Jumlah unit usaha Industri Perabotan Rumah/Kantor dari logam Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 18 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 69 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 18 unit usaha tersebut sebesar Rp. 169.182.000. Total produksi mencapai Rp. 971.542.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 569.686.000.
Daya penetrasi pasar untuk produk ini masih terbatas pada pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kantor namun jika skala produksi ditingkatkan dan mutu produk juga ditingkatkan maka tidak menutup kemungkinan akan mampu menerobos pasar nasional di masa yang akan datang.
Industri Barang Perhiasan dari Logam mulia
Jumlah unit usaha Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 53 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 131 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 53 unit usaha tersebut sebesar Rp.1.065.285.000. Total produksi mencapai Rp. 4.754.248.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 2.594.726.000.
Peluang pasar untuk industri ini cukup luas meliputi pasar lokal, regional, nasional dan internasional. Namun kemampuan menorobos pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional. Jika skala produksi, mutu dan ragam model dikembangkan tidak menutup kemungkinan dapat menerobos pasar nasional maupun pasar internasional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan sedang, bahan baku dappat diperoleh pada pasar regional.
Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan Logam Mulia (Kerajinan Kuningan)
Jumlah unit usaha Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan logam Mulia Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 52 unit usaha yang terdiri dari 7 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 201 orang dan 45 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 228 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp.316.471.000 terdiri dari Rp. 211.240.000 pada 7 unit usaha formal dan Rp.105.231.000 pada 45 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 1.823.332.000 terdiri dari Rp. 1.593.817.000 pada 7 unit usaha formal dan Rp. 229.515.000 pada 45 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 1.133.777.000 yang terdiri dari Rp. 1.011.622.000 pada 7 unit usaha formal dan Rp. 122.156.000 pada 45 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk industri ini cukup luas meliputi pasar lokal, regional, nasional dan internasional. Namun kemampuan menorobos pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar lokal dan pasar regional. Jika skala produksi, mutu dan ragam model dikembangkan tidak menutup kemungkinan dapat menerobos pasar nasional maupun pasar internasional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan sedang, bahan baku dappat diperoleh pada pasar regional.
Produk industri barang perhiasan berharga bukan logam mulia (kerajinan kuningan) digunakan untuk perlengkapan pengantin dan acara-acara tertentu dan merupakan bagian dari kekayaan khasanah budaya nusantara yang perlu dikembangkan dan menjadi salah satu daya tarik wisata.
Industri Pemintalan Benang Sutra
Jumlah unit usaha Industri Pemintalan Benang Sutra Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 18 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 40 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 18 unit usaha tersebut sebesar Rp. 6.850.000. Total produksi mencapai Rp. 9.300.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 3.100.000.
Peluang pasar industri pemintalan benang sutra cukup luas meliputi pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional. Daya penetrasi pasar untuk industri ini masih sangat terbatas yaitu hanya pada pasar lokal saja, jika skala produksi ditingkatkan dan memenuhi standar mutu nasional dan internasional kemungkinan dapat menerobos pasar regional, pasar nasional dan pasar internasional. Produk industri ini menjadi bahan baku pada industri sarung sutra dan kain sutra untuk berbagai keperluan busana yang merupakan ciri khas kain/sarung dari sulawesi selatan yang juga merupakan bagian dari kekayaan khasanah budaya nusantara yang perlu dikembangkan dan menjadi salah satu daya tarik wisata. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah, sebagian besar bahan baku dapat diperoleh pada pasar regional.
Industri Pertenunan (Sarung, Kain dan Baju Bodo)
Jumlah unit usaha Industri Pertenunan (Sarung, Kain dan Baju Bodo) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 635 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 1.291 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 635 unit usaha tersebut sebesar Rp. 177.145.000. Total produksi mencapai Rp. 111.364.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 63.031.000.
Peluang pasar industri pertenunan (sarung, kain dan baju bodo) cukup luas meliputi pasar lokal, regional, nasional dan pasar internasional. Daya penetrasi pasar untuk industri ini masih sangat terbatas yaitu hanya pada pasar lokal dan pasar regional saja, jika skala produksi ditingkatkan dan memenuhi standar mutu nasional dan internasional kemungkinan dapat menerobos pasar regional, pasar nasional dan pasar internasional. Produk indusri ini merupakan ciri khas dari busana masyarakat sulawesi selatan yang juga merupakan bagian dari kekayaan khasanah budaya nusantara yang perlu dikembangkan dan menjadi salah satu daya tarik wisata. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah, sebagian besar bahan baku diperoleh pada pasar regional.
Industri Tekstil Jadi (Sprey Barang Sulaman)
Jumlah unit usaha Industri Tekstil Jadi (Sprey Barang Sulaman) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 24 unit usaha yang terdiri dari 4 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 18 orang dan 20 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 36 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp.33.750.000 terdiri dari Rp. 27.380.000 pada 4 unit usaha formal dan Rp.6.370.000 pada 20 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 93.894.000 terdiri dari Rp. 80.684.000 pada 4 unit usaha formal dan Rp. 13.210.000 pada 20 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 58.999.000 yang terdiri dari Rp. 48,728.000 pada 4 unit usaha formal dan Rp. 10.171.000 pada 20 unit usaha non formal.
Peluang pasar industri tekstil jadi (sprey barang sulaman) meliputi pasar lokal, regional dan nasional. Kemampuan menerobos pasar produk industri ini terbatas pada pasar regional. Jika skala produksi, mutu produk dan ragam model dapat dikembangkan kemungkinan besar dapat menerobos pasar nasional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah, sebagian besar bahan baku diperoleh pada pasar lojkal dan pasar regional.
Industri Tali (Tali ijuk, Pandan jala/jaring)
Jumlah unit usaha Industri Tali (Tali ijuk, Pandan jal/Jaring) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 67 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 143 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 67 unit usaha tersebut sebesar Rp. 4.862.000. Total produksi mencapai Rp.32.389.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 10.422.000.
Peluang pasar untuk industri tali (tali ijuk, pandan jala/jariong) adalah pasar lokal dan pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan perikanan tangkap. Kemampuan menerobos pasar pada industri ini pada pasar regional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat yang tidak terlalu sulit yaitu diperoleh dari sumberdaya lokal.
Industri Pakaian Jadi Garmen dari Tekstil
Jumlah unit usaha Industri Pakaian Jadi Garmen dari Tekstil Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 172 unit usaha yang terdiri dari 72 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 375 orang dan 100 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 286 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp.832.776.000 terdiri dari Rp. 703.172.000 pada 72 unit usaha formal dan Rp.129.604.000 pada 100 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 2.804.424.000 terdiri dari Rp. 2.693.238.000 pada 72 unit usaha formal dan Rp. 111.186.000 pada 100 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 1.630.594.000 yang terdiri dari Rp.1.580.251.000 pada 72 unit usaha formal dan Rp. 50.343.000 pada 100 unit usaha non formal.
Peluang pasar industri pakaian jadi garmen dari tekstil meliputi pasar lokal, regional dan nasional. Kemampuan menerobos pasar produk industri ini terbatas pada pasar regional. Jika skala produksi, mutu produk dan ragam model dapat dikembangkan kemungkinan besar dapat menerobos pasar nasional. Ketersediaan bahan baku menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah, sebagian besar bahan baku diperoleh pada pasar lojkal dan pasar regional.
Industri Kopiah/Songkok Bludru
Jumlah unit usaha Industri Kopiah/Songkok Bludru Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 2 unit usaha formal. Industri ini mempekerjakan 18 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 2 unit usaha tersebut sebesar Rp. 96.200.000. Total produksi mencapai Rp. 287.600.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 216.220.000.
Peluang pasar industri kopiah/songkok bludru meliputi pasar lokal, regional dan pasar nasional, produk industri ini sudah dipakai secara nasional. Namun kemampuan menerobos pasar untuk industri ini masih terbatas pada pasar regional saja namun tidak menutup kemungkinan utntuk dapat dikembang dimasa yang akan datang jika sla produksi ditingkatkan.Bahan baku untuk industri ini diperoleh dari pasar lokal/pasar regional.
Industri Pengawetan Kulit/Pengeringan
Jumlah unit usaha Industri Pengawetan kulit Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha. Industri ini mempekerjakan 3 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 3 unit usaha tersebut sebesar Rp.25.500.000. Total produksi mencapai Rp. 40.000.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 13.500.000.
Peluang pasar untuk industri pengawetan kulit/pengeringan meliputi pasar lokal, pasar regional dan pasar nasional terutama untuk memenuhi kebutuhan industri sepatu, tas dan ikat pinggang. Bahan baku untuk industri ini diperoleh dari pasar lokal/pasar regional.
Industri Barang dari Kulit Buatan (Tas tangan dll)
Jumlah unit usaha Industri Barang dari kulit buatan (Tas tangan dll) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 1 unit usaha. Industri ini mempekerjakan 10 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari unit usaha tersebut sebesar Rp. 5.834.000. Total produksi mencapai Rp. 28.800.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 21.934.000.
Peluang pasar untuk industri barang dari kulit buatan (tas tangan dan lain-lain) meliputi pasar lokal, pasar regional dan pasar nasional. Ketersediaan Bahan baku untuk industri barang dari kulit buatan (tas tangan dan lain-lain)menunjukkan tingkat kesulitan yang kecil, bahan baku diperoleh dari pasar lokal/pasar regional.
Industri Kelengkapan Rumah Tangga Selain Kayu, Bambu, Rotan (Kasur Bantal)
Jumlah unit usaha Industri Kelengkapan Rumah Tangga Selain Kayu, Bambu, Rotan (Kasur bantal) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 192 unit usaha yang terdiri dari 12 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 571 orang dan 180 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 60 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp. 69.541.000 terdiri dari Rp. 2.400.000 pada 12 unit usaha formal dan Rp. 67.141.000 pada 180 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 901.080.000 terdiri dari Rp. 148.680.000 pada 12 unit usaha formal dan Rp. 752.400.000 pada 180 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 629.343.000 yang terdiri dari Rp. 89.208.000 pada 12 unit usaha formal dan Rp. 540.135.000 pada 180 unit usaha non formal.
Daya penetrasi pasar untuk produk industri kelengkapan rumah tangga selain kayu, bambu, rotan (kasur dan bantal) ini masih terbatas pada pasar regional terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga namun jika skala produksi ditingkatkan maka tidak menutup kemungkinan akan mampu menerobos pasar nasional di masa yang akan datang.
Industri Alat Olahraga(Shuttle Cooks)
Jumlah unit usaha Industri Olahraga (Shuttle Cooks) Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 3 unit usaha yang terdiri dari 2 unit usaha formal dengan jumlah tenaga kerja 6 orang dan 1 unit usaha non formal dengan jumlah tenaga kerja 8 orang.
Total nilai investasi yang dilakukan pada industri ini sebesar Rp.13.685.000 terdiri dari Rp. 2.977.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp.10.708.000 pada 1 unit usaha non formal. Total produksi yang dicapai sebesar Rp. 31.950.000 terdiri dari Rp. 25.500.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 6.450.000 pada 1 unit usaha non formal.
Total nilai bahan baku sebesar Rp. 9.870.000 yang terdiri dari Rp.7.470.000 pada 2 unit usaha formal dan Rp. 2.400.000 pada 1 unit usaha non formal.
Peluang pasar untuk industri olah raga cukup luas meliputi pasar lokal, pasar regional, pasar nasional, namun daya penetrasi pasar untuk produk industri ini masih terbatas pada pasar regional, peluang untuk menerobos pasar nasional cukup besar mengingat olahraga sudah menjadi hobby pada seluruh lapisan masyarakat diseluruh nusantara bahkan masyarakat dunia sekalipun. Namun untuk menerobos pasar nasional skala produksi harus ditingkatkan dan mutu produk harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan agar tetap aman untuk kesehatan.
Industri Pengolah Lainnya yang tidak tergolong (Sapu, Sikat, Gososkan Kaki dari ijuk Sabut)
Jumlah unit usaha Industri Pengolah Lainnya yang tidak tergolong Kabupaten Bone tahun 2006 sebanyak 40 unit usaha non formal. Industri ini mempekerjakan 161 orang tenaga kerja. Besarnya nilai investasi yang dilakukan dari 40 unit usaha tersebut sebesar Rp. 5.350.000. Total produksi mencapai Rp.40.600.000 dengan total nilai bahan baku sebesar Rp. 14.800.000.
3.4. SEKTOR PERDAGANGAN , HOTEL & RESTORAN
Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2006 sebesar 7,93 % , sektor perdagangan menyumbang sebesar 7.28% dan Hotel menyumbang sebesar 0.06% dan restoran menyumbang sebesar 0.58 % terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.306.030.670.000 terdiri dari perdagangan sebesar Rp. 281.203.700.000, hotel menyumbang sebesar Rp. 2.244.110.000 dan restoran menyumbang sebesar Rp.22.582.860.000.
Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2006 sebesar Rp. 8.79%, sektor perdagangan menyumbang sebesar 8.05 % dan Hotel menyumbang sebesar 0.07% dan restoran menyumbang sebesar 0.67 % terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.214.614.840.000 terdiri dari perdagangan sebesar Rp. 196.671.440.000, hotel menyumbang sebesar Rp. 1.612.950.000 dan restoran menyumbang sebesar Rp.16.330.450.000.
POTENSI PERDAGANGAN DALAM NEGERI
Volume perdagangan dalam negri Kabupaten Bone pada tahun 2006 senilai Rp. 364.620.000.000 dengan jumlah pedagang sebanyak 809 orang. Jangkauan wilayah pemasaran meliputi pasar lokal, pasar regional, pasar nasional dan pasar mancanegara.
A. TANAMAN PANGAN
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 pada sub sektor tanaman pangan senilai Rp. 723.736.000.000 dengan jumlah pedagang 170 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Iriang Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
1. Beras
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi beras sebesar 197.385. ton atau senilai Rp. 631.632.000.000 dengan jumlah pedagang 106 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Iriang Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
2. Jagung
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi jagung sebesar 92.104. ton atau senilai Rp. 92.104.000.000 dengan jumlah pedagang 64 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Iriang Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
B. PERKEBUNAN
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 pada sub sektor perkebunan senilai Rp. 176.229.600.000 dengan jumlah pedagang 108 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.
1. Kelapa
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi kelapa sebesar 6.354 ton atau senilai Rp. 15.249.600.000 dengan jumlah pedagang 11 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.
2. Cengkeh
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi cengkeh sebesar 1.680 ton atau senilai Rp. 50.400.000.000 dengan jumlah pedagang 27 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.
3. Lada
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi lada sebesar 280 ton atau senilai Rp. 7.000.000.000 dengan jumlah pedagang 7 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.
4. Kakao
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi kakao sebesar 11.800 ton atau senilai Rp. 94.400.000.000 dengan jumlah pedagang 30 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.
5. Jambu mete
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi jambu mete sebesar 2.860 ton atau senilai Rp. 8.580.000.000 dengan jumlah pedagang 30 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.
6. Pinang
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi pinang sebesar 600 ton atau senilai Rp. 600.000.000 dengan jumlah pedagang 106 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.
C. KEHUTANAN
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 pada sub sektor kehutanan senilai Rp. 17.517.000.000 dengan jumlah pedagang 26 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan dan Pulau Jawa.
1. Kayu Jati
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi kayu jati sebesar 6.870 M3 atau senilai Rp. 17.175.000.000 dengan jumlah pedagang 16 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan dan Pulau Jawa.
2. Kayu Meranti
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi kayu meranti sebesar 12 M3 atau senilai Rp. 12.000.000 dengan jumlah pedagang 3 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan dan Pulau Jawa.
3. Kayu Indah
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi kayu indah sebesar 143 M3 atau senilai Rp. 286.000.000 dengan jumlah pedagang 5 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan dan Pulau Jawa.
4. Kayu Rimba Camp
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk komoditi kayu rimba camp sebesar 44 M3 atau senilai Rp. 44.000.000 dengan jumlah pedagang 2 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan dan Pulau Jawa.
D. PERIKANAN DAN KELAUTAN
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 pada sektor perikanan dan kelautan senilai Rp. 266.439.800.000 dengan jumlah pedagang 384 orang.
1. Bidang Penangkapan di laut
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk perikanan tangkap sebesar 14.789,4 ton atau senilai Rp. 170.783.200.000 dengan jumlah pedagang 77 orang.
1.1. Tuna
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ikan tuna sebesar 4.081 ton atau senilai Rp. 81.620.000.000 dengan jumlah pedagang 25 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya adalah pasar internasional meliputi negara korea, singapura, Hongkong, USA, Inggris dan Jepang.
1.2. Cakalang
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ikan cakalang sebesar 5.415 ton atau senilai Rp. 54.150.000.000 dengan jumlah pedagang 20 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Kabupaten Polewali Mamasa, Wajo,Tana Toraja, Soppeng dan Sidenreng Rappang.
1.3. Kepiting rajungan
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk kepiting rajungan sebesar 657,4 ton atau senilai Rp. 11.833.200.000 dengan jumlah pedagang 8 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya adalah pasar internasional meliputi negara Singapura dan Hongkong.
1.4. Layang
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ikan layang sebesar 1.614 ton atau senilai Rp. 8.070.000.000 dengan jumlah pedagang 12 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya hanya pada pasar lokal saja.
1.5. Tongkol
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ikan tongkol sebesar 3.022 ton atau senilai Rp. 15.110.000.000 dengan jumlah pedagang 12 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya hanya pada pasar lokal saja.
2. Bidang Budidaya di Tambak
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk hasil budidaya tambak sebesar 10.989,10 ton atau senilai Rp. 95.656.600.000 dengan jumlah pedagang 307 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Pulau Sulawesi, Iriang Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
2.1. Udang Windu
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk udang windu sebesar 686,4 ton atau senilai Rp. 27.456.000.000 dengan jumlah pedagang 70 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya telah memasuki pasar internasional meliputi negara Cina, Jepan, Thailand, Inggris, Hongkong, Bangkok, Dubai dan Kanada.
2.2. Udang Putih
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk udang putih sebesar 27,5 ton atau senilai Rp. 550.000.000 dengan jumlah pedagang 35 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya telah memasuki pasar internasional meliputi negara Singapura dan Kanada.
2.3. Udang Api-api
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk udang api-api sebesar 742,2 ton atau senilai Rp. 13.359.600.000 dengan jumlah pedagang 35 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya telah memasuki pasar internasional meliputi negara Cina, Jepan, Thailand dan Inggris.
2.4. Kepiting Bakau
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk kepiting bakau sebesar 1.057 ton atau senilai Rp. 26.425.000.000 dengan jumlah pedagang 67 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya telah menerobos pasar internasional meliputi negara Australia, singapura, Thailand dan Hongkong.
2.5. Bandeng
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ikan bandeng sebesar 2.770 ton atau senilai Rp. 22.160.000.000 dengan jumlah pedagang 50 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya hanya pada pasar lokal saja.
2.6. Rumput Laut
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk rumput laut sebesar 5.706 ton atau senilai Rp. 5.706.000.000 dengan jumlah pedagang 50 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya hanya pada pasar lokal saja.
E. PETERNAKAN
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 pada sub sektor peternakan senilai Rp. 73.992.000.000 dengan jumlah pedagang 121 orang.Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Pulau Kalimantan.
1. Sapi
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ternak sapi sebesar 15.689 ekor atau senilai Rp. 62.756.000.000 dengan jumlah pedagang 110 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Pulau Kalimantan.
2. Kerbau
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ternak kerbau sebesar 1.781 ekor atau senilai Rp. 8.905.000.000 dengan jumlah pedagang 5 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Pulau Kalimantan.
3. Kuda
Volume perdagangan dalam negeri Kabupaten Bone pada tahun 2006 untuk ternak kuda sebesar 1.240 ekor atau senilai Rp. 2.480.000.000 dengan jumlah pedagang 6 orang. Jangkauan wilayah pemasarannya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Pulau Kalimantan.
PENANAMAN MODAL
Penanaman modal Kabupaten Bone terdiri dari Penananaman modal dalam negeri, penanaman modal asing dan penanaman modal non fasilitas (Non PMDN/PMA). Perusahaan PMDN yang terdaftar pada dinas perdagangan dan penanaman modal Kabupaten Bone sebanyak 12 perusahaan dan hanya 6 perusahaan yang aktif dengan nilai investasi total direncanakan sebesart Rp. 31.661.000.000 danterealisasi sebesar Rp. 22.670.000.000.
Jumlah perusahaan PMA yang terdaftar di dinas perdagangan dan penanaman modal di Kabupaten Bone sebanyak 3 perusahaan dan ketiganya tidak aktif ( tidak berproduksi). dengan 12 tenaga kerja. Sedangkan jumlah perusahaan non PMDN yang terdaftar sebanyak 9 perusahaan, 8 aktif dan 1 perusahaan tidak aktif dengan total nilai investasi direncanakan sebesar Rp. 7.804.200.000 dan terealisasi Rp. 6.598.000.000.
Penanaman modal untuk sektor industri kab. Bone sebesar Rp. 79.096.697.000 yang terdiri dari Industri besar Rp. 28.185.835.000, industri menengah Rp. 16.552.008.000 dan industri kecil Rp. 34.358.854.000.
SARANA PENUNJANG INVESTASI
Untuk menggalakkan investasi diperlukan sarana penunjang yang akan mendorong kelancaran usaha. Di Kabupaten Bone tersedia sarana penunjang investasi yang cukup memadai yaitu Sarana dan prasarana perhubungan, Telekomunikasi, Listrik dan air, Perbankan, Hotel dan Restoran,Sarana Kesehatan dan Sarana Pendidikan. Untuk investasi yang berorientasi pada pemasaran Nasional dan ekspor di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat tersedia sarana penunjang sebagai berikut :
1) Sarana dan prasarana perhubungan
a. Perhubungan darat
Jalan negara dan jalan provinsi sebagian besar sudah beraspal, kondisi cukup baik dan sudah dapat menghubungkan semua ibukota kabupaten bahkan ibukota kecamatan. Sedangakn jalan kabupaten/Kotamadya Tk.II sudah menjangkau sampai ke desa-desa terpencil. Jalan kabupaten diusahakan dapat memeperlancar perhubungan sentra-sentra produksi yang ada di ibukota kacamatan dan desa pada umumnya.
b. Perhubungan Laut
Sub-sektor perhubungan laut memperlancar pengangkutan barang (produksi) antar daerah, antar kabupaten dan antar provinsi dan menduduki peranan yang sangat strategis. Terdapat 26 buah pelabuhan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yaitu sebgai berikut :
c. Perhubungan Udara
Sarana perhubungan udara Sulawesi selatan dan sulawesi barat cukup memadai. Di samping Bandar Udara Hasanuddin juga terdapat lapangan udara perintis yang dapat melayani penerbangan lokal seperti :
o Soroako di Kabupaten Luwu (PT/INCO)
o Masamba di Kabupaten Luwu
o Pontiku di Kabupaten Tana Toraja
o Tampa padang di Kabupaten Mamuju
2) Kawasan Ekonomi Terpadu Makassar
a. Pelabuhan Utama Ekspor (Gateway Port) Makassar
Pelabuhan Makassar diharapkan akan menjadi penunjang yang cukup penting, bukan hanya arus lalu lintas orang dan barang tetapi juga menjadi penunjang arus modal investasi.
b. Bandar Udara Hasanuddin (Mandai)
Pada bulan Januari 1995 bandara Hasanuddin diresmikan sebagai bandara internasional, sehingga Indonesia bagian timur dapat mengembangkan investasi diberbagai sektor dan kegiatan ekspor melalui Bandara Hasanuddin. Dan memungkinkan arus wisatawan yang meningkat, sekaligus memberikan kesempatan bgi peningktan investasi/penanaman modal.
c. Kawasan Industri Makassar
Kawasan Industri Makassar (KIMA) didukung oleh dua pintu yaitu Pelabuhan Makassar dan Bandar Udara Hasanuddin. Lokasi Kawasan Industri Makassar terletak 15 km dari pusat kota Makassar yaitu di kelurahan Daya kecamatan Biringkanaya Kotamadya Makassar, dan arah jurusan Tol Pelabuhan Makassar dan Tol jurusan bandar Hasanuddin Mandai maros.
d. Kawasan Berikat Maksassar
Kawasan berikat dan EPTE (Entrepot Produksi untuk Tujuan Eksport) terletak di dalam lingkungan Kawasan Industri Makassar (KIMA). Kawasan Berikat akan memungkinkan meningkatkan persinggahan kapal-kapal Samudra dari perusahaan pelayaran mengunjungi pelabuhan makassar secara tetap dan teratur untuk muatan berupa bahan dan suku cadang untuk keperluan industri dan ekspor yang berada dalam kawasan berikat tersebut.
USAHA MIKRO, KECIL,MENENGAH DAN USAHA BESAR
Hasil sensus ekonomi tahun 2006 (SE06) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone menunjukkan bahwa jumlah seluruh usaha diluar sektor pertanian di Kabupaten Bone tercatat sebanyak 70.970 yang terdiri dari 31.830 (44,85 %) berusaha pada lokasi yang tidak permanen dan 39.140 (55,15 %) berusaha pada lokasi permanen.
Dari 23 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan Bone berada di urutan kedua setelah Kota Makassar dalam hal/jumlah perusahaan/usaha hasil listing SE06 menunjukkan bahwa 9,45 % dari 751.280 perusahaan/usaha di Sulawesi Selatan berada di Bone.
Berdasarkan skala usaha sebagian besar perusahaan usaha merupakan Usaha Mikro (UM) dan Usaha Kecil (UK), dengan persentase masing-masing 93,21 % dan 6,56 %. Sedangkan jumlah perusahaan /usaha yang merupakan Usaha Menengah dan Besar (UMB) kurang dari satu persen terhadap seluruh perusahaan/usaha.
Kepadatan usaha tertinggi di Bone Kota dengan jumlah usaha 110,5/ km2 selanjutnya Bone Utara dan Bone Barat masing-masing 25,37 dan 9,91`usaha per km2 . Bila dilihat sebaran perusahaan/usaha menurut kecamatan Tanete Riattang Barat, Awangpone dan Tenete riattang berada di urutan teratas masing-masing sebanyak 6.050 perusahaan/usaha (98,53%), 4.260 perusahaan/usaha (6,01%) dan 4.000 perusahaan/usaha (5,64%).
Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 119.830 orang, sekitar 85.380 orang (71 %) bekerja pada perusahaan/usaha dengan lokasi permanen sementara sisanya bekerja pada perusahaan/usaha di lokasi yang tidak permanen. Terdapat jumlah perbedaan antara sebaran jumlah perusahaan/usaha dengan sebaran jumlah tenaga kerja per kecamatan. Jumlah tenaga kerja paling banyak di kecamatan Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang, dan Tanete Riattang Timur masing-masing sebesar 9.840 orang (8,21 %), 8.690 orang (7,25%) dan 7.130 orang ( 5,95%).
Jumlah tenaga kerja menurut skala usaha 86,15 % bekerja pada usaha mikro atau sebesar 103.160 orang, 10,78 % pada usaha kecil atau sebesar 12.910 orang, 1,13 % pada usaha menengah atau sebesar 1.350 orang, dan 1,98% pada usaha besar atau sebesar 2.320 orang serta 0,08 % pada usaha yang tidak dapat diklasifikasi atau sebesar 90 orang.
Tenaga kerja yang bekerja pada usaha mikro tertinggi di kecamatan Amali dan Tanete Riattang Barat masing-masing sebesar 7.040 orang dan 7.090 orang, yang bekerja pada usaha kecil tertinggi di kecamatan Tanete Riattang Barat dan Tanete Riattang masing-masing sebanyak 2.000 orang dan 2.380 orang.
Tenaga kerja yang bekerja pada usaha menengah tertinggi di kecamatan Ajangale dan Tanete Riattang masing-masing sebesar 290 orang dan 230 orang, sedangkan Tenaga kerja yang bekerja pada usaha besar tertinggi di kecamatan Tanete Riattang Barat dan Mare masing-masing sebesar 530 orang dan 490 orang.
Persebaran perusahaan/usaha hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Bone. Bone utara yang terdiri 6 kecamatan berada di urutan pertama dengan 20.720 (29,19 %) diikuti Bone selatan (10 kecamatan) 19.030 (26,81 %), Bone Barat (8 kecamatan) 17.260 (24,32 %) dan Bone kota (3 kecamatan) 13.960 (19,67 %).
Menurut Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran merupakan kegiatan ekonomi terbesar, mencapai 42.320 perusahaan/usaha (59,63 %) diikuti industri pengolahan dan transportasi pergudangan dan komunikasi yang masing-masing mencapai 12.000 perusahaan/usaha (16,9 %) dan 7.320 perusahaan/usaha (10,32 %).
1.1. Distribusi Perusahaan/Usaha Dan Tenaga Kerja Menurut Wilayah
Sebaran Perusahaan/usaha di Kabupaten Bone secara umum merata. Bone utara berada di urutan pertama dengan 20.720 perusahaan/usaha (29,19%) diikuti Bone Selatan 19.030 (26,81%), Bone Barat 17.260 (24,32%) dan Bone Kota 13.960 (19,67%). Jika dibandingkan dengan sebaran jumlah penduduk dengan sebaran perusahaan/usaha tidak jauh berbeda yaitu hampir merata antar wilayah. Persentase penduduk terbesar 32% terdapat di Bone selatan, diikuti Bone utara dan bone Barat masing-masing 25%. Demikian pula sebaran tenaga kerja hampir merata di wilayah Kabupaten Bone. Jumlah tenaga kerja terbanyak di Bone selatan yaitu sekitar 28%, selanjutnya Bone Utara 27%, BoneBarat 23% dan Bone Kota 21%.
Perbandingan kepadatan usaha antar wilayah di Kabupaten Bone menunjukkan kepadatan tertinggi di Bone Kota 110,5 usaha per km2 , selanjutnya Bone Utara dan Bone Barat masing-masing 25,37 usaha per km2 dan Bone selatan 9,91 usaha per km2.
Sebaran perusahaan/usaha menrut kecamatan, Tanete Rioattang Barat, awangpone dan Tanete Riattang berada diurutan teratas masing-masing sebanyak 6.050 perusahaan /usaha (8,53%) 4.260 usaha (6,01%), dan 4.000 perusahaan/usaha (5,64%), sebaliknya Kecamatan Tellulimpoe dan Salomekko memiliki perusahaan/usaha paling sedikit yaitu 650 perusahaan/usaha (0,92%) dan 820 perusahaan/usaha (1,15%).
Jumlah tenaga kerja yang terserap diluar sektor pertanian mencapai 119.830 orang, sekitar 85.380 (72%) bekerja pada perusahaan/usaha di lokasi permanen sementara sisanya bekerja pada perusahaan/usaha di lokasi tidak permanen. Jumlah tenaga kerja paling banyak berada di kecamatan Tanete Riattang Barat , Tanete Riattang dan Tanete Riattang timur masing-masing sebesar 9.840 orang (8,21%), 8.680 orang (7,25%) dan 7.130 orang (5,95%) .
1.2. Distribusi Perusahaan/Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha
Distribusi perusahaan/usaha menurut kategori lapangan usaha didominasi oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran sebanyak 42.320 perusahaan/usaha atau 59,63 % dari seluruh perusahaan/usaha yang ada di Kabupaten Bone, diikuti oleh industri pengolahan, transportasi, pergudangan yang masing-masing mencapai 12.000 perusahaan/usaha (16,9%) dan komunikasi 7.320 perusahaan/usaha (10,31%). Sedangkan 13,15% merupakan kategori lapangan usaha lainnya.
Sebaran perusahaan/usaha per kategori per wilayah cenderung homogen. Sektor Pertambangan dan penggalian, konstruksi, akomodasi dan makan minum, real estate, dan usaha persewaan , perantara keuangan, transportasi, pergudangan dan komunikasi lebih dominan di Bone Kota. Khusus untuk pertambangan dan penggalian terkonsentrasi di Tanete Riattang timur, hasil utamanya adalah batu untuk bahan bangunan. Sektor industri pengolahan dan jasa kemasyarakatan , sosial budaya, hiburan, dan jasa perorangan lainnya banyak terdapat di Bone Utara dan tertinggi di kecamatan Awangpone, jenis industri paling banyak adalah industri anyam-anyaman. Sektor listrik, gas dan air, perdagangan besar dan eceran, pendidikan, kesehatan dan kegiatan sosial banyak terdapat di Bone Selatan. Angka selengkapnya disajikan dalam tabel berikut:
Jumlah Perusahaan/Usaha Menurut Kategori Lapangan Usaha Dan Wilayah Di Kabupaten Bone
Tahun 2006 ( dalam ribuan)
Sebaran tenaga kerja menurut kategori lapangan usaha secara umum menunjukkan bahwa kategori lapangan usaha sektor perdagangan besar dan eceran paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu 57.930 orang (45,34%) dari total tenaga kerja pada lapanga usaha diluar sektor pertanian. Selanjutnya industri pengolahan menempati urutan kedua tertinggi yaitu hampir 25.000 tenaga kerja (20,59%), sedangkan lapangan usaha yang paling sedikit tenaga kerja adalah jasa perorangan yang melayani rumah tangga tercatat sebesar 240 orang (0,2%). Angka selengkapnya disajikan dalam tabel berikut:
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha Dan Wilayah Di Kabupaten Bone
Tahun 2006 (dalam ribuan)
1.3. Distribusi Perusahaan/Usaha dan Tenaga Kerja menurut Skala Usaha
Kriteria skala Usaha Mikro (UM), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah dan Besar (UMB) bedasarka pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara umum berdasarkan skala usaha sebagian besar perusahaan/usaha merupakan usaha mikro dan usaha kecil dengan persentase masing-masing 93,22% dan 6,56 %. Sedangkan perusahaan/usaha yang merupakan usaha mnengah dan besar hanya 0,22% dari seluruh perusahaan usaha.
Dari 70.970 perusahaan/usaha ada 0,007 % perusahaan/usaha yang tidak dapat diklsifikasikan yaitu perusahaan/usaha yang hanya merupakan non kegiatan ekonomi yang melayani perusahaan pusat/induknya.
Dari 60 perusahaan/usaha yang termasuk kategori perusahaan besar, 66,7 % berada di Bone Kota, demikian pula skala usaha menengah dan kecil lebih tinggi di Bone Kota jika dibandingkan wilayah lain di . Sementara itu usaha mikro di Bone Utara berada diperingkat pertama dengan 19.990 perusahaan/usaha (30,22%) dari seluruh usaha mikro, namun tidak jauh berbeda denga wilayah lainnya di Kabupaten Bone.
Sebaran perusahaan/usaha menurut kecamatan menunjukkan bahwa perusahaan /usaha besar terbanyak di kecamatan Tanete Riattang, Tanete Riattang Timur, dan Tanete Riattang Barat masing-masing 30,38% , 17,07% dan 19,64% dari total usaha besar yang ada di Kabupaten Bone. Tiga kecamatan tersebut juga memiliki jumlah usaha menengah dan kecil paling banyak di Kabupaten Bone. Sementara untuk perusahaan/usaha skala mikro terbanyak di Tanete Riattang Barat diikuti Ajangale masing-masing dengan jumlah perusahaan/usaha 5.210 dan 4.860.
Jumlah perusahaan/usaha di kategori lapangan usaha perdagangan besar dan eceran terlihat mendominasi jumlah perusahaan/usaha di seluruh skala usaha. Jumlah perusahaan/usaha pada kategori lapangan usaha perdagangan besar dan eceran sebanyak 39.120 perusahaan/usaha (59,12% dari total usaha skala mikro). Sementara ini kategori lapangan usaha jasa perorangan yang melayani rumah tangga merupakan sektor dengan usaha paling kecil. Angka selengkapnya disajikan dalam Tabel berikut
Jumlah Perusahaan /Usaha menurut Kategori Lapangan Usaha dan Skala Usaha di Kabupaten Bone
Tahun 2006 ( dalam ribuan)
Sebaran tenaga kerja pada perusahaan/usaha di lokasi tidak permanen tidak jauh berbeda dengan sebaran tenaga kerja secara umum. Tenaga kerja banyak terserap pada skala usaha mikro yaitu sebanyak32.060 orang (93,03%). Skala usaha berikutnya yang banyak menyerap tenaga kerja adalah perusahaan/usaha yang termasuk skala usaha kecil sebanyak 2.400 oreang (6,96%). Sedangkan skala usaha menengah dan skala usaha besar hanya menyerap 0.01 % dari total tenaga kerja.
Demikian pula dengan perusahaan/usaha yang berusaha di lokasi permanen. Penyerapan Tenaga Kerja terbanyak juga di dominasi oleh perusahaan usaha skala usaha mikro, yakni sebanyak 71,110 orang (83,37%). Kemudian skala usaha berikutnya yang banyak menyerap tenaga kerja adalah skala usahakecil sebanyak 10.510 orang (12,32%). Se3mentara tenaga kerja yang bekerja di skala usaha menengah dan skala usaha besar adalah 3.670 orang (4,31%).
1.4.Perbandingan Perusahaan/Usaha Kabupaten Bone Dan Wilayah Lain Di Sulsel
Hasil Sensus Ekonomi tahun 2006 (SE06) di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa tida kabupaten/Kota yaitu Makassar, Bone dan Gowa berturut-turut mencatat jumlah usaha terbanyak. Kabupaten bone berada di urutan kedua jumlah perusahaan/usaha setelah kota Makassar. Share perusahaan/usaha di Kabupaten Bone terhadap total perusahaan/usaha di Sulawesi selatan adalah 9,45%.Angka selengkapnya disajikan dalam tabel berikut:
Jumlah Perusahaan/Usaha Makassar, Bone dan Gowa tahun 2006
Kategori Lapangan Usaha Makassar Bone Gowa Sulawesi Selatan
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertambangan dan Penggalian 10 270 40 4.900
Industri Pengolahan 5.070 12.000 12.200 108.570
Listrik, Gas dan air 30 130 20 910
Kontruksi 1.110 690 630 11.130
Perdagangan Besar dan Eceran 62.330 42.320 39.510 408.900
Akomodasi dan Makan Minum 13.260 2.590 3.210 43.400
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 25.580 7.320 6.650 98.270
Perantara Keuangan 970 190 260 3.590
Real estate, Usaha Persewaan 7.080 700 700 15.290
Jasa Pendidikan 1.540 1.320 980 12.940
Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 660 310 260 4.850
Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan
Perorangan lainnya 9.290 2.990 2.700 34.620
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 2.310 160 520 3.910
129.250 70.970 67.720 751.280 Jumlah
(100,00) (17,20) (9,45) (9.01)
KOPERASI
Berdasarkan data Dinas Koperasi dan PKM kabuipaten Bone Jumlah Koperasi pada tahun 2005 sebanyak 873 unit menjadi 875 unit pada tahun 2006 yang terdiri dari 517 koperasi aktif dan 358 koperasi tidak aktif. Dengan laju pertumbuhan 0,23 %, . Total jumlah karyawan koperasi pada tahun 2006 sebanyak 1.441 orang. Koperasi di Kabupaten bone terbagi dalam 21 jenis yaitu :
KUD : Jumlah unit usaha Koperasi Unit Desa sebanyak 40 Koperasi aktif dengan jumlah karyawan 139 orang.
KPN/KPRI : Jumlah unit usaha Koperasi Pegawai Negeri/ Koperasi Pegawai Republik Indonesia sebanyak 70 koperasi terdiri dari 67 koperasi aktif dan 3 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 131 orang.
KSU : Jumlah unit usaha Koperasi Serba Usaha sebanyak 466 Koperasi terdiri dari 287 koperasi aktif dan 179 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan sebanyak 604 orang.
KSP : Jumlah unit usaha Koperasi simpan Pinjam sebanyak 4 koperasi aktif dengan jumlah karyawan sebanyak 22 orang.
KOPTAN : Jumlah unit usaha Koperasi Pertanian sebanyak 200 koperasi terdiri dari 86 koperasi aktif dan 114 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 329 orang.
Koperasi ABRI/POLRI : Jumlah unit usaha Koperasi ABRI/POLRI sebanyak 5 koperasi aktif dengan jumlah keryawan 15 orang.
KOPKAR : Jumlah unit usaha KOPKAR sebanyak 12 Koperasi terdiri dari 6 koperasi aktif dan 6 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 22 orang.
PKPRI : Jumlah unit usaha PKPRI sebanyak 1 koperasi aktif dengan jumlah karyawan 2 orang.
Koperasi Pensiunan : Jumlah unit usaha Koperasi Pensiunan sebanyak 1 koperasi tidak aktif.
KOPWAN : Jumlah unit usaha KOPWAN sebanyak 4 koperasi aktif dengan jumlah karyawan 11 orang
Koperasi Veteran : Jumlah unit usaha Koperasi Veteran sebanyak 1 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 1 orang.
Koperasi Angkutan : Jumlah unit usaha Koperasi Angkutan sebanyak 2 koperasi aktif dengan jumlah karyawan 7 orang.
Koperasi perikanan : Jumlah unit usaha Koperasi Perikanan sebanyak 2 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 4 orang.
Koperasi Peternakan : Jumlah unit usaha Koperasi Peternakan sebanyak 1 koperasi tidak aktif.
Koperasi Perkebunan : Jumlah unit usaha Koperasi Perkebunan sebanyak 6 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 10 orang.
Koperasi Pemuda : Jumlah unit usaha Koperasi Pemuda sebanyak 3 koperasi terdiri dari 1 koperasi aktif dan 2 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 9 orang.
Koperasi Industri : Jumlah unit usaha Koperasi Industri sebanyak 5 koperasi terdiri dari 1 koperasi aktif dan 4 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 18 orang.
Koperasi Mahasiswa : Jumlah unit usaha Koperasi Mahasiswa sebanyak 1 koperasi aktif dengan jumlah karyawan 2 orang.
Koperasi Pasar : Jumlah unit usaha Koperasi Pasar sebanyak 13 koperasi terdiri dari 4 koperasi aktif dan 9 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 29 orang.
Koperasi Pelayaran : Jumlah unit usaha Koperasi Pelayaran sebanyak 2 koperasi terdiri dari 1 koperasi aktif dan 1 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 6 orang.
Koperasi lainnya : Jumlah unit usaha Koperasi lainnya sebanyak 36 koperasi terdiri dari 7 koperasi aktif dan 29 koperasi tidak aktif dengan jumlah karyawan 80 orang.
SEKTOR PARIWISATA
Obyek Wisata sejarah
o Musium Lapawawoi : Musium ini berada di kecamatan Tanete Riattang, dengan jumlah tenaga kerja 2 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 126 wisatawan nusantara dan 4 wisatawan mancanegara.
o Bola Soba : Bola Soba berada di kecamatan Tanete Riattang, dengan jumlah tenaga kerja 3 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 203 wisatawan nusantara dan 5 wisatawan mancanegara.
o Bukit Manurunge : Bukit ini berada di kecamatan Tanete Riattang,
ri Matajang dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 41 wisatawan nusantara.
o Tanah Bangkalae : Tanag Bangkalae berada di kecamatan Tanete Riattang, dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 52 wisatawan nusantara dan 2 wisatawan mancanegara.
o Kompleks Makam : Makam ini berada di kecamatan Tanete Riattang,
Kalokkoe dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 24 wisatawan nusantara.
o Tempat Manurunge : Tempat ini berada di kecamatan Tanete Riattang
ri Toro Timur.
o Bubung Tello : Bubung/sumur ini berada di kecamatan Tanete Riattang.
o Mesjid Tua : Mesjid ini berada di kecamatan Tanete Riattang.
o Komp. Makam Mesjid : Makam ini berada di kecamatan Tanete Riattang.
Tua Lalebata
o Makam Laummasa : Makam ini berada di kecamatan Tanete Riattang.
Panre Bessi
o Kuburan Petta Bettae : Kuburan ini berada di kecamatan Tanete Riattang Barat, dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret 2007 telah dikunjungi oleh 11 wisatawan nusantara.
o Sungai Jeppe’e : Sungai ini berada di kecamatan Tanete Riattang Barat..
o Bubung Paranie : Bubung/sumur ini berada di desa Lemo Ape kecamatan Palakka.
o Komp. Makam : Makam ini berada di desa Matuju kecamatan
Ponggawae Awangpone
o Bubung Assingireng : Bubung/sumur ini berada di desa Unra kecamatan Awangpone.
o Makam Petta Makkarame : Makam berada di desa Manera kecamatan Salomekko.
o Makam Laparu : Makam ini berada di desa Nagauleng kecamatan
Matannatikka Cenrana, Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 452 wisatawan nusantara.
o Makam Laoleo Boto’e : Makam ini berada di desa Itterung kecamatan Tellu Siattinge.
o Tugu Malamung patu : Tugu ini berada di desaTelle kecamatan Ajangale
o Makam Raja-Raja : Makam ini berada di desa lalebata kecamatan
Watang Lamuru Lamuru dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 257 wisatawan nusantara dan 4 wisatawan mancanegara.
o Makam Datu Salomekko : Musium ini berada di desa Balange kecamatan Salo Mekko
Obyek Wisata Alam Obyek Wisata Alam
o Tanjung Pallette : Tanjung Pallette berada di kelurahan Pallette kecamatan Tanete Riattang Timur, dengan jumlah tenaga kerja 31 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 14.000 wisatawan nusantara dan 112 wisatawan mancanegara.
o Dermaga Bajoe : Dermaga ini berada di kelurahan Bajoe kecamatan Tanete Riattang Timur.
o Gua Jepang : Gua ini berada di desa Bacu kecamatan Palakka.
o Gua Janci : Gua ini berada di desa Mallari kecamatan Awangpone.
o Pantai Ujung Pattiro : Pantai ini berada di kecamatan Sibulue.
o Permandian Alam Lanca : Permandian Alam ini berada di desa Lanca kecamatan Tellu Siattinge.
o Gua Mampu : Gua ini berada di desa Cabbeng kecamatan Dua Boccoe, dengan jumlah tenaga kerja 2 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 5.263 wisatawan nusantara dan 14 wisatawan mancanegara.
o Permandian Alam Alinge : Permandian Alam ini berada di Desa Alinge kecamatan Ulaweng.
o Permandian Alam Taretta : Permandian Alam ini berada di Desa Alinge kecamatan Ulaweng.
o Gua lagaroang : Gua ini berada di Desa Bengo kecamatan Bengo.
o Gua Batu : Gua ini berada di Desa Tellongeng kecamatan Mare.
o Pantai Putih : Pantai ini berada di bone Putih kecamatan Tonra
Gareccing (Tete) yang dikelola oleh Rindam VII Wirabuana dengan tenaga kerja dari anggota TNI . Pada tahun 2007 Januari-Maret banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
o Permandian Waetuo : Permandian ini berada di desa Waetuo kecamatan Kajuara, dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 3.456 wisatawan nusantara dan 15 wisatawan mancanegara.
o Pantai Bone Lampe : Pantai ini berada di Desa Bulu – bulu kecamatan Tonra.
o Uttang Menroja : Uttang Menroja ini berada di Macanang kecamatan Tanete Riattang Barat.
o Permandian Siduppa : Permandian ini berada di Desa Panyili kecamatan
Matae Palakka.
o Pantai Ancu Allapungeng : Pantai ini berada di Desa Ancu kecamatan
Toae Kajuara.
o Pattanengpungae : Pattanengpunga berada di kecamatan Tellu Siattinge.
o Lagole : Lagole berada di kecamatan Tellu Siattinge.
Obyek Wisata Panorama Obyek Wisata Panorama
o Sumpang Labbu : Sumpang Labbu berada di Liliriattang kecamatan Bengo.
o Bendungan sanrego : Bendungan ini berada di Biru kecamatan Kahu.
o Air Terjun Ulu ere : Air terjun Ulu ere berada di Desa Bonto jai kecamatan Bonto Cani.
o Mata Air Panas Saweng : Mata air panas Saweng berada di Desa Saweng kecamatan Ponre.
o Bendungan Salomekko : Bendungan ini berada di Ulubelang kecamatan Salomekko, dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 100 wisatawan nusantara dan 4 wisatawan mancanegara.
Obyek Wisata Budaya Obyek Wisata Budaya
o Perkampungan suku Bajo : Perkampungan Suku Bajo berada di kelurahan Bajoe kecamatan Tanete Riattang Timur.
o Kesenian Tradisional Sijuju Sulo : Kesenian tradisional ini berasal dari Desa Ponka kecamatan Tellu Siattinge.
o Permainan Rakyat Sere Wara : Permainan Rakyat Sere wara berasal dari Desa Lagosi kecamatan Tellu Limpoe.
o Maggiri : Maggiri berasal dari Komunitas Bissu Mattampa Bulu
o Kerajinan Tangan Anemmi/Pita : Kerajinan Tangan Anemmi/Pita Berada di Desa Wollangi Kecamatan Barebbo.
o Kerajinan Tangan Songko : Kerajinan tangan Songko To Bone berada
Tobone di desa Paccing kecamatan Awangpone.
o Kerajinan Tangan : Kerajinan tangan dari perak/kuningan
Perak/Kuningan berada di Desa Pompanua kecamatan Ajangale.
o Kerajinan Baju Bodo : Kerajinan Baju Bodo berada di Desa Pompanua kecamatan Ajangale.
o Rakkala Manurung : Rakkala Manurung berada di Desa Mattampa Bulu kecamatan Lamuru.
HOTEL
Fasilitas Hotel dan Restoran sebagai sarana penunjang ekonomi dan bisnis relatif tersedia di Kabupaten Bone. Jumlah hotel yang ada di Kabupaten Bone baik itu berbintang 1 maupun tipe melati mencapai 20 buah , sedangkan jumlah restoran yang representatif sebenyak 23 buah pada tahun 2006.
o Hotel wisata : Hotel ini berlokasi di Jl. Jend Sudirman No.1A, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 9 orang.
o Hotel Rio Rita : Hotel ini berlokasi di Jl. Kawerang No.4, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Hotel Mario Pulana : Hotel ini berlokasi di Jl. Kawerang, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 4 orang.
o Wisma Tirta Kencana : Wisma ini berlokasi di Jl. Kajaolalido No. 63, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 5 orang.
o Wisma Amrach : Wisma ini berlokasi di Jl. Ahmad Yani, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Losmen Nasional : Losmen ini berlokasi di Jl. Mesjid No. 86, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Pondok Manurung : Pondik Manurung berlokasi di Jl. Gunung Kinibalu , Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Wisma Cempaka : Wisma ini berlokasi di Jl. Jend Sudirman, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Wisma Bola Ridi’E : Wisma ini berlokasi di Jl. Merdeka No. 6, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Wisma marannu : Wisma ini berlokasi di Jl. Jend sukawati No. 9, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Wisma Bali Indah : Wisma ini berlokasi di Jl. Bhayangkara Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Arta Inn : Arta Inn ini berlokasi di Jl. Jend Ahmad Yani, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 5 orang.
o Wisma rajawali : Wisma ini berlokasi di Jl. Jend Ahmad Yani, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Pondok soraya : Pondik Soraya ini berlokasi di Jl. Sungai Musi, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Pondok Eka : Pondok Eka berlokasi di Jl. Jend Ahmad Yani, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Wisma Rennutta : Wisma ini berlokasi di Jl. Latenri Tatta No. 52, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 4 orang.
o Wisma Cahaya Lise : Wisma ini berlokasi di Jl. Jend Ahmad Yani, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 4 orang.
o Wisma Fahdil : Wisma ini berlokasi di Jl. Mesjid, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Wisma Biru : Wisma ini berlokasi di Jl. Jend Sudirman, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Wisma Nusa Indah : Wisma ini berlokasi di Jl. Lanto Dg. Pasewang, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
RESTORAN
o Dynasti : Restoran Dynasti ini berlokasi di Jl. MH Thamrin Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Victoria : Restoran ini berlokasi di Jl. Beringin Watampone dengan jumlah tenaga kerja 5 orang.
o Setia Budi : Restoran ini berlokasi di Jl. Mesjid, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Padang Raya : Restoran ini berlokasi di Jl. Beringin, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Warung Pangkep : Warung ini berlokasi di Jl. Beringin, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Kana’a : Warung ini berlokasi di Jl. Makmur, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Wapo Aratiga : Warung pojok ini berlokasi di Jl. Jend Sudirman, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Sop Konro : Warung ini berlokasi di Jl. Veteran, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Minang Jaya : Warung ini berlokasi di Jl. Mesjid, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Coto : Warung ini berlokasi di Jl. Veteran, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Sadar : Warung ini berlokasi di Jl. Makmur, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Ramah Minang : Rumah Makan ini berlokasi di Jl. Beringin Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Sumatra : Warung ini berlokasi di Jl. Durian Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Nikmat : Warung ini berlokasi di Jl. Makmur, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Sate Madura : Warung ini berlokasi di Jl. Makmur, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Pangkep : Warung ini berlokasi di Jl. Kompleks Sentral
Sentral Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Kios Madya : Kios Madya berlokasi di Jl. Makmur, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Lumayang : Warung ini berlokasi di Jl. Veteran, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 4 orang.
o Warung Sari Laut : Warung ini berlokasi di Jl. Cokroaminoto, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Sop Saudara : Warung Sop ini berlokasi di Jl. Tanah Bangkalae, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
o Warung Pojok : Warung ini berlokasi di Jl. Tana Bangkalae, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
o Warung Segar : Warung ini berlokasi di Jl. Kompleks Sentral, Watampone dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.
SANGGAR SENI
Lembaga Seni Budaya ARUNG PALAKKA
Lembaga Seni budaya ARUNG PALAKKA adalah satu-satunya lembaga seni budaya yang merupakan pendukung Kepariwisataan Kabupaten Bone khususnya wisata budaya . Lembaga seni budaya ini berlokasi di Jl. Latenri Tatta No.1 Kompleks Bola soba Watampone dengan jumlah anggota 156 orang. Lembaga Seni Budaya ARUNG PALAKKA telah meraih prestasi sebagai berikut: juara se- Sulsel, Terbaik Kreasi Remaja Tahun 2004, Makassar, Juara Umum Pentas Seni Se- Sul-Sel di Kabupaten Soppeng dan Juara II Se- Sul-Sel Tahun 2006 Makassar.
Jenis kegiatan yang dikembangkan pada lembaga seni budaya ini adalah seni tari, seni musik, modelling dan teater dengan karya/Sinopsis sebagai berikut:
1. Tari Pajoge : Tari Pajoge adalah tari tradisional dengan durasi waktu 15 menit.
2. Tari Pajjaga Andi’ : Tari Pajjaga Andi adalah tari tradisional dengan durasi waktu 16 menit .
3. Tari Songko To Bone : Tari Songko To Bone adalah tari kontemporer dengan durasi waktu 8 menit. Tari ini diciptakan oleh Fitri Pa’bentengi.
4. Tari Marennu : Tari Marennu adalah tari kontemporer dengan durasi waktu 7 menit, tari ini diciptakan oleh A. Sinar. A. L .
5. Tari Yabelale : Tari Yabelale adalah tari kontemporer dengan durasi waktu 9 menit. Tari ini diciptakan oleh Fitri Pa’bentengi.
6. Tari Ewaki Puang : Tari Ewaki Puang adalah tari kontemporer dengan durasi waktu 10 menit, tari ini diciptakan oleh A. Fajar
7. Tari Mule Sellenna : Tari Mula Sellenna Tanah Bone adalah tari kontemporer
Tanah Bone dengan durasi waktu 9 menit. Tari ini diciptakan oleh Fitri Pa’bentengi.
8. Tari Alebborengnge : Tari Alebborengnge Rimampu adalah tari kontemporer
Rimampu dengan durasi waktu 10 menit. Tari ini diciptakan oleh Fitri Pa’bentengi.
9. Musik Toriolo : Musik Toriolo adalah musik Tradisional dengan durasi waktu 15 menit. Musik ini diciptakan oleh Burhanuddin
10. Busana Adat : Busana adat adalah busana tradisional yang diciptakan oleh Fitri Pa’bentengi
Sanggar Seni budaya STAIN Watampone
Sanggar Seni Budaya STAIN Watampone salah satu sanggar seni budaya di Watampone yang juga mendukung Kepariwisataan di Kabupaten Bone. Sanggar seni budaya ini berlokasi di Jl. HOS. Cokroaminoto No. 2 Kampus STAIN Watampone Kabupaten Bone. Dengan jumlah anggota 40 orang. Sanggar Seni Budaya STAIN Watampone telah meraih prestasi diantaranya sebagai berikut:
Juara II lomba Pop Singer IAIN Sunan Gunung Jati, Bandung
Juara I Vocal Grup Apresiasi anak Bangsa 2002
Sanggar Seni Terbaik DKB Award 2005
Juara I Festival lagu Daerah Bugis 2001
Jenis kegiatan yang dikembangkan pada lembaga seni budaya ini adalah seni musik, seni Teater/Sastra, Seni Rupa/Kriya dan Seni Film dengan karya/Sinopsis sebagai berikut :
Seni Musik : Ta’kan Terulang, Romansa Setangkai Bunga, Narasi Pohon Senja, Ada Anak, Rasul, Satu Jiwa, Maafkan Aku, Ku Ingin dan kudung Ijo
Seni Teater/Sastra : Jalan Tuhan (Tradisional), Umar Bin Hattab (Tradisional), Hitam Putih, Massempe (Tradisional), Pencuri Yang Jujur, Pelanggang Yang Terhormat, Ocehan Malam, Awal Masuknya Islam Di Kerajaan Bone (Tradisional), Terserah Yang Kumau, Camar Melayu, Hakikat Cinta, Keinginan manusia, Kebaikan or Kebenaran, Dua Melodi, Silariang (Tradisional), Kau atau Aku?, Budaya, Mappallebbang Gau Deceng, Maaf, Bangku Terminal, Selamat Malam, Ewako ! Lamaddusila (Tradisonal), Cannibal, Guruku Suri Teladan, Martabatku Jatuh dari Kekasihku, Hiper Seks, Duka Lamaku, Bayangan Hitam, Jimbeku dan Sahabatku.
Seni Rupa / Kriya : Badai Laut, Shufi, Di Atas cermin, Al-Fatihah [1], Merapi, Agungnya Mesjid, Sawah Menguning, Bilik Senja, Al-Ikhlas [3], Cilik,Keriting, Berpacu, Bunda Maria, Berlayar, Wal Fajri, Lubang Dunia, Pusaka Budaya, Aceh Menyimpang, Masjid, Legitimasi Kehidupan, Ocehan Malam,Pejuang Karet, Iseng-iseng, Al-Falak, Lebat, Kicau, Hibrida, Biola, Basmalah, Siap Nganggur, Mawar Merah, Do’a, Wahyu, Spermatozoid, Ayat, Perahu,Pecah, Allah, Alam Akhir, Musim Kering, Pohon Subur dan Alam Lain.
Seni Film : Buku Kuning karya A. Muh. Youry dengan durasi 15,39 menit.
Sanggar Seni SELEWATANG (Ratnawati, SKM)
Sanggar Seni SELEWATANG adalah salah satu sanggar seni di Watampone yang juga mendukung Kepariwisataan di Kabupaten Bone. Sanggar seni ini berlokasi di Jl. Poros Sinjai Km. 11 Watampone ( Karella Desa Awo Kec. Cina). Dengan jumlah anggota 30 orang.
Jenis kegiatan yang dikembangkan pada Sanggar seni ini adalah seni musik dan seni Tari dengan karya/Sinopsis Tari Paringngala (Tari Tradisional). Prestasi yang telah diraih adalah juara umum antar Kabupaten di Kabupaten Soppeng tahun 2006.
Sanggar Seni WAHANA BUDAYA (Pattawe)
Sanggar Seni WAHANA BUDAYA adaah salah satu sanggar seni di Watampone yang juga mendukung Kepariwisataan di Kabupaten Bone. Sanggar seni ini berlokasi di Jl. Sentosa, Kelurahan maroanging Kecamatan SibuluE. Dengan jumlah anggota 27 orang.
Jenis kegiatan yang dikembangkan pada sanggar seni ini adalah seni musik, seni tari dan seni rupa dengan karya/Sinopsis Tari Maddeceng (diciptakan oleh Aisya, a. Ma) dan Sastra/Puisi ( Drs. Muh. Syahril) dengan durasi masing-masing 20 menit dan 12 menit keduanya adalah seni tradisional. Prestasi yang telah diraih diantaranya adalah mengadakan lomba kreatifitas seni Tk. Murid dan pelajar se –kecamatan SibuluE.
STUDIO 12 MODELS
STUDIO 12 MODELS melaksanakan kegiatan modelling dengan jumlah anggota 60 orang yang berlokasi di Jl. Latenri Tatta No. 25.
Sanggar Seni HANDAYANI ( Masrida, S. Pd)
Sanggar Seni HANDAYANI adalah sanggar seni yang melaksanakan kegiatan seni tari dengan karya/sinopsis Tari Kipas ( durasi 7 menit karya Masrida) dan Qasidah Rebbana (durasi 5 menit karya Drs. H. M. Said/Naidah/Masrida). Dengan jumlah anggota 200 orang.
Sanggar seni SIAMASEI (DAINA)
Sanggar Seni SIAMASEI berlokasi di Dusun Use’E Desa watang Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.. Dengan jumlah anggota 30 orang. Jenis kegiatan yang dikembangkan pada sanggar seni ini adalah seni musik dan seni tari dengan karya/Sinopsis Tari Panen, Tari Maddakkang, Qasidah Rebbana (diciptakan oleh Ernawati/Daina) dan Tari Mappadendang (tradisional) dengan durasi masing-masing 10 menit, 10 menit, 15 menit dan 30 menit.
Sanggar Seni TELUK BONE (Mursalim, S. Pd, M. Si)
Sanggar Seni TELUK BONE berlokasi di Jl. Sungai Musi BTN timurama II Blok 10 No. 8 Watangpone. Dengan jumlah anggota 75 orang.
Jenis kegiatan yang dikembangkan pada sanggar seni ini adalah teater dengan karya/Sinopsis Opera To Malaweng ri Tanjung Pallette dengan durasi 60 menit( seni tradisional). Selain seni teater sanggar seni ini juga melaksanakan kegiatan seni musik dan seni tari adapun karya musiknya adalah Simponi Kecapi (Abd.samad), Lojeng Pulaweng ( Mursalin S.Pd, M.Si ), To Malaweng sedangkan karya tari adalah tari Malladung durasi 15 menit yang merupakan bagian dari opera To Malaweng. Prestasi yang telah diraih adalah Pentas di Gedung Kesenian Makassar Societet de Harmonie, Soundtrack Opera Bugis To Malaweng di Gedung Kesenian Makassar.
Sanggar Seni PATTOLA PALALLO (SMAN 4 Watampone)
Sanggar Seni PATTOLA PALALLO berlokasi di Jl. H.O.S. Cpkroaminoto Dengan jumlah anggota 50 orang.
Jenis kegiatan yang dikembangkan pada sanggar seni ini adalah seni musik, seni tari,teater dan seni rupa dengan karya/Sinopsis Tari Ana’ Dara Kallolona Bone dan Tari Kipas (diciptakan oleh Hermawati S. Pd).
Sanggar Seni AKRAB (Ahmad)
Jenis kegiatan yang dikembangkan pada sanggar seni AKRAB adalah seni musik, seni tari dan teater dengan jumlah anggota sebanyak 35 orang.
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
Kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2006 sebesar 0.95% , listrik menyumbang sebesar 0.88%, dan sektor air bersih menyumbang sebesar 0,07 % terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 36.592.910.000 terdiri dari listrik sebesar Rp. 33.845.810.000 dan air bersih sebesar Rp.2.747.100.000.
Kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2006 sebesar 0,76% listrik menyumbang sebesar 0.69% dan air bersih menyumbang sebesar 0.07% terhadap total PDRB atas dasar harga Konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 18.517.010.000 terdiri atas listrik sebesar Rp.16.745.700.000 dan air bersih sebesar Rp.1.771.310.000.
ENERGI LISTRIK
Untuk memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Bone, telah tersedia Unit pelayanan kelistrikan sebanyak 4 (empat) unit yaitu Unit Pelayanan Hasanuddin + Bajoe, Ranting Uloe, Unit Pelayanan Tellu BoccoE dan Unit Pelayanan Patangkai dengan total Produksi mencapai 56.579 Kwh, yang dipakai sendiri sebanyak 487 Kwh dan yang disalurkan sebanyak 56.092 Kwh.
Tabel 7. KEADAAN KELISTRIKAN KABUPATEN BONE TAHUN 2004- 2005
AIR BERSIH
Saat ini di Kabupaten Bone telah tersedia jaringan perpipaan air bersih yang dikelola PDAM, meskipun masih terbatas pada Ibukota Kabupaten dan sekitarnya. Pemakaian air bersih untuk keperluan Rumah Tangga (R1 , R2, R3, R4) sebesar 1.671.736 m3 yang disalurkan kepada 9.084 pelanggan dengan penjualan senilai Rp.3.407.764.000, pemakaian instansi kantor sebesar 79.753 m3 yang disalurkan kepada 111 pelanggan dengan nilai penjualan sebesar Rp. 362.654.0000, pemakaian niaga kecil(NK) sebesar 77.602 m3 yang disalurkan , niaga sedang(NS), niaga besar (NB), industri kecil (IK), industri sedang (IS), industri besar (IB), sosial khusus(SOS), sosial umum(SU), dan lain-lain mobil tangki sebesar 927 m3 pada Tahun 2004 menjadi sebesar 1.822.204 m3 pada Tahun 2005 atau terjadi peningkatan sebesar 4,81 %, sedangkan jumlah pelanggan pada Tahun 2004 sebanyak 9.691 orang menjadi 9.713 orang pada Tahun 2005 atau naik sebesar 0,23 % dengan nilai pemakaian pada Tahun 2004 sebanyak Rp.3.962.027.000; menjadi Rp.4.519.553.000; pada Tahun 2005 atau meningkat sebanyak 14,07%.
BANGUNAN
Kontribusi sektor Bangunan pada tahun 2006 sebesar 4,20% terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.162.300.310.000. engalami perkembangan sebesar 22% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi sektor Bangunan pada tahun 2006 sebesar 4,60% terhadap total PDRB atas dasar harga Konstan Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp.112.342.960.000. Mengalami pertumbuhan sebesar 12% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Sektor ini meliputi semua bangunan fisik, seperti perumahan, gedung, perkantoran, sekolah, jembatan, saluran irigasi, jalan dan lain-lain. Pembangunan dan Rehabilitasi jaringan irigasi baik irigasi tekhnis, setengah tekhnis dan irigasi sederhana.
ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Kontribusi sektor Angkutan dan Komunikasi pada tahun 2006 sebesar 4,68 % sektor angkutan menyumbang sebesar 4.19% dan sektor komunikasi menyumbang sebesar 0,49 % terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 180.580.310.000 terdiri dari angkutan sebesar Rp. 161.642.730.000 dan komunikasi sebesar Rp.18.937.580.000.
Kontribusi sektor Angkutan dan Komunikasi pada tahun 2006 sebesar 4,82 %, sektor angkutan menyumbang sebesar 4,26% dan sektor komunikasi menyumbang sebesar 0,02% terhadap total PDRB atas dasar harga Konstan 2000 Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 117.701.770.000. sektor angkutan sebesar Rp.104.100.850.000 dan sektor komunikasi sebesar 13.600.920.000.
TRANSPORTASI DARAT
Panjang seluruh jaringan jalan di kabupaten Bone tahun 2005 adalah 2.483,200 Km yang terdiri dari jalan Nasional 85,720 Km, jalan Propinsi 265,070 Km, dan jalan Kabupaten 2.132,41 Km. Terjadi peningkatan pada tahun 2006 pada panjang jalan kabupaten yaitu sepanjang 2.483,20 km dan 2.503.84 km pada trahun 2007.
Pada tahun 2006 sarana perhubungan Kabupaten Bone adalah sebagai berikut: Terminal 4 buah, Halte bus 5 buah, Jembatan 128 buah, Angkutan Kota 368 buah, Angkutan Luar Kota 368 buah, Angkutan Desa/Kota 556 buah, Angkutan ojek 2.185 buah, Angkutan becak 1.320 buah.
Seiring dengan pembangunan/ perbaikan jalan, tersedia juga alat transportasi umum untuk memperlancar aksesibilitas beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Selatan maupun dalam kabupaten Bone sendiri yang melalui terminal regional Petta Ponggawae. Sumbangan jasa usaha terminal terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebesar Rp.704.643.500 pada Tahun 2005.
Tabel 8. PANJANG JALAN KABUPATEN MENURUT JENIS PERMUKAAN DAN KONDISI
TRANSPORTASI LAUT
Transportasi laut di Kabupaten Bone pada tahun 2006 sebagian besar kapasitasnya merupakan perhubungan laut antar pulau yang didukung oleh 5 Dermaga yaitu: 1 dermaga pelabuhan Bajoe pelabuhan Tanete Riattang Timur untuk pelabuhan kapal, dan 4 pelabuhan perahu motor yaitu, Pelabuhan Pallime Cenrana, Pelabuhan Kading Barebbo, Pelabuhan Ujung Pattiro Sibulue dan Pelabuhan Uloe Dua Boccoe dan 3 pelabuhan perahu lainnya. Karakteristik pergerakan modal laut di semua pelabuhan kebanyakan merupakan kapal barang antar pulau yang umumnya memuat hasil bumi dan olahan dari dan ke Kabupaten Bone.
JARINGAN TELEKOMUNIKASI
PT. TELKOM ( Cabang Watampone)
Jaringan telekomunikasi yang ada di Kabupaten Bone telah menjangkau 21 Kecamatan dan 6 kecamatan yang belum terlayani fasilitas telekomunikasi adalah Kecamatan Bontocani, Patimpeng, Amali, Ponre, Awangpone dan Tellulimpoe. Dengan jumlah sambungan induk telepon pada tahun 2005 sebanyak 9.780 sambungan dan meningkat menjadi 11.877 sambungan pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 21,44%.
Posisi sambungan induk telepon menurut kecamatan Kabupaten Bone pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : Mare (357 sst), Cina (122 sst), Apala (154 sst), Waetuo ( 105 sst), Panyula (243 sst), Lappariaja (385 sst), Koppe (82 sst), Bengo (124 sst), Tokaseng (107 sst), Lamuru Kung (170 sst), Cenrana (100 sst), Uloe (224 sst), Tanah Batue (143 sst), Tonra (256 sst), Salomekko (254 sst), Camming (448 sst), Kajuara (480 sst), Arasoe (64 sst), Pattiro Bajo/Sibulue (50 sst), Palattae (320 sst), Bonto Bulaen (288 sst), Ulaweng (183 sst), Ajangale/Pompanua (268 sst), Palakka (80 sst), Tanete Riattang (3.200 sst), Tanete Riattang Barat (3.200 sst), dan Tanete Riattang Timur (500 sst).
Jumlah pelanggan Telkom pada tahun 2006 sebanyak 9.533 sst, kapasitas jaringan sarana telkom sebesar 9.776 sst, jumlah jaringan telepon selular (Flexi) 1 Bts. Sarana telekomunikasi telepon coin sebanyak 26 buah pada tahun 2005 turun menjadi 21 buah pada tahun 2006, wartel A & B 100 buah pada tahun 2005 turun menjadi 95 buah pada tahun 2006 dan telkomnet instan 200 keatas pada tahun 2005 meningkat menjadi 300 keatas pada tahun 2006.
Saat ini jaringan mirkaber juga berkembang pesat dengan adanya operator seluler yang beroperasi di kabupaten Bone seperti Indosat, Telkomsel,Exelcomindo dan telkom fleksi.
Tabel 10. SAMBUNGAN INDUK TELEPON MENURUT SARANA TAHUN 2004-2005
PT.POS INDONESIA ( PERSERO )
( Kantor Pos VI Watampone 92700)
Kegiatan Investasi di Kabupaten Bone ditunjang oleh Sarana telekomunikasi salah satunya pos dan Giro yang tersedia disetiap kecamatan. Mobilitas surat, wesel pos dan paket pos pada tahun 2006 terlihat pada jumlah surat yang diterima dan dikirim, jumlah wesel pos yang diterima dan dikirim dan jumlah paket pos yang diterima dan dikirim PT.Pos Indonesia Cabang watampone tahun 2006.
Pada tahun 2005 jumlah Surat pos yang dikirim dalam negeri sebanyak 66.856 surat yang diterima sebanyak 94.152 surat, meningkat menjadi 87.712 surat yang dikirim sedangkan yang diterima sebanyak 122.397 surat pada tahun 2006. Pada tahun 2005 jumlah Surat pos yang dikirim keluar negeri sebanyak 80.227 surat yang diterima sebanyak 108.274 surat, meningkat menjadi 104.295 surat yang dikirim sedangkan yang diterima sebanyak 140.756 surat pada tahun 2006.
Pada tahun 2005 jumlah wesel pos yang dikirim dalam negeri sebanyak 3.242 wesel pos sedangkan yang diterima sebanyak 3.141 wesel pos, meningkat menjadi 4.274 wesel pos yang dikirim sedangkan yang diterima sebanyak 4.083 wesel pos pada tahun 2006.
Pada tahun 2005 jumlah paket pos yang dikirim dalam negeri sebanyak 1.154 paket pos, yang diterima sebanyak 6.879 paket pos, meningkat menjadi 1.500 paket pos yang dikirim sedangkan yang diterima sebanyak 8.942 paket pos pada tahun 2006. Pada tahun 2005 jumlah paket pos yang dikirim keluar negeri sebanyak 1.384 paket pos sedangkan yang diterima sebanyak 8.254 paket pos, meningkat menjadi 1.799 paket pos yang dikirim sedangkan yang diterima sebanyak 10.730 paket pos pada tahun 2006. Selain PT. Pos Indonesia ada juga jasa pengiriman yang dikelola oleh pihak swasta seperti TIKI ( Titipan Kilat)
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
Kontribusi sektor Keuangan, Persewaan & jasa perusahaan pada tahun 2006 sebesar 4,99 % terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone yang terdiri dari Bank 1,83%, Lembaga keuangan tanpa bank 0,26%, Sewa bangunan 2,86% dan jasa perusahaan 0,05% dengan nilai total sebesar Rp.192.715.860.000.
Kontribusi sektor Keuangan, Persewaan & jasa perusahaan pada tahun 2006 sebesar 0,56 % terhadap total PDRB atas dasar harga Konstan Kabupaten Bone yang terdiri dari Bank 1,61%, Lembaga keuangan tanpa uang 0,28%, sewa bangunan 2,59% dan jasa perusahaan 0.05% dengan nilai total sebesar Rp. 110.728.380.000.
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
Pada Tahun 2005, ada sekitar 9 Bank yang beroperasi di Kabupaten Bone, 6 diantaranya bank konvensional yaitu bank BNI, Bank Mandiri, bank Pembangunan daerah, bank arta Prima, BRI dan Bank Danamon, 1 bank Syariah Mandiri dan 2 lainnya dengan kreteria Bank Perkreditan rakyat dan Bank Pensiunan (Bank BTPN). Untuk asuransi besar sebanyak 2 buah Yaitu asuransi Jiwasraya dan asuransi Bumi Putera 1912 sedangkan pegadaian 1 buah.
BANK NEGARA INDONESIA ( Kantor Layanan Bone)
Posisi pemupukan dana tahun 2005 pada Bank Negara Indonesia sebesar Rp.69.690.000.000 terdiri dari giro Rp. 6.570.000.000, deposito Rp.14.579.000.000 dan tabungan Rp. 48.541.000.000 menjadi Rp.71.977.000.000 yang terdiri dari Giro Rp. 5.306.000.000, deposito Rp.15.951.000.000 dan tabungan Rp.50.720.000.000 pada tahun 2006.
Sedangkan posisi kredit Bank Negara Indonesia pada tahun 2005 sebesar Rp. 11.693.000.000 yang terdiri dari kredit investasi Rp.513.000.000, kredit Modal kerja Rp. 8.179.000.000 dan kredit konsumsi Rp.3.001.000.000 meningkat menjadi Rp. 21.385.000.000 pada tahun 2006 yang terdiri dari kredit investasi sebesar Rp.3.161.000.000, kredit modal kerja Rp.13.723.000.000 dan kredit konsumsi Rp. 4.501.000.000..
Alokasi kredit Bank Negara Indonesia menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2006 sebagai berikut :
Uraian Tahun 2005 Tahun 2006
o Industri Rp. 4.179.000.000 Rp. 8.356.000.000
o Perdagangan Rp. 4.513.000.000 Rp. 7.541.000.000
o Jasa-jasa - Rp. 1.077.000.000
o Lain- lain Rp. 3.001.000.000 Rp. 4.501.000.000
BANK RAKYAT INDONESIA (Cabang Watampone)
Posisi pemupukan dana tahun 2005 pada BRI sebesar Rp. 75.869.342.680,64 terdiri dari giro Rp. 1.385.600.000, deposito Rp. 15.366.107.300 dan tabungan Rp. 59.117.635.380,64 menjadi Rp. 111.090.701.950,32 yang terdiri dari Giro Rp. 22.997.640.979, Deposito Rp. 7.553.500.000 dan Tabungan Rp. 80.539. 560.971,32 pada tahun 2006.
Sedangkan posisi kredit BRI pada tahun 2005 sebesar Rp. 138.256.647.137 yang terdiri dari kredit investasi Rp. 4.307.216.037, kredit Modal kerja Rp. 86.465.094.549 dan kredit konsumsi Rp. 47.484.336.551 menjadi Rp.152.678.512.597 yang terdiri dari kredit investasi Rp. 3.730.150.201, kredit modal kerja Rp. 97.266.215.540 dan kredit konsumsi Rp. 51.682.146.856 pada tahun 2006
Alokasi kredit perbankan BRI di kabupaten Bone tahun 2005-2006 menurut lapangan usaha adalah sebagai berikut :
Uraian Tahun 2005 Tahun 2006
o Pertanian Rp. 23.461.653.813 Rp. 25.555.595.069
o Pertambangan dan galian Rp. 4.887.844.544 Rp. 5.111.119.014
o Industri Rp. 9.775.689.089 Rp. 10.222.238.028.
o Industri rumah tangga Rp. 48.878.445.443 Rp. 51.111.190.138
o Perdagangan Rp. 5.865.413.453 Rp. 6.133.342.817
o Bangunan Rp. 1.955.137.818 Rp. 2.044.447.606
o Jasa-jasa Rp. 2.932.709.727 Rp. 3.066.671.408
o Lain- lain - -
BANK MANDIRI (Cabang Watampone)
Posisi pemupukan dana tahun 2005 pada Bank Mandiri sebesar Rp.106.820.235.995,03 terdiri dari giro Rp. 15.947.972.000, deposito Rp.20.780.773.923,20 dan tabungan Rp. 70.091.490.071,83 menjadi Rp.121.529.400.970,56 yang terdiri dari Giro Rp. 11.914.143.756.23, deposito Rp. 25.636.360.710,87 dan tabungan Rp.83.978.869.503,46 pada tahun 2006.
Sedangkan posisi kredit Bank Mandiri pada tahun 2005 sebesar Rp. 21.563.969.452,56 yang terdiri dari kredit investasi Rp.2.390.883.104,03 , kredit Modal kerja Rp. 8.745.341.846,38 dan kredit konsumsi Rp. 10.427.744.502,15 meningkat menjadi Rp. 30.229.090.419,51 pada tahun 2006 yang terdiri dari kredit investasi sebesar Rp.2.747.773.074,85, kredit modal kerja Rp. 15.446.241.307,43 dan kredit konsumsi Rp. 12.035.076.032,23.
Alokasi kredit Bank Mandiri menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2006 sebagai berikut :
Uraian Tahun 2005 Tahun 2006
o Industri - Rp. 1.588.269.418,00
o Perdagangan Rp. 10.857.389.273,65 Rp. 16.370.605.420,96
o Jasa-jasa Rp. 200.000.000,00 Rp. 81.103.168,22
o Lain- lain Rp. 78.835.676,76 Rp. 154.036.375,10
BANK SYARIAH MANDIRI (Cabang Pembantu Bone)
Posisi pemupukan dana tahun 2005 pada Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 32.781.897.000 terdiri dari giro Rp. 18.557.053.000, deposito Rp.3.534.397.000 dan tabungan Rp. 10.670.447.000 menjadi Rp. 38.283.378.000 yang terdiri dari Giro Rp. 19.729.642.000, deposito Rp.6.716.594.000 dan tabungan Rp.11.837.142.000 pada tahun 2006.
Sedangkan posisi kredit Bank Syariah Mandiri pada tahun 2005 sebesar Rp. 3.116.000.000 yang terdiri dari kredit investasi Rp. 934.000.000 , kredit Modal kerja Rp. 480.000.000 dan kredit konsumsi Rp. 1.702.000.000 meningkat menjadi Rp. 34.445.383.000 pada tahun 2006 yang terdiri dari kredit investasi sebesar Rp. 15.116.014.000, kredit modal kerja Rp. 3.815.635.000 dan kredit konsumsi Rp. 15.513.734.000.
Uraian Tahun 2005 Tahun 2006
o Pertanian Rp. 311.600.000 Rp. 5.166.807.450
o Perdagangan Rp. 2.181.200.000 Rp.24.800.675.760
o Lain- lain Rp. 623.200.000 Rp. 4.477.899.790
BANK SULSEL (Cabang Bone)
Posisi pemupukan dana tahun 2005 pada Bank Sulsel sebesar Rp.76.152.100.000 terdiri dari giro Rp. 68.808.400.000, deposito Rp. 1.404.400.000 dan tabungan Rp. 5.939.300.000 menjadi Rp.74.620.860.000 yang terdiri dari Giro Rp. 51.233.380.000, deposito Rp. 17.294.250.000 dan tabungan Rp.6.093.230.000 pada tahun 2006.
Sedangkan posisi kredit Bank Sulsel pada tahun 2005 sebesar Rp. 108.291.508.000 yang terdiri dari kredit investasi Rp. 1.017.851.000 , kredit Modal kerja Rp. 18.006.962.000 dan kredit konsumsi Rp. 89.266.695.000 meningkat menjadi Rp. 213.567.419.000 pada tahun 2006 yang terdiri dari kredit investasi sebesar Rp.6.962.769.000, kredit modal kerja Rp. 20.892.988.000 dan kredit konsumsi Rp. 185.711.662.000.
Alokasi kredit Bank Sulsel menurut Lapangan Usaha tahun 2005 – 2006 sebagai berikut :
Uraian Tahun 2005 Tahun 2006
o Pertanian Rp. 3.804.963.000 Rp. 6.963.939.000
o Industri Rp. 951.241.000 Rp. 1.392.788.000
o Perdagangan Rp. 5.707.444.000 Rp. 6.963.939.000
o Bangunan Rp. 7.609.925.000 Rp. 8.356.727.000
o Jasa-jasa Rp. 951.240.000 Rp. 4.178.364.000
o Lain- lain Rp. 89.266.695 Rp. 185.711.662.000
BANK DANAMON (Cabang Bone)
Posisi pemupukan dana tahun 2005 pada Bank Danamon cabang Bone sebesar Rp.41.523.980.176,73 terdiri dari giro Rp. 1.581.857.686, deposito Rp.10.598.801.185 dan tabungan Rp. 10.598.801.185 menjadi Rp. 46.018.594.213,24 yang terdiri dari Giro Rp. 196.410.295 deposito Rp. 32.413.115.947 dan tabungan Rp. 13.409.065.965 pada tahun 2006.
Sedangkan posisi kredit Bank Danamon cabang Bone pada tahun 2005 sebesar Rp. 5.932.684.889 yang terdiri dari kredit investasi Rp. 1.223.115.000, kredit Modal kerja Rp. 3.009.272.553 dan kredit konsumsi Rp. 1.700.297.336 meningkat menjadi Rp. 11.922.555.694 pada tahun 2006 yang terdiri dari kredit investasi sebesar Rp.2.000.000.000, kredit modal kerja Rp. 8.554.730.113 dan kredit konsumsi Rp. 1.367.825.581.
Alokasi kredit Bank Danamon cabang Bone menurut Lapangan Usaha tahun 2005 – 2006 sebagai berikut :
Uraian Tahun 2005 Tahun 2006
o Pertanian Rp. 5.932.684.889 Rp. 9.889.670.984
o Perdagangan - Rp. 1.030.494.710
o Lain- lain - Rp. 1.002.390.000
BANK PERKREDITAN RAKYAT “ SUAR DATA”
Posisi pemupukan dana tahun 2005 pada Bank Perkreditan Rakyat “ Suar Data” sebesar Rp. 2.197.834.110 terdiri dari deposito Rp. 1.510.000.000 dan tabungan Rp. 687.834.110 menjadi Rp.2.723.362.237 yang terdiri dari deposito Rp. 1.544.500.000 dan tabungan Rp. 1.178.862.237 pada tahun 2006.
Sedangkan posisi kredit Bank Perkreditan Rakyat pada tahun 2005 sebesar Rp. 1.944.379.500 yang terdiri dari kredit Modal kerja Rp. 1.384.021.000 dan kredit konsumsi Rp. 560.358.500 meningkat menjadi Rp. 2.612.176.500 pada tahun 2006 yang terdiri dari kredit modal kerja Rp. 1.709.080.500 dan kredit konsumsi Rp. 903.096.000.
Alokasi kredit Bank Perkreditan Rakyat ” Suar Data ” menurut Lapangan Usaha tahun 2005 – 2006 sebagai berikut :
Uraian Tahun 2005 Tahun 2006
o Pertanian Rp. 66.835.500 Rp. 70.621.500
o Industri Rp. 95.217.000 Rp. 146.966.500
o Perdagangan Rp. 988.311.500 Rp. 1.156.086.000
o Jasa-jasa Rp. 233.657.000 Rp. 335.406.500
o Lain- lain Rp. 560.358.500 Rp. 903.096.000
|
DESA MATTAMPAE
DESA MATTAMPAE KECAMATAN PONRE
KKN UNHAS GELOMBANG 87 DESA MATTAMPAE KECAMATAN PONRE "Peta Kecamatan Ponre Desa Mattampae"
DESA MATTAMPAE KECAMATAN PONRE
DESA MATTAMPAE Kecamatan Ponre Kabupaten Bone Sul-Selmerupakan merupakan penghasil Gula Merah di Daerah Kabupaten Bone yang kualitasnya jauh lebih baik dengan daerah lain
Bone Daerah Populasi Sapi Terbesar di Sulsel Termasuk Kecamatan ponre Desa Mattampae
Bone Daerah Populasi Sapi Terbesar di Sulsel Termasuk Kecamatan ponre Desa Mattampae
INDAHNYA KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN
Kabupaten Bone Sulawesi Selatan memiliki keindahan panorama alam yang luar biasa
KABUPATEN BONE
Kabupaten Bone Sulawesi Selatan memiliki keindahan panorama alam yang luar biasa
PETANI CENGKEH YANG MEMILIKI KUALITAS YANG BAGUS DI KECAMATAN PONRE
Komoditas Cengkeh di Kabupaten Bone dan tembakau yang belum diolah menjadi input pada pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk diperdagangkan antar propinsi dan untuk diekspor serta input bagi indutri rokok di dalam maupun di luar negeri sedangkan yang sudah diolah menjadi input bagi pedagang besar , pedagang perantara dan pedagang eceran.